Adel tertawa di sela tangisnya yang masih pecah. Tidak sia-sia ia mendapatkan tendangan dari Lydia karena apa yang diinginkannya berhasil didapat. Ada beberapa helai rambut Lydia yang sekarang ada di tangannya. Ia menatap helaian rambut tersebut, menggumpalnya menjadi ukuran kecil, dan kemudian memasukkan pada liontin dari kalung yang dikenakannya saat ini.
Dalam hati Adel sedikit menertawakan diri sendiri karena percaya pada hal misterius seperti ini. Tetapi jika boleh berharap, Adel sangat ingin menjadi sempurna seperti Lydia. Ia ingin menjadi kaya, ingin menjadi cantik, ingin menjadi pintar, dan ia ingin kehidupan sempurna seperti yang dimiliki oleh Lydia.
Air mata Adel menetes jatuh, tetesannya mengenai bandul kalung itu hingga kemudian bercahaya. Adel panik seketika, ia melepas bandul yang semula dipegang dan membiarkan benda itu tergantung di lehernya. Cahaya merah dari bandul itu kian melebar, membuat Adel merasa silau hingga harus memejamkan mata.
Satu menit berlalu sejak ia memejam, Adel kembali membuka mata dan menyadari dirinya tidak berada di depan ruang kelas. Ia kebingungan karena ia sudah ada di halaman depan sekolah. Adel sangat yakin dirinya tidak pergi ke mana-mana karena badannya sudah terlalu lemas. Namun, sekarang justru secara ajaib ia berpindah tempat dan rasa sakit serta lapar dan lemas di tubuhnya menghilang tanpa sisa.
"Lydia!" Suara yang disertai dengan tepukan pada bahu Adel membuat gadis itu menoleh. Ia mendapati salah satu teman sekelasnya yang lain. Adel tidak terlalu kenal meski mengetahui namanya sehingga ia memutuskan untuk menjauh.
"M-Maaf," ucapnya kikuk dan hendak pergi kalau saja tangannya tidak dicegat oleh temannya.
"Lo kenapa, sih, Lyd? Tiba-tiba bengong di jalan kayak begini." Pertanyaan itu tidak Adel mengerti. Dahinya mengernyit begitu dalam. Otaknya dipenuhi dengan tanda tanya. Mengapa ia dipanggil Lydia?
"Lydia? A-Apa maksudnya, ya?" tanya Adel tidak mengerti.
"Lo aneh, Lyd. Lo lagi main drama apa bagaimana? Lagi pura-pura amnesia sama nama diri lo sendiri?" Lawan bicaranya bertanya disertai suara kekehan.
Saat berusaha mencerna apa yang sedang terjadi saat ini, Adel tiba-tiba teringat pada perkataan nenek tua yang dijumpainya semalam.
"Nenek bisa pindahin jiwa Nak Adel ke wadah yang sempurna dan hidup sebagai si sempurna."
Adel terperanjat. Ia benar-benar pergi dari halaman depan sekolah saat itu juga. Ia mengabaikan teriakan-teriakan dari si lawan bicara yang terus memanggil namanya. Langkah kakinya baru berhenti ketika tiba di toilet wanita. Ia berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di atas westafel.
Napas Adel tercekat dengan gemuruh jantung terdengar hingga ke telinga. Kepalanya bergeleng-geleng seakan tidak mau percaya. Apa yang dilihat olehnya bukanlah Adel. Melainkan Lydia.
Itu benar-benar tubuh Lydia dengan jiwa Adel di dalamnya. Lantas, Adel semakin mendekat ke cermin, memastikan apa yang dilihatnya adalah benar. Ia menyentuh bagian wajah dan memeriksa tubuh sendiri. Pakaiannya bersih, ia menggunakan jam tangan mahal, ada banyak uang di dalam kantong sakunya yang kalau Adel sendiri bisa pakai hingga satu bulan penuh. Lalu, Adel menangis.
"I-Ini ... benar-benar terjadi. Jiwaku berpindah pada orang yang sempurna. Ucapan nenek tua itu bukan kebohongan." Adel bergumam sendiri.
Kali ini, ia tidak tahu harus berbahagia atau justru bersedih. Dengan tubuh yang seperti ini, semua orang akan menganggap bahwa dirinya adalah Lydia bukan Adel. Akan tetapi, itu tidak masalah. Setidaknya Adel bisa merasakan bagaimana kehidupan menjadi seorang gadis yang sempurna.
Lantas, Adel pun tersenyum bahagia. Satu hal yang terbesit di kepala Adel saat ini adalah tentang pertukaran jiwa. Jika ia masuk ke dalam tubuh Lydia, maka jiwa dari Lydia akan masuk ke tubuh aslinya. Adel ingin memastikannya. Maka dari itu, ia kembali ke halaman kelas di mana tubuh Adel yang asli masih meratapi nasib di sana.
Akan tetapi, Adel tidak benar-benar kembali ke kalas. Ia hanya mengintip dari kelas lain dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Tampak di sana Lydia yang sedang berada dalam tubuh Adel kebingungan sembari memperhatikan dirinya sendiri. Adel tersenyum puas menyaksikan Lydia yang sekarang bisa merasakan penderitaan dirinya. Lydia menangis di depan kelas sana. Tubuh Adel yang saat ini tidak dalam kondisi baik akibat lapar dan kelelahan. Gadis itu pun tumbang seketika, pingsan di depan kelas.
Adel yang menyaksikan tubuhnya sendiri pun hendak menolong. Tetapi langkahnya terhenti karena melihat kedatangan Keenan. Lelaki itu tampak panik dan dengan mudahnya mengangkat tubuh Adel dalam gendongan. Sekarang, Adel tidak perlu khawatir lagi. Lydia di dalam tubuh Adel yang asli akan baik-baik saja selama Keenan membantunya.
.
.
.Rabu, 31 Mei 2023, 23:15 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...