22. Membuat Keputusan

2 1 0
                                    

Lydia terus mendengarkan pendapat Keenan tentangnya. Tentang dirinya yang mulai berubah menjadi seorang gadis sombong akibat kekayaan dan tuntutan orang tua, dan juga tentang harapan lelaki itu agar ia menjadi gadis yang lebih baik lagi ke depannya. Lydia sadar dengan segala kesalahan yang ia perbuat selama ini. Sehingga, ia pun tersenyum sebagai tanggapan. Ada kelegaan tersendiri setelah mengobrol berdua dengan Keenan meski dalam wujud Adel. Ia perlu bersyukur karena jika dalam wajah Lydia sendiri, Keenan kemungkinan tidak akan mau mengobrol banyak seperti yang dilakukannya sekarang ini.

"Kalau Lydia dan saya berbaikan, kira-kira Kak Keenan bakalan balik temenan sama dia, gak?" Lydia bertanya. Ini yang sedari tadi ia pikirkan. Mungkin memang sudah saatnya baik Adel maupun ia untuk tak saling mengganggu. Ya, meskipun sebenarnya pengganggu di sini hanyalah dirinya seorang.

"Mungkin. Gue sama Lydia sebenarnya gak kenapa-kenapa, kok. Yang gue pengen Lydia jadi dirinya sendiri. Bukan jadi orang yang sempurna seperti yang selalu dituntut sama kedua orang tuanya. Dia bisa jadi sempurna lewat dirinya sendiri, nggak perlu bertingkah yang berlebihan. Padahal, ya, sosok lama Lydia juga udah sempurna dengan caranya sendiri." Sungguh, Lydia semakin terharu mendengar hal itu hingga matanya berkaca-kaca.

Keenan lantas panik melihat gadis di hadapannya yang hendak menangis. Pikirannya berputar mungkin saja kalau ia menangis karena tersentuh dengan kisah yang baru saja dibagi olehnya. Hingga kemudian, Keenan memberikan sebuah sapu tangan agar gadis di depannya itu bisa menggunakannya untuk menghapus sedikit tetesan air mata.

"Gue sama Adel udah baikan, kok. Gue janji gak bakalan ngerundung dia lagi," ucap Lydia.

Keenan mendengar hal itu kemudian terkejut bukan main. Yang berbicara di depannya saat ini Adel, kan? Tetapi gaya bicara dan apa yang diucapkan terkesan dirinya adalah Lydia. Keenan jadi bingung dan memutuskan bertanya, "Maksud lo?"

Lydia yang tersadar pun akhirnya memperbaiki pernyataannya, "M-Maksud saya, saya udah baikan kok sama Lydia."

"Benarkah?" Keenan bertanya, agak tidak percaya karena dua orang ini beberapa hari lalu saja masih sempat cekcok mulut. Ia tidak memperhatikan dengan jelas tapi mengintip dari kelas lain dan melihat keduanya masih sering adu mulut meski ia sendiri tidak bisa mendengar. Selain itu, Keenan juga mengetahuinya dari gosip para siswi yang beredar.

"Kemarin, Lydia sudah minta maaf duluan ke saya. Saya, sih, enggak ngerti kenapa tiba-tiba banget. Tapi katanya, Lydia sudah sadar dan gak akan mengulang kesalahan yang sama." Meski ada keraguan di wajah Keenan saat mendengar penuturan itu, tetapi ada kelegaan dan raut senang juga di balik senyum tipisnya.

"Baguslah. Gue pengen liat ke depannya kira-kira Lydia bisa beneran balik jadi baik kayak dulu lagi atau enggak." Keenan berkomentar.

Cepat-cepat Lydia menjawab, "Pasti jadi lebih baik, kok."

"Ya sudah, lo makan aja yang banyak. Mumpung gue yang traktir." Keenan menambahkan.

"I-Iya, Kak Keenan." Lydia menjawab gugup.

Makanan di rumah Adel memang sederhana, hasil buatan tangan ibunya dan itu pun dengan bahan-bahan yang seadanya. Mereka memiliki kulkas yang kecil dan diisi dengan banyak sayuran karena sayuran itu bisa didapatkan lewat kebun kecil di belakang rumah. Ada tempe dan tahu juga di sana. Bu Widya dan Adel sepertinya jarang memakan daging enak seperti yang biasanya ia makan tiap harinya. Hari ini pun, Lydia kenyang dengan sayur bayam kuah tanpa lauk apapun lagi. Itu sudah cukup. Lydia belajar menerima dengan segala hal yang terjadi.

Namun, malam ini biarkan saja ia makan puas berhubung sedang bersama Keenan. Bukankah Keenan sendiri yang mengatakan bahwa siapapun harus menjadi dirinya sendiri? Lydia di masa lalu punya nafsu makan yang tinggi. Jadi wajar kalau sekarang pun demikian.

"Lo jadi mirip Lydia kecil kalau cara makannya kayak gitu. Dia suka banget sama roti isi daging," komentar Keenan tiba-tiba.

Lydia terdiam, mengingat masa lalunya yang selalu lahap makan kalau berurusan dengan roti daging. "I-Ini enak, sih, Kak. Jadinya saya lahap banget makannya."

Tidak ada obrolan apapun di antara kedua orang itu lagi. Kemudian, Keenan mengantar Lydia pulang ke rumah Adel ketika makan malamnya telah selesai.

.
.

🌹❤️🌹

Jum'at, 30 Juni 2023, 18:42 WIB.

🌹❤️🌹

~ Resti Queen ~

I'm Not Ugly, Just Broken! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang