DWC #16
[Buat lanjutan cerita dari tema hari ke-12. Minimal 250 kata di mana akhir setiap kalimatnya harus berima sama]:.:.:
|| Short Story ||
|| Romance, Teenfiction ||
|| 335 words ||
Yos, ini sambungan cerita Sabina dan Kailash, yang hubungannya terhalang kutukan dari mulutnya si Adit, adeknya si Sabina, yang dengan entengnya bilang, "10 tahun lagi. Ha-ha-ha-ha-ha."
Sabina. Aku jatuh hati sejak awal melihatnya. Tepatnya, ketika akan berbaris upacara bendera Senin pertama kami masuk SMA dan aku tak sengaja menginjak kakinya.
Aku menyengir dan berkata, "Sori," dengan wajah tanpa dosa. Lalu, dia berdiri di atas kakiku, balas menyengir dan berkata, "Sama-sama."
Tanpa kusadari, aku jadi sering memerhatikannya.
Dia datang ke sekolah pukul 07.15 tepat, dengan sebarisan tiga sampai empat ekor kucing liar mengekor di belakangnya. Dia membawa makanan kucing dalam tas atau sisa sarapan paginya untuk diberikan ke kucing-kucing liar di sekitar sekolah, alhasil menjadikan mereka pengikut setianya.
Dia punya adik laki-laki, namanya Aditya. Panggilannya Adit, bukan Tya. Supaya rima kalimatnya tidak hilang, ya.
Dia punya banyak teman, tetapi yang paling akrab dengannya adalah Vina. Itu teman sebangkunya. Kadang aku kepikiran untuk pakai jilbab dan rok, menyamar jadi Vina, hanya supaya aku bisa merasakan duduk sebangku dengan Sabina.
Sabina bisa main gitar, suaranya enak didengar, dan dia bisa mencipta lagu sendiri, yang membuatku makin jatuh cinta. Gadis itu bahkan membuat lagu berisi luapan isi hatinya padaku, mengungkapkan perasaannya, sesuatu yang tak pernah berani kulakukan, dan itu membuatku tambah tergila-gila.
"Tapi, aku belum mau pacaran, Sabina." Aku mengungkapkan padanya. Aku belum pantas buatnya. Bakatku cuma men-dribble bola basket, dan aku tidak mungkin memberinya makan bola basket, atau mengajaknya kencan ke lapangan basket, atau lapangan olahraga lainnya.
Sabina kelihatannya ingin menangis, menusuk ulu hatiku karena sudah melukainya. Aku meminta maaf, dan berjanji bakal terus setia padanya, meski sampai 10 tahun lamanya. Dia malah menangis sungguhan dan berkata, "Adik kampret, pasti gara-gara si Aditya."
Aku mengernyit, tak mengerti ucapannya. "Apa maksudnya?"
"Enggak apa-apa." Sabina menepis ucapanku dengan tangannya, lalu menghapus air mata di pipinya. Dia mulai bergumam-gumam sendiri, ujarnya, "Pasti ada cara biar ucapan terkutuk si Adit berubah, memotong masa jomblo 10 tahun itu jadi 10 bulan saja. Pasti ada caranya."
"Sabina—"
"Enggak perlu cemas, Kailash, akan kutangani si Adit dan lidah beracunnya."
Dia mengacungkan ibu jari ke arahku, dan meski aku tak paham apa kiranya yang tengah terjadi di sini, aku mengangguk-angguk saja dan ikut mengacungkan ibu jari padanya.
:.:.:
"And darling I will be loving you 'til we're 70
And baby my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways."
Thinking Out Loud, song by Ed Sheeran
Doakan saya masih hidup sampai 12 hari ke depan ( /'-')/
Next >>> 17 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Oracular
RastgeleKisah-kisah yang entah puitis, humoris, sarkastis, atau optimistis; bercokol di antara enigma dan ambiguitas :.:.: ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ( ~'-')~ Oracular: 30 Daily Writing Challenge NPC 2022 ( ~'-')~ Oracular: 30...