bab 19

1.9K 126 91
                                    

Hari sudah pagi, Caca terbangun dari tidurnya, ia tak mendapati Lian di sofa tempat Lian tidur. Caca mendengus kesal, "sungguh lian bertindak seenaknya, kemana dia pergi?" pikir Caca.

  Caca menyibakkan selimut ia berjalan pelan memasuki kamar mandi, membersihkan badannya. Setelah itu ia mengemasi barang barangnya.

  Cekrekk.

Suara pintu kamar terbuka, Caca menoleh. Lian masuk dengan membawa sarapan, bakpao dan sedikit buah. Ia memasuki tanpa mempedulikan Caca yang melongo melihatnya, ia berjalan ke sofa meletakkan barang yang ia bawa ke meja, lalu mencuci buah yang baru saja ia beli. Setelah mengemas barangnya Caca menghampiri lian yang sedang fokus mengupas pisang, lalu duduk disamping Lian.

  Baru saja duduk Lian menyuruh Caca membuka mulutnya.

"Buka mulut!"

"Hah?, mmm"

Caca bingung dan otomatis membuka mulut, dengan sigap Lian memasukkan potongan  pisang ke mulut Caca.

"Ini makan sedikit-sedikit, jam 7 kita lanjut perjalanan, gue mandi dulu"

Ucap Lian sambil menyerahkan pisang pada Caca, Caca mengangguk sambil menutup mulutnya yang sedang mengunyah.

                  ....................

  Lian kembali menggerutu, sudah 3 kali ia mengeluarkan dan menata kembali barang-barangnya namun nihil, resleting tasnya tetap tak bisa ditutup. Ia meraih ponselnya mencari kontak Caca.

"Halo Ca"

"Kenapa Li?"

"Lu udah selesai?"

"Udah, tinggal nunggu elo"

"minta tolong Ca, ini tas gue nggak bisa ditutup"

"Oke, gue kesana"

Selang beberapa menit Caca datang, Lian membukakan pintu.

  Caca mengeluarkan kembali baju-baju Lian, melipat dengan rapi. Lian melihat Caca begitu telaten melipat baju dan menatanya ke dalam tas, wajah Caca yang teduh membuat ia tak berhenti memandang Caca.

"Li, Lian?"

Panggilan Caca membuat Lian gelagapan.

"Hah apa?"

"Ini bantuin pegang"

Lian mendekat, menarik memperapat tas agar mudah ditutup resletingnya.

Srekkkkkkk

" Awww"

Lian menjerit, jari jempolnya terjepit resleting .

"Aduh aduh maaf Li"

Ucap Caca panik, memegang tangan Lian, lalu meniup jari Lian yang terjepit.

"Warnanya ungu Li, sakit banget ya, maaf maaf , huuffhhhhhhh "

Caca masih terus meniupnya dan memegangi tangan Lian.

"Udah udah nggakpapa Ca"

Lian menarik tangannya, kemudian mereka keluar dari hotel dan melanjutkan perjalanan lagi ke Jakarta.

   Jam 2 siang, Kini mereka sudah tiba di jakarta, dan kembali pulang ke apartemen masing-masing.

  Caca membuka pintu apartemen dengan membawa tas besar dan kecil dengan susah payah. Vio yang melihatnya berlari pada Caca mengambil tas besar Caca.

" Wah Lian si t*lol, bisa-bisanya nggak dibawain tas lu Ca"

" Vio nggakpapa, dia juga capek nyetir berhari-hari"

Kapal Takkan KaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang