24 November 2019

1.5K 377 44
                                    

|| E-Jazzy | 371 words ||

| Short Story |

Tema:
Buat cerita rakyat tentang terjadinya ombak

Ada sebuah kisah, bahwa manusia berasal dari buih laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada sebuah kisah, bahwa manusia berasal dari buih laut. Mereka terlontar dari kedalaman air dan pluk! jatuh ke atas batuan karang pada daratan kecil di tengah samudra.

Tubuh menggigil, mata terpicing—ada daratan hijau di seberang, dihuni hewan-hewan dan tumbuhan nan asri, tetapi manusia-manusia itu tidak tahu cara mencapainya. Kapan pun mereka mencoba berjalan di atas kedua kakinya dan masuk ke air, mereka tenggelam, lantas berakhir menjadi santapan hiu.

Amat lama mereka menanti keajaiban. Perut mereka kosong, tetapi tidak ada yang bisa dimakan di pulau kecil itu—hanya ada bebatuan karang terjal dan batang-batang pohon yang sudah gundul.

Para manusia pun berkreasi, membuat kapal dari kayu. Namun, baru semenit mendayung di atas perahu, hiu keburu menyambar mereka.

Para manusia yang tersisa pun menggeletak di atas kapal-kapal kecilnya, hilang harapan.

Sampai kemudian, kikisan batu karang terjatuh ke air, membentuk riak. Lalu, sebongkah batu tercemplung ke dalam air, membentuk gelombang. Serpih kayu dari sisa bangkai kapal kawanan mereka pun terdorong ke tengah lautan, mendekati pulau di seberang.

Lantas diadakanlah pengorbanan.

Seorang pria melompat dari buritan kapal, menciptakan gelombang yang mendorong kapal ke depan saat air menyambut tubuhnya. Predator air turut menguak, dan terciptalah ombak besar yang menampar kapal lebih jauh.

Sebelum sang predator mengejar, seorang wanita terjun dengan cara yang serupa dari bagian belakang kapal. Ombak bergulung, mendebur, menggempur kapal.

Satu per satu manusia dewasa turun ke laut. Hingga sampailah kapal ke seberang, dengan tersisa masing-masing seorang adam dan hawa di dalamnya.

---***---

"Tidak ada mesin kapal seperti sekarang. Dayung-dayung belum cukup kuat. Ketika nasib baik tak kunjung datang, insting paling dasar nenek moyang mengambil alih—untuk kebaikan yang lebih besar. Mereka membuat ombak, dan sampailah leluhur kita ke pulau nan indah ini."

"Untuk kebaikan yang lebih besar." Sang pemuda mengangguk. "Baiklah, Ibu, aku tidak akan takut lagi pada ombak."

Ibunya mengecup keningnya, lalu memeluknya selama semenit penuh. "Selamat jalan, Nak."

Sang ibu mengamati anaknya naik ke atas kapal, hanya dengan sebuah tas butut terselempang. Mengadu nasib, menuruti insting primitif, sang pemuda pun dilepas berlayar oleh ibunya.

Ada yang tinggal. Ada yang pergi. Ada yang harus berjuang seorang diri. Sang ibu mengerti, inilah pengorbanan anaknya: meninggalkan rumah yang membesarkannya dan merantau sendiri. Dan ini jualah pengorbanan sang ibu: melepas darah dagingnya pergi darinya.

Selayaknya nenek moyang mereka yang menciptakan ombak besar. Selayaknya anak-anak terakhir mereka yang harus melanjutkan perjuangan.

Pengorbanan. Untuk kebaikan yang lebih besar.

 Untuk kebaikan yang lebih besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yo '-')/

Bye \('-'

//kehabisan author note

Doakan saya masih hidup sampai 6 hari ke depan ( /'-')/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doakan saya masih hidup sampai 6 hari ke depan ( /'-')/

Next >>> 25 November 2019

OracularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang