Adel memutuskan untuk pulang. Namun, dirinya yang sekarang bukanlah bertubuh seperti Adel, melainkan dalam tubuh Lydia. Tentu saja ketika ia hendak pulang, maka rumah yang dimaksudnya adalah rumah Lydia. Untuk sesaat Adel merasa bersalah dan sedih karena tidak pulang ke rumah ibunya. Namun, sedetik berikutnya ia merasa teramat senang karena akan menjadi orang kaya.
Dengan langkah kaki yang besar dan senyuman terbit lebar di wajahnya, Adel menuju ke gerbang sekolah. Dilihatnya, ada sebuah mobil bertengger di sana dengan seorang pria mengenakan kemeja kotak-kotak warna biru bercelana krem longgar. Pria itu langsung membungkuk ketika mendapati Adel sudah tiba di samping mobil itu. Sudah bisa Adel tebak jika mobil ini adalah mobil jemputan untuk Lydia. Maka, Adel pun langsung menghampiri si pria tersebut dan membiarkan ia membukakan pintu mobil bagian belakang untuknya.
Dalam hati, Adel merasa sangat senang. Untuk pertama kalinya ia menjadi orang kaya yang diperlakukan seperti seorang nona. Dibukakan pintu mobil, disopiri, dan memiliki banyak uang di kantong baju seragamnya. Adel tersenyum puas. Sebentar lagi, ia pasti akan tiba di rumah dan menikmati fasilitas mewah yang ada di rumah Lydia tersebut. Sungguh, ia tidak sabar.
Sesampainya di rumah Lydia, Adel membuka mulutnya lebar-lebar. Gadis itu terperangah melihat kemegahan rumah Lydia. Sangat cantik dengan halaman luar yang luas dan memiliki kolam renang di sisi samping rumah. Sopir tadi pun buru-buru turun dari mobil dan kembali membukakan pintu belakang untuknya. Kali ini, Adel benar-benar merasa bahagia.
"Jadi seperti ini rasanya menjadi orang kaya?" batin Adel.
Ia pun segera melangkahkan kaki ke rumah, membuka pintu besar itu dan disambut oleh seorang pelayan yang memintanya untuk melepaskan tasnya. Adel terkesiap, ia benar-benar terkejut oleh perlakuan setiap orang yang dijumpainya. Mereka membungkuk dengan penuh hormat, melayani dan memanjakan sang nona serta langsung menyiapkan makan siang di meja makan.
Hidangan daging, sayur segar, susu manis, dan segala macam buah-buahan tersaji dengan sempurna di atas sana. Adel hampir saja menangis jika tidak ia tahan. Makanan-makanan di depannya adalah jenis makanan yang tidak pernah ia makan seumur hidup. Makanan orang kaya.
Maka dengan itu, Adel langsung melaju ke meja makan dan duduk di sana. Ia mengambil nasi dan meletakkan di piring, menggunakan sendok untuk mengambil lauk-pauk lezat yang ada dan mulai menyantapnya dengan lahap.
Para pelayan yang berdiri di belakang Adel bahkan sampai terkejut. Ini pertama kalinya mereka melihat sang majikan makan dengan cara yang sangat tidak sopan. Bunyi benturan sendok dan piring yang cukup kencang, serta suara-suara pujian atas enaknya makan yang tersaji pun beberapa kali terlontar dari mulut sang majikan. Tingkah majikannya saat ini sudah seperti ia tidak pernah makan enak saja. Hal ini membuat para pelayan itu sedikit heran. Kelakuan majikannya tidak seperti biasanya.
Keheranan itu juga tampak di wajah seorang wanita yang juga baru tiba di ruang makan tersebut. Ia berdiri agak jauh dari lokasi putrinya sedang makan dan menyaksikan itu dengan dahi berkerut dalam. Wanita itu adalah Diana–Mama Lydia–yang menyaksikan putrinya sedang melakukan acara makan siang di luar dari kebiasaannya.
"Lydia." Diana memanggil.
Lantas, orang yang dipanggil itu pun mendongak. Adel menatap seorang wanita yang baru bergabung dengannya. Dilihat dari penampilan dan baju bersih serta terkesan mahal yang dikenakan wanita itu membuatnya jelas bahwa ia bukanlah salah satu di antara banyak pelayan di rumah ini. Adel menelan ludah. Jika wanita itu bukan seorang pelayan, maka hanya ada satu jawaban tersisa. Ialah sang Nyonya Besar di rumah ini yang artinya ibu Lydia.
"I-Ibu manggil Ade– mangggil Lydia? Ibu mau makan siang juga?" Adel bertanya. Hampir saja ia menyebut dirinya sendiri sebagai Adel padahal fisiknya adalah Lydia.
Wanita yang menjadi lawan bicara Adel itu semakin mengerutkan kening dengan tatapan keheranan. Adel menjadi sedikit takut pada wanita itu. Terlebih meski ia bisa menebak bahwa si wanita adalah ibu Lydia, tetap saja ia bahkan tidak tahu siapa nama dari orang yang sekarang menjadi ibunya tersebut.
"Ibu? Tidak biasanya kamu panggil mama begitu." Diana berkomentar dan duduk di kursi kosong, masih dalam satu meja yang sama dengan Adel.
Gadis itu pun menelan ludah. "I-Iya, maksud Lydia mama."
Tidak ada percakapan lagi di antara kedua orang itu. Suasana makan siang di antara mereka sangat canggung dan hening. Tidak ada obrolan, hanya saling makan dalam diam. Adel sedikit merasa tidak nyaman dengan suasana yang seperti ini. Biasanya jika di rumah, ia akan makan siang sambil banyak berceloteh dan bercerita tentang sekolahnya pada sang ibu lalu membantu ibunya menyiapkan dagangan. Dalam keadaan ini, Adel jadi terdiam. Kepalanya membayangkan tentang apa yang sekarang ibunya lakukan bersama Lydia yang berada di tubuhnya.
.
.
.Selasa, 13 Juni 2023, 11:53 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...