bab 6

1.6K 88 16
                                    

Tempat yang sangat ramai, banyak orang berbincang-bincang, tertawa sepuasnya, orang yang lalu lalang datang dan pergi. Namun caca tetap terasa sunyi, dia sedang berada di kafe menunggu seseorang datang yaitu lian.

"Sorry ca, gue telat banget ya"

Ucap lian yang baru saja datang dan terengah-engah. ia berjanji datang jam 19.00 namun sekarang jam menunjukkan pukul 19.25, hampir setengah jam caca menunggu.

"Nggkpapa , duduk li"

Lalu lian duduk setelah dipersilahkan oleh caca.

"Udah pesen makan?"
Tanya lian.

"Gue nggk makan, lu aja li"

"Minum mau ya?"

Caca mengangguk, lalu lian memesan minum untuk dirinya dan caca.

Lian ingin mengatakan sesuatu namun ia ragu, yang akhirnya mereka berdua hanya diam.

Namun caca tak tahan, ia ingin tahu, tujuan lian ingin bertemu dengan dirinya, akhirnya caca membuka pembicaraan mereka terlebih dahulu.

"Kayaknya langsung aja deh Lo, udah malam mau ngomong apa?"

"Mmm anu"

Jawab Lian ragu. Caca sedikit geregetan dengan ucapan Lian yang membuatnya penasaran. Namun caca sebenarnya sudah menebak kalau mungkin lian ingin membicarakan tentang mereka tidur bersama, tapi caca tetap penasaran apa yang ingin dikatakan padanya.

Cukup lama lian hanya mengeluarkan kata " mmm, anu, itu" .

Pada akhirnya ia memberanikan diri.

"Ca gue mau minta maaf tentang kejadian kita, gue benar-benar nggak ada niatan dan nggak sadar sama sekali, mengambil kehormatan lu ca"

Ucap lian, caca masih diam menunggu perkataan selanjutnya.

"Gue juga minta maaf banget gak bisa mempertanggung jawabkan apa yang gue perbuat, lu tau kan gue punya pacar flora, dan gue cinta sama dia"

Tatapan mata caca yang penuh tanda tanya, memudar menjadi tatapan kosong, dan pasrah. Caca sudah mengira akan seperti ini, namun ia masih sakit mendengar perkataan lian.

"Gue juga nggak tau sebenarnya mau bertanggung jawab bagaimana sama kamu, tapi kalau lu mau gue ganti rugi nggakpapa kok, sebutin aja nominalnya ca"

PLAKK..

Tangan mantan atlet pencak silat ini lumayan sakit untuk menampar pipi tipis lian yang akhir akhir ini ikut perawatan bersama flora.

"Lu kira gue cewek b.o yang bisa lu bayar ... Gila ya lu li"

Ucapan caca bergetar, suaranya terdengar parau menahan tangis dan emosi. Caca mengambil tas dan pergi meninggalkan lian yang masih memegang pipinya.

Caca menangis didepan kafe menanti pesanan grabnya datang.

Sopir grab tak berani menyakan apa apa melihat wanita berada didalam mobilnya menangis sepanjang perjalanan.

Sampai diapartemen ia membuka pintu apartemennya melihat vio sedang menonton tv ia berlari pada vio berhambur memeluknya, vio yang bingung dengan keadaan Caca ia tak menanyakan apa apa, vio tau jika caca Dalam kondisi seperti ini ia tak bisa ditanyai, Caca hanya butuh pelukan dari vio dan belaian lembut dikepalanya.

Setelah caca cukup tenang vio perlahan bertanya pada Caca.

"Ca, are u okey?"

Caca menggeleng, tangis caca kembali pecah.

"Hey hey, nggkpapa caca kuat, ssstssss "

Vio memeluk kembali caca dan mencoba menenangkannya kembali.

"Kekamar ?"

Tanya vio, caca mengangguk,
lalu mereka berdua pergi kekamar caca. Vio menemani Caca sampai tertidur, ia tak bertanya apapun, vio takut caca kembali menangis. Mungkin caca benar benar belum siap untuk bercerita pikir vio.

Lian pulang dengan membawa sebotol bir yang masih tersegel. Ia duduk disamping jendela dengan lampu mati, hanya tersinari oleh cahaya dari luar jendelanya, dan cahaya bulan yang kebetulan sangat bersinar malam hari ini.

Lian menatap langit sambil meminum bir, lalu menutup matanya cukup lama. Perlahan membuka matanya kembali, menatap langit, tangannya meraup wajahnya lalu mengacak-ngacak rambutnya frustasi, ia semakin bingung pada keadaannya saat ini.

Setelah minum satu botol, lian mabuk ia meracau tak jelas.

"Gue harus apa, flora cinta sejati gue ca".


3 Minggu mereka lewati dengan bersikap tak acuh satu sama lain. mereka tak perduli berulangkali trending, membicarakan bahwa mereka berdua musuhan, atau fans mereka berteori caca dan lian sudah putus membuat mereka canggung satu sama lain. Mereka berdua tak menggubris berita-berita tersebut.


Saat ini caca sedang berada didapur bersama vio, vio mencuci piring dan caca membawa mangkuk dan telur ditangannya, ia ingin membuat telur ceplok untuk makan malamnya bersama vio.

Tik tik.
Suara benturan sendok dengan telur yang akhirnya retak, setelah itu caca menuangkan telur ke mangkok yang sudah dibawanya.

Caca mengernyitkan kedua alisnya, memegang dahi yang terasa begitu pusing setelah mencium aroma amis dari telur, tidak biasanya caca seperti ini. Caca tak tahan dengan bau telur itu, perutnya terasa mual, ia Ingin memuntahkan seluruh isi yang ada didalam perutnya.

Caca berlari kekamar mandi seolah-olah ingin mengeluarkan semuanya, namun hanya air bening yang keluar dari mulutnya.

Vio yang melihatnya ikut berlari, lalu menunggunya didepan pintu kamar mandi, yang terkunci dari dalam.

"Ca kamu nggakpapa ca?"

Tanya vio khawatir.

Bersambung.....

By: beuselv24

Makasih yang sudah membaca, dan makasih banyak yang sudah menunggu disetiap babnya, love u more and more....

Maaf banget otakku kalu satu bab mentoknya segini man teman, maaf banget 🙏 love dari jauh ♥️♥️

Kapal Takkan KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang