|| Day 23 || 1312 words ||
| Tokoh cerita kalian hendak mengakses link video conference. Namun, karena salah mengklik link, ia malah terhubung dengan dunia paralel |
| Genre random gado-gado campur aduk rujak siomay batagor nasi padang (Ya Tuhan saya lapar) |
|| Assemble ||"Delilah," panggil Cantika, tampak kebingungan di antara dua buah laptop yang identik di atas meja. "Tadi Idlan bilang kita pakai laptopnya yang mana, ya?"
"Aku yakin yang kanan," ujarku tak yakin. "Dia bilang, jangan sentuh yang kiri."
"Enggak kebalik, tuh?"
"Kalau kebalik, kita tinggal tukar posisi laptopnya yang kiri ke kanan."
"Del," kata Cantika lagi sambil mengernyit. "Kok, kamu bisa tembus masuk ke SMA kita, sih?"
"Itu pujian?"
"Itu pertanyaan," sahut Cantika, lalu berdecak. "Apa kita tunggu Idlan saja, ya? Jujur, dari ceritamu yang sudah-sudah, tentang barang-barang aneh di toko dukun orang tuanya, aku jadi paranoid pinjam laptopnya begini."
"Tapi, sebentar lagi fans meeting-nya dimulai." Kulirik jam pada ponselku. "Idlan lagi membantu ibunya baca peruntungan orang di lantai bawah—pasti lama. Kalau kamu takut, kita coba cari tempat yang ada wifi saja."
"Tapi satu kota lagi mati listrik, Del. Rumah ini doang yang nyala. Laptop kita berdua baterainya sama-sama kembung, jadi mau enggak mau harus pinjam punya Idlan." Cantika mendengkus, kemudian wajahnya mengerut. "Aneh, enggak, sih. Ini keluarga dukun, tapi kelihatannya satu kota lebih terbelakang dari mereka."
"Ih. Ya sudah, pakai yang kiri saja."
Kubuka laptop di kiri dan menyalakannya. Aku mendesah lega saat melihat ada icon yang kelihatannya mirip aplikasi zo'om untuk video conference. Jadi, aman untuk mengasumsikan ini laptop biasa, bukan laptop makhluk halus.
Kubuka email dan mengklik tautan untuk bergabung ke dalam meeting. Namun, saat aplikasi itu terbuka otomatis, link-nya berubah sendiri dan menambahkan simbol aneh yang tidak seharusnya ada di dalamnya.
Kucek dua kali link itu, membandingkannya dengan yang ada di ponselku. Tautannya salah. Sebelum aku sempat membatalkannya, video langsung tersambung.
Selamat Datang di Dunia Paralel Nomor #1—tercantum di layar.
Lalu, layar itu menampakkan wajah seorang bocah laki-laki yang mengernyit bingung menatap kami. Kunyalakan suaranya yang pada mulanya mute, lantas di suatu tempat di belakang bocah itu, terdengar suara seorang perempuan, "—ya, Erion?"
Bocah yang barangkali namanya Erion itu menoleh, tangannya bergerak-gerak, lalu kusadari dia sedang bicara dalam bahasa isyarat.
"Mustahil salah sambung, Erion. Aku bukan Alatas. Tautannya sudah benar, kok," kata perempuan itu lagi, lalu dia ikut muncul di layar. Perempuan wajahnya cantik, mirip personal girlband yang disembah Kak Uzaid, umurnya mungkin satu atau dua tahun di atas kami. "Lho, ini benar-benar bukan kelas online tambahan dengan guru dan teman-temanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oracular
DiversosKisah-kisah yang entah puitis, humoris, sarkastis, atau optimistis; bercokol di antara enigma dan ambiguitas :.:.: ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2022 ( ~'-')~ Oracular: 30...