Jujur saja, Lydia tidak tahu harus bagaimana dalam menyikapi fenomena misterius yang terjadi pada dirinya. Jiwanya terjebak dalam tubuh Adel dan mengharuskan ia menjadi orang seperti apa yang selama ini dicemoohkan oleh dirinya sendiri. Degil, jelek, miskin, dan banyak cemoohan lainnya.
Lydia menghela napas lelah. Sejak pulang dari sekolah yang entah bagaimana bisa ada Keenan di dalam kamarnya, ia tidak turun dari atas tempat tidur selain hanya tadi untuk mandi air hangat yang telah disiapkan oleh ibunya. Ibu? Anggaplah begitu karena Lydia saat ini sedang ada di tubuh Adel yang artinya Bu Widya adalah ibunya.
Ini pertama kalinya bagi Lydia merasakan kasih sayang hangat dari seorang ibu. Meski tadi sempat ia rutuki perpindahan jiwa ini dan sempat mengira karma, setidaknya ada hal baik yang terjadi padanya. Bu Widya yang merupakan ibu kandung Adel memiliki sifat yang baik, ramah, pengertian, dan penuh kasih sayang. Terbukti dari bagaimana wanita itu begitu lembut menyuapi Lydia yang sedang sakit dan tidak bisa turun dari ranjang.
Bisa Lydia dengar juga beberapa kali permintaan maaf dari Widya yang terus menyalahkan diri dan merutuk akibat kemiskinan mereka. Tangisan wanita yang tak lagi muda itu membuat penyesalan mendalam di hati Lydia. Tingkah buruk yang dilakukannya selama ini terhadap Adel mungkin juga telah membuat sakit dalam hati wanita baik itu.
Lydia terdiam untuk waktu yang lama. Ia membiarkan ketika Widya terus memberikan perhatian lebih untuknya, memberikan selimut tebal, membantunya mandi dengan menyiapkan air hangat, bahkan memeluknya erat ketika tiba waktu tidurnya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Lydia mendapatkan kehangatan yang demikian. Jika diingat, belum pernah sekalipun mamanya memeluknya ketika tidur atau menemaninya ketika sakit. Yang ada hanyalah para pelayan. Kedua orang tua asli Lydia terlalu sibuk dalam pekerjaan.
Hingga tiba waktu pagi, Lydia bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia sudah bisa pasrah untuk sementara ini. Menerima pakaian kumal milik Adel dan mengenakannya. Buku-buku yang sudah lusuh, tas yang sudah tidak diganti entah berapa tahun sudah dipakai, sepatu buluk yang warna hitamnya sudah pudar. Lydia menghela napas. Ia mencium tangan Widya sebelum berangkat seusai sarapan.
Di sekolah, dirinya justru bertemu dengan dua temannya yang merupakan pem-bully setia Adel. Namun, saat ini dirinya sedang berada di tubuh Adel sehingga keduanya justru mengira ia adalah Adel. Bisa Lydia tebak apa yang akan kedua orang itu lakukan ketika mereka menghampiri dirinya dan bersedekap sambil memberikan pandangan merendahkan.
"Gue denger lo pingsan, ya, kemarin?" Gadis bermodel rambut bob memulai pembicaraan. Itu jelas bukan pertanyaan atau sesuatu yang perlu untuk ditanggapi. Lydia hanya diam, ia memutar bola matanya begitu malas. Sungguh, tidak ada hal yang lebih Lydia inginkan selain cepat-cepat tiba ke kelas.
"Dan gue juga dengar kalau lo ditolong lagi sama Keenan." Mendengar nama Keenan disebut oleh seorang gadis yang lainnya membuat Lydia terdongak. Jujur saja, ia memang menyukai Keenan. Sehingga apapun yang menyangkut tentang lelaki itu tidak bisa begitu saja ia abaikan. Ketika nama Keenan disebut, ia tertarik untuk meladeni mereka lebih lama.
"Memangnya kenapa?" Lydia bertanya balik. Kedua lawan bicaranya sedikit terkejut ketika melihat tanggapan yang tidak mereka duga. Wajah Adel yang menatap balik dengan tatapan tanpa beban, ada kepercayaan diri yang ditunjukkan dalam ekspresi gadis itu. Mereka berdua tidak pernah tahu bahwa Adel yang dihadapannya saat ini bukanlah Adel yang sebenarnya. Melainkan di dalamnya ada jiwa Lydia.
"Gue bakalan laporin sama Lydia dan lo pasti bakal disiksa lagi karena ngerebut crush Lydia." Si gadis bermodel bob berkata demikian dengan wajah mengancam.
Lydia tertawa kecil sesaat sebelum kemudian menjawab, "Laporin aja. Gue yakin kalau si Lydia itu gak bakalan lagi berani buat ngapa-ngapain gue."
Kedua lawan bicaranya kembali terkejut. Ini pertama kalinya ia melihat gadis yang selalu mereka bully berkata dengan intonasi keras seperti itu. Pertama kali aksen bicaranya juga berubah. Tidak lagi sopan dengan menggunakan kata 'saya-kamu' melainkan justru sama seperti gaya berbicara mereka.
"Awas aja lo nanti," ancam satu orang lainnya yang kemudian langsung melenggang pergi.
Lydia sekali lagi tertawa. Meski tubuhnya yang asli saat ini diisi oleh Adel, Lydia sangat yakin bahwa gadis itu tidak akan bermacam-macam dengannya. Adel memiliki kepribadian yang baik dan kikuk. Ia tidak akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kekerasan seperti yang Lydia lakukan sebelumnya.
Rupanya, bertubuh Adel dengan jiwa Lydia di dalamnya tidak buruk juga. Lydia sedikit menyukainya. Ia bisa terlepas dari banyak kekangan dan tuntutan keluarga dan bisa berleha-leha atau melakukan hal menyenangkan bersama ibunya yang baru. Lydia sedikit merasa penasaran, bagaimana jadinya Adel yang menggunakan tubuhnya?
.
.
.Selasa, 20 Juni 2023, 10:16 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...