bab 11

1.8K 131 50
                                        

Berhari-hari Caca manggung dengan senyuman palsu, sakit dihatinya tak boleh terlihat oleh publik, ia juga tetap harus berinteraksi dengan Lian didepan kamera, seperti tak ada apa apa.

    Malam ini Caca ada janji dengan Lian, bahwa ia akan membantu Lian untuk menjelaskan pada flora apa yang terjadi.

   Kini Caca sudah sampai di resto  terlebih dahulu, ia duduk sambil memainkan hpnya menunggu kehadiran Lian dan flora.

  lian dan Flora datang dan duduk didepan Caca tanpa menyapanya, Caca melihat mereka berdua lalu meletakkan handphone yang ia genggam.

  Lian menghela nafasnya memulai percakapan.

" Flora.. aku dan Caca disini ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi"

" jelaskan!"
Balas flora sambil mengangguk.

lian menceritakan panjang lebar, kejadian yang mereka alami hingga membuat Caca hamil anaknya. Caca hanya diam mendengarkan.

"Caca bicaralah!"

Suruh lian yang meminta Caca untuk ikut menjelaskan apa yang terjadi.

" yang dibilang Lian benar"

Ucap Caca yang hanya berbicara sesingkat mungkin.

"Hanya itu penjelasanmu"

"Aku harus menjelaskan apa?, semua sudah diceritakan oleh Lian, dan itu benar "

Jawab Caca yang seperti sudah tidak ingin berada di antara mereka berdua.

"Aq akan menikahi Caca"

"Hahh?"

Ucapan Lian yang terpotong oleh kekagetan Flora.

"Tunggu, biar aku jelaskan"

"Aku akan menikahi Caca hanya untuk sementara, setelah bayi itu lahir, aku akan berpisah darinya dan kembali bersamamu"

Caca angkat tangan, tanda ia ingin memotong pembicaraan Lian dan Flora.

"Flora..  semua yang dibilang Lian benar, dengarkan dia. Aku pamit pulang, aku belum beristirahat dari pagi dan kepalaku sedikit pusing, mmm Flora aku minta maaf untuk semuanya."

Ucap Caca berpamitan, mengelus pundak Flora sebentar lalu beranjak pergi, tanpa mendengarkan jawaban dari mereka berdua.

Lian melihat Caca yang mulai menjauh, dengan perasaan jengkel karena ia pulang begitu saja dan tak membantu Lian sepenuhnya untuk menjelaskan pada Flora.

Kemudian Lian melanjutkan perkataan yang terpotong oleh Caca.

"Aq menikahi Caca agar bayi itu mendapat nama ayahnya di akta kelahiran, itu bentuk tanggung jawabku pada bayi itu"

"Setelah itu aku bersamamu, hatiku sudah penuh dengan namamu flo, aku hanya milikmu. dan semua yang terjadi ini bukan kemauanku ataupun kemauan Caca, ini murni kecelakaan yang tak disengaja. aku mohon, kamu mengerti keadaanku sekarang"

Flora meneteskan air mata, Lian melihat Flora yang menundukkan kepala, memeluknya erat.

"Aku mohon maafkan aku, aku meminta kesabaranmu untuk menungguku menyelesaikan tanggung jawabku"

Sambung Lian.

"Kenapa harus aku yang mengalami ini, kenapa kamu yang menjadi ayah dari anak Caca, kenapa tidak yang lain"

Tangis Flora semakin pecah, lian semakin erat memeluknya.

Perlahan Flora menerima penjelasan Lian, sakit yang diberi Lian perlahan memudar karena janji yang diucapkan lian padanya. ia bersedia menunggu Lian menyelesaikan tanggung jawabnya.

  Caca sedang berada ditaman yang cukup sepi, ia mengenakan masker hitam agar tak ada yang mengenalinya.

Ia duduk ditaman sambil memejamkan mata, Caca sudah tak menangis lagi mendengar perkataan Lian, mungkin air matanya sudah terkuras habis beberapa hari yang lalu.

  Caca mendongakkan kepalanya, ia melihat bulan dan bintang yang tertata indah dilangit. Tangan kanannya beralih memegang perutnya, mengelus perlahan.

"Kita hadapi sama sama ya nak"
Ucapnya dalam hati.

Krucuk-krucuk.

Perut Caca berbunyi, ia belum makan malam ini.

Ia menoleh kesamping dan mengambil bakpao yang ia beli diperjalanan menuju ketaman.

Caca membuka kresek yang berisi 3 bakpao. ia mengambil 1, lalu ia tersenyum melihat bakpao yang ia genggam.

"Apa kamu perempuan, kenapa kamu suka sekali bakpao cokelat anakku"
Pikir Caca yang membuatnya tersenyum.

Caca cukup lama menghirup udara malam ditaman, dengan menikmati keindahan bintang dan bulan, setelah itu ia pulang bersama bapak ojek online.

  Vio yang cemas menunggu Caca diapartemennya, ia mondar mandir menunggu Caca pulang.

Cekrek.

Pintu apartemen dibuka oleh Caca. Vio yang berdiri di ruang televisi ia kaget lalu melihat Caca, memastikan bahwa Caca baik baik saja.

"Gimana Ca?"

Tanya Vio sambil berjalan ke arah Caca.

Diluar perkiraan Vio, Caca justru tersenyum, membuat Vio bertanya-tanya.

"Gimana, Lian tetap memutuskan untuk bersama Flora Ca?"

Tanya Vio.

Caca mengangguk lalu duduk disofa depan televisi.

"Hhh gila ya itu Lian. dia mempermainkan dirimu Ca"

Ucap Vio geram pada Lian.

"Menikahiku lama atau sementara itu sudah tak penting bagiku Vi, sekarang aku fokus pada anakku dan diriku, aku ingin anakku punya sosok ayah, walaupun hanya di akta kelahiran, aku tak bisa memaksakan Lian untuk bertanggung jawab penuh ataupun mencintaiku Vi"

Vio menangis ia tak tega melihat sahabat satu-satunya seperti ini.

Vio merasa sifat keceriaan, kekonyolan dan manjanya Caca sebagai anak bungsu sudah menghilang, kini sekarang yang ada dihadapannya adalah sahabatnya, dengan kepribadian sesosok calon ibu yang sangat mencintai calon bayinya.

Caca menyeka air mata Vio yang mengalir, ia tersenyum memegang pipi Vio. Kemudian memeluk erat Vio.

"Aku kuat karena kamu dan bayiku Vi, terimakasih sudah berada di sisiku"

Ungkap Caca, sambil mengelus punggung Vio.

Bersambung...

By: beuselv24

Next?!?

Vote, komen, follow ya biar makin semangat akunya, dikasih saran juga boleh sampaikan dengan baik ya....

Maaf telat banget ya teman-teman, makasih yang sudah setia menunggu karyaku. Love so muchh ♥️♥️

  
 

Kapal Takkan KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang