29. Balkon Rumah

6 1 0
                                    

Kedatangan keluarga Keenan rupanya dengan maksud memperbaiki hubungan baik di masa lalu yang sempat terputus. Satu bulan terakhir ini, antara keluarga Lydia sendiri pun sedang tidak baik-baik saja. Namun, segalanya semakin baik di kemudian hari. Hingga baik Lydia maupun kedua orang tuanya sama-sama memperbaiki diri dan tak lagi menuntut banyak hal.

Lydia menceritakan tentang keluh kesahnya selama ini. Tentang dirinya yang tertekan akibat tuntutan mereka. Ada mulanya memang Lydia kembali mendapat amukan marah. Akan tetapi, lambat laun akhirnya sang papa dan mama pun mengerti dengan sendirinya. Keduanya sadar bahwa perlakuannya terhadap putri mereka telah salah.

Keluarga Lydia pun menjadi lebih baik lagi. Lebih terbuka satu sama lain dan lebih hangat daripada biasanya. Jujur saja, hal itu masuk ke dalam perhatian Keenan. Selama di sekolah pun lelaki itu memperhatikan Lydia lebih jauh. Dipikir-pikir Lydia sudah bisa menjadi dirinya sendiri, berhenti menjadi penindas, meninggalkan teman yang toxic, dan mulai berteman dengan Adel.

Tidak hanya itu, Lydia juga semakin dekat dengan teman-teman lainnya di kelasnya tanpa memandang status. Tidak ada lagi senioritas atau merasa unggul di antara orang lain. Lydia benar-benar berubah menjadi pribadi yang tidak membeda-bedakan dalam hal berteman. Meskipun, ia masih menghindari berteman dengan orang-orang yang menyebalkan seperti Sarah dan Lili contohnya.

"Gue seneng akhirnya lo jadi diri lo sendiri." Keenan berkata demikian di balkon lantai dua.

Setelah menghabiskan banyak waktu dengan bermain game atau hanya sekedar mengobrol di ruang keluarga, juga kedua orang tua Lydia dan kedua orang tua Keenan pun membahas tentang kerja sama bisnis, lalu dilanjutkan dengan acara makan malam bersama. Selesai dengan itu, Keenan dan Lydia pun memutuskan untuk mengobrol berdua di balkon.

"Butuh semua ini dulu sampai lo mau nyapa gue lagi, huh?" Lydia mengejek.

"Gue cuma rindu Lydia gue yang lama." Keenan berkata dengan pandangan yang mengarah pada bintang di langit. "Dan sekarang, kerinduan gue udah terobati. Jadi gak ada salahnya kalau kita berdamai lagi, kan."

"Lagipula dari awal sebenarnya kita gak bertengkar, Keenan." Lydia membalas.

"Iya. Gue minta maaf karena udah–"

"Gak usah maaf-maafan gitu. Tanpa diomongin gue udah ngerti duluan, kok." Lydia memotong. Tidak mau situasi menjadi canggung jika membahas tentang saling meminta maaf. Lagipula kedua belah pihak pun sama-sama salah. Keenan yang menghindar tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu pada Lydia, dan sikap Lydia yang berubah menjadi semena-mena. Saling mengerti di antara mereka sudah cukup dijadikan sebagai bentuk memaafkan.

"Besok dan seterusnya, Bu Widya mau mempersiapkan banyak hal soal toko roti yang bakalan dibukanya." Lydia mengubah topik.

"Iya, gue tau. Lo kan yang udah bantu mereka?" Keenan memberikan tanggapan yang membuat Lydia terkejut.

"Kok lo tau, sih?"

"Kan gue dah bilang, kalau selama ini gue perhatiin lo."

Wajah Lydia memanas mendengar penuturan Keenan. Diperhatikan? Jadi selama ini ia diperhatikan oleh Keenan. Mendapatkan kabar yang seperti itu saja sudah sangat membuatnya senang. Biarlah ke depannya mereka akan menjadi seperti apa. Yang jelas, sekarang sebagai teman sudah cukup membahagiakan.

.
.
🌹❤️🌹

Jum'at, 30 Juni 2023, 19:05 WIB.

🌹❤️🌹

~ Resti Queen ~

I'm Not Ugly, Just Broken! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang