Sampai di kafe, Keenan memesankan makanan yang ditawarkan oleh kafe lengkap juga dengan minumannya. Saat menawarkan pada gadis di depannya dan menjawab terserah, maka Keenan pun memesan makanan dan minuman yang sama persis dengan miliknya.
"Gimana kabar lo? Udah sehat?" Keenan pun bertanya.
Lydia mengangguk. "Gue udah baik-baik aja."
"Gue?" Keenan tertawa.
"K-Kenapa emangnya?" tanya Lydia agak tergugu. Tidak tahu bagian mana dari dirinya yang lucu hingga membuat lawan bicaranya itu tertawa.
"Nggak. Ini pertama kalinya gue denger lo manggil dengan kata 'gue'. Beda aja gitu." Keenan menanggapi.
Seketika Lydia jadi teringat bahwa gaya bicaranya bukan terdengar seperti Adel. Ia lupa kalau Adel tidak pernah berkata seperti itu. Sekali lagi, Lydia mengingat-ingat bagaimana Adel ketika berbincang dengannya. Adel itu lembut dan juga sopan sehingga ketika ia menyebut tentang dirinya akan menggunakan kata 'saya'.
"S-Saya hanya nyoba aja, kok." Lydia akhirnya berucap lagi.
"Nah, ini baru Adel," komentar Keenan dengan kekehan kecil.
"Kalau boleh tau, kenapa Kak Keenan jadi ngajakin saya ke sini, ya?" tanya Lydia tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
"Nggak ada alasan khusus sebenernya. Gue cuma liat lo sama Bu Widya lagi jualan, makanya tadi nyempetin beli dagangan sekalian ngajakin lo makan malam dan nanya kabar." Keenan memberikan penjelasan.
Lydia mengangguk-angguk. Alasan yang diucapkan oleh Keenan terlalu sederhana. Ia perlu memastikan sesuatu karena Keenan tampaknya sangat peduli terhadap Adel. Saat ia melakukan kekerasan pada Adel dahulu, Keenan ada di sisi gadis itu untuk membantu. Bahkan ketika ia pingsan di depan ruang kelas, Keenan juga yang menggendong dan membawanya pulang. Lalu sekarang, ia justru mengajak makan malam berdua dengan Adel yang sebenarnya adalah Lydia.
"B-bukan karena Kak Keenan suka sama saya, kan?" tanya Lydia dengan sedikit ragu ketika mengucapkan kalimat pertanyaan itu.
Jujur saja ia merasa was-was dengan jawaban apa yang akan diberikan oleh Keenan, antara jawaban iya dan tidak. Kalau tidak maka ia perlu bersenang hati karena Keenan tidak tertarik pada Adel sehingga ia masih memiliki kesempatan untuk mengejar hati lelaki itu. Tetapi jika jawabannya adalah iya, maka Lydia tidak sanggup untuk mendengar. Bisa ia bayangkan akan menangis di kursinya saat itu juga jika sampai Keenan menyukai Adel.
"Lo nanya begitu bercanda apa gimana, nih?" Keenan justru bertanya balik alih-alih menjawab.
"Kak Keenan terlalu baik ke saya, jadinya saya pikirannya aneh-aneh dan curiga ke hal lain. Kalau benar Kak Keenan suka sama saya, maka sebaiknya jangan, Kak." Lydia berbicara. Begitu sopan, seperti bagaimana biasanya Adel berbicara terhadapnya.
"Memangnya kalau orang baik harus suka dulu, ya, baru boleh baik? Kalau gak suka sama orangnya gak boleh berbuat baik gitu?" Keenan lagi-lagi menanggapi Lydia dengan pertanyaan.
"Y-Ya, nggak gitu juga, sih, Kak." Lydia menjawab sembari menggaruk tengkuknya sedikit.
"Gue ya cuma pengen nolongin lo aja, sih, Del. Kesel sendiri karena lo sama sekali gak ngelawan tiap diperlakukan kasar sama Lydia." Jadi itu alasan Keenan.
"Kak Keenan gak suka sama Lydia?" tanya Lydia serius.
Ia benar-benar membutuhkan jawaban dari Keenan saat ini. Meskipun hal ini bisa membuatnya sakit hati karena tidak disukai oleh orang yang jelas dicintainya. Akan tetapi, ia membutuhkan hal itu agar semakin jelas dan ia bisa tahu alasan di balik lelaki itu jadi tidak menyukainya.
"Nggak gitu juga, sih. Sebenarnya dulu juga kan kita memang temenan." Keenan berucap.
Ya, benar. Dahulu, Lydia dan Keenan adalah teman dekat di waktu kecil. Entah sejak kapan hubungan pertemanan keduanya bisa menjadi begitu renggang. Lydia tidak ingat. Yang pasti, semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas ini, hubungan keduanya seakan tidak saling kenal. Tidak pernah berinteraksi lagi dan cenderung Keenan menjauhinya tanpa alasan. Dan sekarang adalah kesempatan bagi Lydia untuk bisa memperjelas segalanya.
.
.
.Senin, 26 Juni 2023, 20:38 WIB.
🌹❤️🌹
~ Resti Queen ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Ugly, Just Broken! [END]
Teen FictionAdelia Putri selalu menjadi bahan perundungan di sekolahnya lantaran kondisi hidupnya yang tak sempurna. Miskin, jelek, dan bodoh. Itulah yang selalu disematkan oleh Lydia Kirana, seorang gadis dengan predikat sempurna berkat kecantikan, kecerdasan...