Sebuah rumah yang dijanjikan oleh Lydia kepada Adel pun bisa didapatkan sekarang. Lydia menjemput Adel dan ibunya dengan sopir. Ia membawa kedua orang itu untuk melihat-lihat rumah kecil yang sudah tidak terpakai itu. Di dalamnya memang hanya ada beberapa petak tempat dan hanya terdiri satu lantai. Tetapi itu adalah rumah yang lebih besar daripada rumah kontrakan tempat Adel tinggal. Setidaknya di rumah ini, Adel dan ibunya tidak perlu lagi membayar.
Awalnya kedua orang itu hendak membayar perbulan tetapi Lydia larang. Lagipula, papanya juga sudah tidak mempermasalahkan jika tempat itu ditinggali. Meski Adel dan ibunya masih saja terus segan. Namun, ini sudah berlangsung satu bulan sejak terakhir kali Adel dan Lydia memutuskan untuk menjadi teman. Rasanya agak aneh bagi Lydia jika dua orang yang menjadi orang dekat dengannya kini itu masih merasa sungkan.
"Kalah ibu ngerasa sungkan ke Lydia, bisa tuh suatu saat ibu tabung aja uang dari toko roti dan beli rumah ini. Lydia gak bakalan pasang harga tinggi, kok." Lydia berucap dengan sopan pada Bu Widya.
"Terima kasih banyak, ya, Nak Lydia. Ibu seneng banget karena Adel punya teman sebaik Nak Lydia di sekolah." Widya menanggapi.
Lydia hanya mengangguk mengerti. Tiga orang itu akhirnya masuk ke dalam rumah tersebut untuk sekali lagi melihat dan memikirkan apa saja yang perlu direnovasi. Selain mengganti cat dinding, ada satu tempat yang akan dijadikan toko roti. Sebuah garasi yang tak terlalu luas bisa dijadikan sebagai toko. Namun, semuanya butuh persiapan dengan mulai membersihkan tempat itu. Ada banyak debu dan kotoran di mana-mana karena sudah sekian lama tidak ditinggali.
"Kita bersihin sekarang aja, Buk. Biar besok kita mulai renovasi," ajak Adel yang disetujui oleh kedua orang yang menjadi lawan bicaranya.
Kran di dalam rumah tersebut masih berfungsi sehingga bisa digunakan untuk bersih-bersih. Selain itu, halaman belakang mereka dan gudang rumah tersebut masih menyimpan alat berkebun dan alat-alat kebersihan sehingga tidak perlu mencari lagi. Ketiganya pun memulai membersihkan dari bagian belakang hingga ke bagian depan. Garasi tempat calon toko roti dibuka pun ikut dibersihkan.
Tak terasa, waktu bersih-bersih mereka sampai sore. Perut mereka keroncongan dan memutuskan untuk mampir makan di sebuah warung tak jauh dari lokasi mereka saat ini. Setelah semua hal mulai dari rumah dan renovasi dibiayai oleh Lydia, meski hanya sedikit kali ini Widya yang membayar makanan di warung tempat makan mereka.
Makanan yang disajikan memang sederhana, nasi dan pecel lele dengan sayur juga sebagai tambahannya. Lydia sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Moment yang ia dapatkan kali ini lebih berharga daripada makanan yang sekarang ia makan.
Akan tetapi, ketika matahari benar-benar sudah tenggelam, Lydia berpamitan pulang karena masih ada jam belajar malam. Adel dan Bu Widya tidak luput berterima kasih untuk ke sekian kali terhadap Lydia.
"Hati-hati di jalan, ya, Nak." Widya berpesan. Lydia hanya mengangguk.
"Besok jumpa lagi," ucap Adel.
Ketiganya pun akhirnya berpisah dengan Lydia yang pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, Lydia cukup terkejut melihat kehadiran sebuah mobil di halaman depan. Mobil itu tidak ia kenal sebelumnya dan juga bukan mobil milik rekan-rekan papanya yang pernah datang berkunjung ke rumah. Besar dugaan Lydia bahwa ada tamu yang datang ke rumahnya.
Saat Lydia mengetuk pintu dan disambut oleh seorang pelayan, Lydia langsung diarahkan ke ruang keluarga yang ternyata di sana sudah ada keluarga Keenan. Papa dan Mama Keenan berkunjung begitu pun dengan pemuda itu. Lydia terkejut dengan kunjungan Keenan yang tiba-tiba.
"Gak usah kaget gitu, dong. Temen sendiri bertamu emangnya gak boleh sampai ekspresi horor gitu," seru Keenan yang melihat Lydia mematung di pintu.
Lydia tersenyum lebar. "Apaan sih, lo. Muka lo tuh kayak hantu jadi gue syok."
Lydia tentu saja bercanda dalam mengatakan hal itu. Keenan yang merasa diejek pun melemparkan bantal. Gadis itu juga sama tidak terimanya ketika wajahnya terkena lemparan bantal dari Keenan. Lantas, kejadian berikutnya yang terjadi adalah saling melempar bantal satu sama lain. Mereka semua di ruangan itu tertawa dalam senang.
.
.
🌹❤️🌹Jum'at, 30 Juni 2023, 19:01 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...