🌈Happy Reading🌈
Saat ini mereka sedang berada di kantin. Dan kedua teman Raquella masih saja membicarakan orang yang jelas-jelas ada didepan mereka.
"Makan aja udah dipesenin ini kok." ujarku tersenyum.
"Ihh Jane, tantenya Lorenzo cakep gini kayak boneka hidup ya!" pekiknya gemas seraya memeluk teman duduk disampingnya.
"Yaiya sih tapi jangan peluk gue bego!" ujarnya melepas pelukan itu dengan wajah yang tertekuk.
"Ihh kok gitu sih sama Erlin" gadis itu memanyunkan bibirnya.
Ya terlihat menggemaskan tapi sayang sekali sangat ceroboh. Rara dan Ernest sibuk memakan makanannya tanpa terganggu ocehan teman-temannya.
Lelah juga ya melihat drama anak muda dihadapannya, Ernest juga sudah mengkode untuk segera memakan siomay dan nasi goreng milikku. Ya maklum laper mulu kalau udah ngabisin tenaga buat hal yang memuakkan ini.
Baru saja ingin menyuapkan sesendok nasi goreng tiba-tiba seorang pemuda memelukku dari samping dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher milikku.
"Ada apa hmm?" tanyaku seraya melanjutkan makan dengan sebelah tangan mengelus lengannya.
"Capek mami." jawabnya.
"Udah makan belum?" yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Duduk yang benar, makan dulu." ujarku yang langsung dituruti olehnya.
Erlin membawa nampan berisi nasi goreng dan jus jeruk untuk Lorenzo atas dasar permintaan Ernest.
"Terimakasih cantik." ucapku padanya.
"Sama-sama tante." ujarnya dengan girang.
"Jane! Erlin dipanggil cantik dong." ujar gadis itu dengan sedikit mengibaskan rambut berombre birunya.
"Yaelah gue juga lihat kali." balasnya.
"Udah diem! Makan." ulti Ernest dan hening seketika masing-masing melanjutkan makannya.
Rara sedari tadi hanya diam tanpa berbicara apapun. Ia terlihat sedikit tidak nyaman dengan kehadiran Lorenzo.
"A-aku boleh duduk disini ngga?" cicit seseorang yang membuat kita menatap langsung wajah sok polosnya itu.
"Duduk aja." jawabku yang ditatap tak terima dari kedua teman Rara.
Mereka berlima pun duduk karena meja dikantin memang cukup panjang jadi ya cukup, cukup saja untuk mereka.
"Banu pesen." ujar Axel.
"Gue mulu ah, yaudah mau apa?" tanyanya.
"Aku mau nasi goreng sama jus jeruk aja kak." ujar Aya.
"Samain biar cepet." ujar Alvin seraya menyerahkan dua lembar warna merah padanya.
"Asiap bosku!" Banu pun pergi meninggalkan meja mereka untuk memesan makanan.
Ernest sibuk membaca buku dengan sesekali meminum kopi kalengnya, sementara Rara dan kedua temannya asik memakan keripik kentang diiringi candaan mereka. Sementara aku? Aku sibuk mengurus dokumen di ponselku yang tak habis-habis.
Siomay ku pun asik di makan oleh Lorenzo, nih anak satu udah muka datar amat kek tembok, ditambah dingin juga kek kulkas maen makan siomay tantenya juga.
"Enzo aku boleh coba siomay punya kamu ngga?" ujar Aya dengan wajah diimutkan.
Lorenzo diam tak merespon ucapannya, sesekali ia akan kembali menyuapkan siomay yang sudah dipotong-potong olehku. Nah kan! Nih anak manja siomay aja harus dipotongin segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
General FictionLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...