Suasana di ruang makan mewah itu sedang tidak nyaman. Wajah-wajah dari dua orang yang duduk dan menikmati makan malam begitu masam. Tampak jelas di wajah laki-laki yang sudah menginjak kepala empat dan wanita cantik yang menemaninya penuh emosi tetapi tak disuarakan. Keduanya makan dalam diam dengan ekspresi yang benar-benar mengesalkan. Lydia tidak bisa terus-terusan bersama dengan kedua orang tuanya dalam kondisi yang seperti ini.
"Lydia ke kamar dulu, Pa, Ma. Udah kenyang." Jelas gadis itu sedang berbohong. Ia hanya menyuap beberapa sendok dari makan malamnya dan berhenti tanpa menghabiskan.
Lantas, ketika Lydia beranjak dari kursi tempat duduknya, ia tidak jadi melangkah akibat gebrakan pada meja makan yang dilakukan oleh papanya.
"Mau ke mana kamu?" Suara pria itu berat. Lydia gemetaran dan menelan ludah kasar. Gadis itu tahu betul bahwa kedua orang tuanya sedang marah.
"K-Kan tadi Lydia udah bilang mau ke kamar." Sampai terbata-bata Lydia dalam berucap.
"Oh, setelah melakukan banyak kesalahan sekarang kamu tidak mau bertanggung jawab dan langsung kabur, begitu?" Jujur saja Lydia bingung harus menanggapi bagaimana atas kalimat papanya tersebut. Ia mengerutkan kening, mencoba berpikir kesalahan apa yang dimaksud. Nilainya di sekolah juga masih sama mendapat hasil sempurna, peringkatnya juga teratas dan menjadi juara pada olimpiade matematika sebelumnya.
Seharusnya dari itu semua, Lydia tidak melakukan kesalahan apapun bukan? Ia masih sama seperti Lydia yang orang tuanya inginkan. Si gadis sempurna dalam segala hal.
"M-Maksud Papa apa? Papa marah-marah sama Lydia tiba-tiba, mana Lydia tau Papa marah karena apa." Lydia masih berkata dengan terbata.
"Siapa yang kamu bully di sekolah?" Pertanyaan papanya membuat Lydia bungkam.
Sial! Image sempurna yang susah payah Lydia bangun selama ini harus mendapat cela gara-gara perbuatannya pada Adel. Dalam hati, Lydia mengumpat berkali-kali. Sudah pasti ini perbuatan Adel yang melapor pada guru dan kemudian disampaikan pada papanya.
"L-Lydia tidak ikut-ikutan, kok, Pa. Itu perbuatan temen Lydia yang lain. Waktu itu Lydia cuma menon–" Ucapannya terhenti ketika piring di atas meja dilempar oleh sang papa ke lantai hingga pecah.
"JANGAN BANYAK ALASAN!" Suara tinggi papanya membuat Lydia terdiam.
Gadis itu menahan sekuat mungkin matanya yang sudah memanas, seakan benda cair bening itu akan terjun begitu saja. Namun, tidak boleh. Lydia tidak boleh menangis karena dirinya adalah gadis sempurna. Ia kuat.
"Terpaksa, Pa. Lydia terpaksa melakukan itu karena anak itu dekil, jorok, jelek, dan deket-deket sama Lydia terus. Lydia kan harus jaga image, temen Lydia harusnya orang-orang yang sama seperti Lydia." Alasan. Tentu saja hanya alasan yang dibuat-buat. Lydia melakukan kekerasan pada Adel hanya atas dasar pelampiasan.
"Ingat! Kamu anak keluarga terhormat, penyumbang dana terbesar di sekolah itu, pemilik perusahaan besar. Kamu jangan pernah mengecewakan kami selaku orang tuamu. Sebagai anak dari keluarga terhormat, kamu juga wajib menjadi orang terpandang, Lydia. Perbuatannya sudah mencoreng nama baik keluarga kita!" Lydia hanya mengangguk mendengar penuturan panjang lebar dari papanya.
Dalam lirikan kecil, Lydia menangkap mamanya yang masih asyik menikmati makan malam di meja. Seakan tidak memedulikan sama sekali tentang pertengkaran papa dan anak yang sedang terjadi di sebelahnya.
"Kamu harus menjadi anak paling cerdas, paling teladan, paling berprestasi, cantik, anggun, dan berpendidikan. Buat musuh-musuh bisnis Papa iri karena kamu jauh lebih sempurna di atas siapapun," tambah Erlangga–Papa Lydia. "Pergi ke kamarmu dan belajar yang rajin! Setelah ini, Papa tidak mau dengar kamu punya masalah lagi di sekolah!"
Lantas, Lydia pergi dari ruang makan yang memuakkan itu dari kamarnya dengan perasaan yang tidak bisa dideskripsikan. Ia tertekan, emosi, tetapi tidak bisa melawan. Yang ia mampu untuk lakukan hanyalah diam dan menerima segala hal yang keluarganya tekankan pada dirinya.
Ah, jujur Lydia stres menghadapi segalanya. Melihat Adel yang bisa tertawa-tawa santai di sekolah membuat ia merasa benci. Mengapa hidupnya tidak sama dengan gembel itu? Mengapa ia berbeda dengan gembel itu? Si miskin yang tampak bahagia dan dirinya si sempurna tetapi tersiksa. Lydia tidak suka itu.
.
.
.🌹❤️🌹
Kamis, 25 Mei 2023, 12:17 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...