8 Juni 2023

635 193 128
                                    

|| Day 8 || 3152 words ||

| Buat cerita dengan trope "She fell first, but he fell harder" |

| Romance-fantasy, Angst |
|| Forget-Me-Not ||

Aku hidup di dunia yang indah penuh magis bagai surga, setidaknya sampai hari ini ketika aku sadar bahwa aku satu-satunya orang yang menjalani tiap hari bagai neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hidup di dunia yang indah penuh magis bagai surga, setidaknya sampai hari ini ketika aku sadar bahwa aku satu-satunya orang yang menjalani tiap hari bagai neraka.

Dalam tradisi keluargaku, secara turun-temurun dikisahkan bahwa, setelah kau mati, kau akan menetap di surga selama dirimu masih dikenang oleh orang-orang hidup. Namun, begitu kenangan akan dirimu tak lagi ada, dan orang-orang hidup melupakanmu, kau akan bereinkarnasi—terlahir kembali ke dunia.

Kini keluargaku sudah habis dibantai. Sebagai seorang mantan budak dan istri seorang ksatria, aku tidak memiliki teman maupun kerabat. Tidak ada yang akan repot-repot mengenangku atau menuturkan kisah tentang diriku ... kecuali satu orang.

"Myosoti." Seseorang memanggil namaku. Pandangan mataku sudah buram—hanya ada sorot cahaya yang membias, rangka jendela yang terdistorsi, warna-warna terang yang memantul dari kaca, dan siluet seorang pria yang baru saja memanggil namaku. Segalanya tampak seperti di bawah air. Aku tahu persis bagaimana rasanya di bawah air. Aku pernah menyelam ke dasarnya demi pria ini.

"Yang Mulia Alpestrias," lirihku. "Sebelah telinga saya sudah tuli. Mendekatlah. Agar saya bisa mendengar Anda lebih jelas."

Pria itu mendekat, hanya seraihan tangan. Aku mengangkat sebelah tanganku, tetapi tak sedikit pun dia menyambutnya.

"Apakah saya istri yang baik?" tanyaku. Aku tidak bermaksud menangis, tetapi air mataku bergulir dengan sendirinya. "Lebih baik dari dua istri Anda yang lainnya?"

Aku tidak bermaksud membebaninya dengan pertanyaan seperti ini. Namun, aku sudah menjalani 10 tahun di sisinya tanpa pernah mengeluh.

Saat dia membeliku dari pedagang budak dan menikahiku, aku bersyukur, meskipun itu artinya aku harus bertahan sebagai istri ke-3.

Saat Yang Mulia Raja mengirimnya ke medan perang, aku mengiringinya sukarela karena dua istri lainnya keturunan ningrat dan harus tinggal untuk menjaga wilayahnya.

Saat dirinya harus menjalani ekspedisi berbahaya, senantiasa aku berada di belakangnya sebagai pengikut, atau di depannya sebagai tameng, tetapi tak pernah satu kali pun bisa bersisian sederajat dengannya.

Saat Alpestrias hampir mati di tengah badai salju, dikhianati seluruh pasukannya dan ditinggal mati kuda tunggangannya, kuberikan separuh umurku untuk menjaganya tetap hidup menggunakan sihir turun-temurun klanku yang telah punah—sihir terlarang yang membuat keluargaku dibantai dan diriku berakhir dirantai penjual budak. Aku menyelam ke sisi tergelap lautan untuk mengangkatnya ke permukaan, menjelajahi belantara sambil terus memapahnya, dan tak pernah pergi dari sisinya hingga dia bisa bangkit sendiri.

OracularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang