12.

377 48 7
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

.

.

.

Namjoon dan Seokjin baru saja check in di hotel bintang 5 di Jeju. Hotel tak ramai karena ini bukan akhir pekan ataupun hari berlibur.

Agensi sepertinya sangat rapi menutupi kegiatan Seokjin kali ini, tak ada yang mengetahui media manapun fans jika Seokjin sedang berada di Pulau Jeju.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju lift. Pasangan tunangan ini berada di belakang sedangkan Jimin di depan pintu lift.

Sesekali mereka menatap satu sama lain namun langsung diputus oleh Namjoon. Hal itu dapat dilihat jelas di pantulan pintu lift oleh Jimin. Jimin menerka-nerka pasti ada sesuatu yang besar diantara mereka hingga mereka diam seperti ini.

'Ting!'

"Cha, Seokjin-ssi! Gunakan waktu seharian ini untuk beristirahat, jangan keluyuran. Aku tak mengawasimu kali ini karena aku ada konseling dengan junior ku kali in. Arraseo?"

"A-arraseo Manajer-nim." Seokjin menatap takut Jimin yang terlihat galak dan dia langsung berpamitan kepada 2 orang ini lalu pergi ke kamarnya.

"Kajja kita ke kamar, sepertinya aku ketinggalan informasi."

"Ehm." Namjoon berjalan lesu mengikuti Jimin. Kamar mereka berhadapan dengan kamar Seokjin.

Setelah sampai di kamar Namjoon menata barang bawaannya dibantu dengan Jimin. Jimin semakin yakin jika ada sesuatu yang besar terjadi diantara mereka berdua. Terbukti mata sembab Namjoon.

"Namjoon, katakan padaku apa yang terjadi diantara kalian berdua tadi." Jimin mulai serius, deep voice nya muncul.

"Aniya, gwenchanayo."

"Kim Namjoon matamu tak bisa berbohong. Aku kenal denganmu sejak kita masih sekolah, aku hafal tingkahmu."

"Hiks-hiks Jimin~" Akhirnya Namjoon menangis dan Jimin pun langsung memeluk Namjoon.

"Katakan padaku apa yang dikatakan Seokjin padamu. Akan ku hajar dia dengan pedangku biar tau rasa jika berani-beraninya menyakiti sahabatku."

Namjoon pun menceritakan kejadian sejak Dia dan Seokjin mencari tiket hingga di jemput oleh Jimin. Tak ada satupun terlewatkan saat menceritakan nya.

Namjoon pun menunjukkan lehernya beberapa bercak merah. Jimin pun menggelengkan kepalanya. Sudah pusing membicarakan tentang syuting, sekarang ditambah kelakuan artisnya.

"Tck, anak itu. Aku sampai pusing dengan apa yang diucapkan oleh Seokjin. Apakah hatinya mati?! Seingatku dulu— ups," Jimin menutup mulutnya hampir saja keceplosan.

"Dulu apa? Jimin?" Namjoon bertanya dengan sesenggukan.

"Em~ itu eung~"

"Katakan saja, gwenchana."

"Arra-arra, sebenarnya saat kita bertemu di pantai pertama kalinya setelah sekian lama kita bertemu. Seokjin mengatakan padaku jika dirinya telah menyukai mu sejak sekolah menengah."

"Mwoya!?"

"Hmm~ ini memang benar. Dia bekerja keras untuk menjadi penyanyi biar bisa di kagumi oleh mu. Kau dulukan suka sekali dengan musik hingga bekerja di agensi uri Abeoji. Tapi mengapa semenjak Seokjin terkenal dia menjadi haus akan karir."

He is Perfect | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang