12. Sisi Lain

9 1 0
                                    

Sejak kemarin, Adel merasa cukup kesepian meskipun hidup nyaman dalam sebuah rumah yang sudah terlihat seperti istana. Tatapan menusuk yang diberikan oleh mamanya ketika ia banyak memakan makanan dalam kulkas, atau dengan lahap dan rakusnya ia ketika makan siang. Hal tersebut semakin bertambah buruk ketika papanya justru menggebrak meja makan dan berkata kasar karena tidak suka dengan kelakuan Adel.

Ejekan-ejekan pun tidak jarang diterima olehnya dari papanya sendiri perihal tindakannya yang dianggap tidak beradab serta tidak anggun. Papanya–oh sebut saja Erlangga karena dia bukanlah papa Adel. Pria itu bahkan sampai melempar gelas, membuat keributan, dan hampir saja menampar Adel kalau salah satu pelayan tidak mencegahnya. Sedang Diana–sang mama justru hanya diam sambil menikmati makan malam seolah tidak terjadi hal apapun.

Dari hal ini, Adel bisa mengumpulkan bahwa di balik diri sempurna seorang Lydia pun menyimpan banyak kekurangan yang tidak ditunjukkan di depan mata banyak orang. Termasuk konflik keluarga yang tidak baik-baik saja. Akhirnya, Adel hanya menghabiskan malam dengan belajar di dalam kamar. Sebuah kamar yang sangat cantik dengan banyak alat-alat yang tidak dimilikinya di rumah. Pakaian serba lengkap, meja rias yang memiliki banyak alat make-up di atasnya. Juga barang elektronik canggih seperti TV, Komputer, alat bermain game pun ada di dalam kamarnya.

Dari segi kemewahan yang dimiliki oleh Lydia, Adel benar-benar iri. Mungkin perlakuan kedua orang tua Lydia sekeras itu adalah karena menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sehingga Adel mencoba berpikiran positif dan mengabaikan apa yang sudah terjadi semalam. Ia akan terus menjadi Lydia untuk waktu yang lumayan lama.

"Lyd." Seseorang memanggil. Berhubung dirinya sekarang menjadi Lydia, sehingga Adel pun menoleh. Tampak dua orang sedang tergesa-gesa menuju ke bangkunya saat ini.

"Lo ngapain duduk di mejanya Adel?" tanya gadis itu yang seketika membuat Adel tersadar. Mengingat dirinya adalah Lydia, ia lupa untuk duduk di meja gadis itu. Maka dari itu, Adel pun berpindah ke kursi dan meja kosong di paling depan. Meja yang biasanya dipakai Lydia sehari-hari di dalam kelas.

"Lo aneh banget tau, gak, sih, Lyd." Siska, gadis dengan rambut bob itu berkomentar.

"Saya duduk di sana cuma–"

"Aneh banget, kan? Masa tadi kita ketemu Adel, gaya bicaranya beneran mirip sama lo. Dan sekarang kita ketemu lo, malah gaya bicara lo yang jadi mirip Adel. Kalian lagi tukeran cara bicara apa gimana dah?" Siska langsung menyerobot dengan banyak argumen.

Adel tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. "I-Iya, gue cuma lagi kepikiran gimana jadinya kalau semisal gue jadi adil."

Adel hanya beralasan. Setidaknya itu masuk akal baginya. Namun, tidak bagi kedua temannya. Dua orang gadis itu saling pandang lalu mengernyitkan kening dalam-dalam.

"Gue punya berita yang gak enak banget." Gadis yang satunya, berambut panjang dengan dasi longgar dan dan dua kancing atas bajunya yang sengaja tidak dipasang. Itu Lili.

"Apa?" Adel bertanya, meski sesungguhnya ia sama sekali tidak kepo.

"Kemarin Keenan ngegendong Adel dan nganterin cewek kampung itu pulang," kata Lili antuasias. Nada bicaranya sudah mirip dengan ibu-ibu yang hendak mengajak bergosip.

"Oh." Adel merespon seadanya.

"Lo gak marah, Lyd? Adel udah nyuri crush lo selama ini." Siska menanggapi.

Adel sesungguhnya memang sudah tahu hal itu. Dirinya pun menyaksikan sendiri bagaimana Keenan menggendongnya dengan wajah prihatin kemarin. Apa yang terjadi di antara mereka murni karena faktor ketidaksengajaan. Selama ini, yang berulah memang selalu Lydia dan Keenan hanya membantu Adel. Menurutnya, ia sendiri tidak bersalah. Akan tetapi Lydia cukup bersalah karena melampiaskan emosinya akibat Keenan yang lebih dekat dengannya daripada dari dirinya sendiri.

Dalam hati, Adel sedikit merasa kasihan dengan kondisi Lydia yang buruk. Keluarga yang tidak baik-baik saja, dan seorang pria yang disukainya pun tidak cukup meliriknya. Apa mungkin, Adel mendekati Keenan saja agar membuat lelaki itu tertarik padanya? Dengan begitu ketika tiba waktu bagi mereka kembali ke tubuh masing-masing, Lydia tidak akan benar-benar marah padanya karena masih ada hal baik yang tersisa.

Namun, dipikir kembali rasanya Adel tidak perlu melakukan sejauh itu.

"Biarin aja. Lagian bukan Adel yang deketin duluan." Jawaban tersebut membuat Siska dan Lili tidak habis pikir.

Keduanya terdiam dan sama-sama merasa ada yang aneh dengan Lydia yang mereka kenal. Juga merasa aneh pada Adel yang ditemuinya di halaman depan sekolah. Tetapi, mereka tidak mengutarakan dan hanya duduk di kursi masing-masing karena jam pelajaran akan segera dimulai.

.
.
.

Selasa, 20 Juni 2023, 11:21 WIB.

🌹❤️🌹

~ Resti Queen ~

I'm Not Ugly, Just Broken! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang