|| Day 14 || 506 words ||
| Buat cerita tentang Jumat Kliwon. Dilarang bergenre horor |
| Bukan Horror, Drama |
|| Patron ||Perkumpulan Patron yang dibentuk bertahun silam adalah puncak prestise bagi orang-orang di kota ini. Perkumpulan yang secara magis membuat para anggotanya berumur panjang, dihampiri keberuntungan, dan dilimpahi kekayaan. Para anggotanya orang-orang pilihan, selalu lahir di hari Jumat Kliwon—karena para pendirinya lahir di hari itu dan mata mereka mampu mengenali manusia-manusia lain yang lahir di hari yang sama. Merekalah yang menjaga keamanan dan keseimbangan di kota ini, yang mendamaikan dua orang yang berselisih, dermawan yang memberi makan mulut-mulut lapar di jalanan, sekaligus pengatur pemerintahan kota.
Semua orang ingin masuk ke perkumpulan ini, tak terkecuali Meni. Hari ini, untuk kedelapan belas kalinya, dia menyombongkan diri di hadapan Inem, anak dari sopir dan pembantu rumah tangganya.
"Aku lahir hari Jumat Kliwon, Nem. Tak lama lagi perkumpulan itu akan merekrutku."
Lalu, Meni mengulangi kalimat itu 17 kali lagi tiap berpapasan dengan Inem.
"Perkumpulan Patron akan lewat kompleks rumah ini, Nem!" Meni menarik Inem, memaksanya ikut ke pintu keluar. "Ayo, temani aku melihat mereka. Kau mungkin beruntung bisa menontonku direkrut."
Diantar oleh ayah Inem, sopir keluarga Meni, mereka bertolak ke depan perumahan dan menyaksikan Perkumpulan Patron menyapa Ketua RT. Iring-iringan musik tradisional dan taburan kembang menyambut kedatangan mereka.
"Nak—tunggu! Non, jangan jauh-jauh!" Si sopir berusaha menghentikan keduanya, tetapi Meni keburu menarik Inem membelah kerumunan.
Terseok-seok, Inem mengikuti langkah Meni. "Non, pelan-pelan. Mereka, toh, akan datang kemari tanpa harus kita yang ke sana."
"Oh, betul juga kau!" Meni menyengir. "Orang penting seharusnya menunggu dijemput, bukannya berlari mengejar. Baiklah, kita tunggu di sini."
Ketika para anggota perkumpulan itu berjalan lewat, dibimbing oleh Pak RT, salah satunya menoleh dan menatap langsung pada Meni dan Inem di antara kerumunan. "Tunggu, anak ini ...."
"Oh, kalian mengetahuinya? Dia anak Pak Burhan—salah satu pengusaha terkaya di kota ini." Pak RT tampak berusaha menekan antusiasmenya walau gagal karena membayangkan ada satu anak di wilayah akan direkrut masuk Patron. "Tentu saja, seluruh penghuni kompleks ini tahu anaknya ini lahir Jumat Kliwon."
"Anak-anak kelahiran Jumat Kliwon selalu berwatak baik dan mampu menentramkan hati orang dengan kehadirannya." Si anggota Patron berkata. "Pendirian mereka teguh dan mereka pandai bicara. Mereka spesial. Nak, maukah kau bergabung dengan kami?"
Meni meloncat girang saat tangan pemuda itu terulur ... pada Inem?
"A—" Meni tergagap. Senyumnya lenyap. Ditatapnya Pak RT seperti minta pertanggungjawaban meski ini bukan salah pria itu sama sekali. Pak RT sendiri tampak terguncang. "Tapi ... akulah anaknya Pak Burhan. Akulah yang lahir hari Jumat Kliwon."
"Betulkah?" tanya si pemuda lagi. Kawanan Patronnya menggeleng-geleng tak habis pikir. "Kau meragukan penglihatanku, Nak? Temanmu inilah yang lahir Jumat Kliwon, bukan kau. Kau lahir sehari sebelum dirinya."
Meni menatap sopirnya, pria yang selama ini dikenalinya adalah ayahnya Inem, tengah meremas-remas topinya dengan gugup. Seketika, seluruh perhatian dan kasih sayang berlebihan dari pembantu dan sopirnya kepadanya mulai masuk akal bagi Meni.
Mata sang sopir nanar menatapnya. Bibirnya bergerak getir, berbisik dari kejauhan pada Meni, "Maafkan kami, Nak."
Maap saya blank, liat tema ga kepikiran apa-apa lagi selain anak ketuker. Soalnya yang lekat sama Jumat Kliwon klo nda gaib-gaib ya masalah peruntungan & kelahiran ;-;
Next>>> 15 Juni 2023
'-')/ Pencet bintang di bawah ini takkan bikin jari Anda hilang
KAMU SEDANG MEMBACA
Oracular
RandomKisah-kisah yang entah puitis, humoris, sarkastis, atau optimistis; bercokol di antara enigma dan ambiguitas :.:.: ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2022 ( ~'-')~ Oracular: 30...