part 35

5K 497 7
                                    

🌈Happy Reading🌈

***

Di sebuah cafe terdapat dua pemuda yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, keduanya tidak saling berbicara untuk saat ini.
Banyak pujian bahkan kata-kata manis lainnya yang mereka berdua dengar dari para pengunjung yang kebanyakan adalah para gadis dan wanita muda.

Pekikan gemas dan helaan nafas karena pesona dari dua pemuda itu, cukup membuat cafe tersebut lebih hidup.
Keadaan itu sangat memuakkan untuk Ernest yang lebih menyukai berada disamping Laurencia.

Untuk Lorenzo sendiri ia lebih memilih diam daripada mengusik pamannya yang terlihat menahan emosi didalam matanya.

"Lorenzo, dengarkan aku baik-baik kali ini. Aku tidak ingin terlalu berbasa-basi padamu keponakanku. Jadi pasang telingamu." ujar Ernest memecah keheningan diantara mereka.

"Kamu tahu bukan bahwa keluarga kita selalu menjadi incaran orang luar, banyak orang yang menjilat pada keluarga besar Smith, banyak musuh diluar sana yang ingin menghancurkan keluarga kita--"

"Berawal dari keluarga Ernest dan Louis, lalu kakek dan nenekmu. Serta kini Laurencia juga yang menjadi korbannya." Ernest menjeda sementara ucapannya untuk melihat respon dari pemuda dihadapannya saat ini.

Lorenzo semakin tak bersuara namun matanya tak dapat berbohong. Terlihat rasa sakit yang diiringi dengan matanya yang kini berkaca-kaca.

"Berhati-hatilah dalam berteman, tidak semua orang berkelakuan baik pada kita, untuk saat ini pilihlah antara keluarga ataupun temanmu, jangan membuat kesalahan yang sama seperti kamu lakukan pada Laurencia, karena kamu tak dapat memilih antara ia dan kekasihmu, kini kamu kehilangannya."

"Pikirkan baik-baik untuk saat ini keadaannya tidak dapat terduga, mungkin bisa saja setelah ini aku yang menyusul Laurencia atau salah satu dari keluarga kita yang menyusulnya."

"Laurencia sangat mencintai dan menyayangimu, ia akan berdiri didepanmu saat kamu dalam bahaya, kamu adalah satu-satunya keponakan kami saat ini, tentu saja kami akan nenjaga kamu sebaik mungkin meskipun nyawa kami taruhannya."

"Laurencia memberikan segalanya untukmu, dan juga tolong bersikap baiklah pada Raquella, ia gadis yang disayangi dan dijaga olehnya Lorenzo. Lakukanlah seperti apa yang Laurencia lakukan padamu Lorenzo, ingat itu baik-baik Lorenzo! Teman atau keluarga mu."

Ernest beranjak dari kursinya, dan menepuk pelan kepala Lorenzo yang seketika kaku sesaat ia melangkah pergi meninggalkan pemuda itu sendiri.

Tak lupa ia menaruh sebuah kartu hitam didekat Lorenzo. Dan pemuda itu semakin merasa sesak didadanya, karena ia tahu, bahkan sangat tahu bahwa kartu hitam itu milik Laurencia.

Rasanya semakin tak karuan disini, ia lebih memutuskan untuk pulang saja kerumah daripada diluar sini terasa menyesakkan untuk perasaannya yang belum sepenuhnya pulih.

Tak membutuhkan waktu yang lama dari cafe itu untuk sampai dirumahnya, karena cafe itu memang sering dikunjungi oleh Ernest dan Laurencia.

Saat ia memandangi foto didalam kamar tantenya, ia merasa bahwa tantenya itu masihlah hidup. Tak mungkin ia pergi begitu saja meninggalkan Lorenzo sendiri didunia ini.

Kini Lorenzo kembali memikirkan ucapan Ernest padanya di cafe tadi.
Ia terlihat bimbang harus bersikap bagaimana dan memilih siapa diantara keluarga dan teman-temannya.

Terkesan berlebihan seakan ia benar-benar mengatur kehidupan pribadinya, namun mengingat bagaimana sikap baik dan pengertiannya saat mengajarkan Lorenzo untuk olimpiade minggu lalu, sepertinya ia harus benar-benar memikirkannya dengan baik.

Laurencia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang