part 23

8.9K 759 16
                                    

🌈Happy Reading🌈

"Ya gue ngga mau belajar bareng Lo! Ngerti bahasa manusia kan!!" Rara meneriaki pemuda itu dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan yang melingkar sempurna di tangannya.

Pemuda itu nampak menulikan pendengarannya karena hey! Ia tidak mau tuli di usia yang terbilang masih muda.

Dengan santai ia masih saja menyeret seorang gadis menuju perpustakaan dimana mereka berdua akan belajar bersama.

Banyak murid-murid yang menyaksikan adegan menggemaskan tersebut namun ada juga yang malah iri dan nyinyir.

"Ihh kak Rara diapain tuh sama Kak Zergan."

"Mereka gemesin."

"Gue juga mau digituin dong."

"Mereka kok tumben mau ke perpus biasanya kan ke kantin atau ngga ya bolos."

"Mereka kok barengan gitu ya?"

"Lo ngga tahu berita terbaru diakun gosip sekolah?"

"Apa? Apa? Gue ketinggalan info nih gara-gara hp gue disita bokap."

"Makanya jangan hp terusssss."

"Bacot Lo!"

"Katanya Ernest nyuruh Zergan buat ngajarin Rara-"

"Loh buat apaan?"

"Jangan motong gue ngomong makanya!"

"Hehehe maaf."

"Rara kan katanya daftar buat olimpiade sains sama bahasa nanti. Makanya tuh Zergan ngajarin Rara atas permintaan Lauren."

"Eh Lauren udah lama ngga kelihatan kemana ya?"

"Astaga Lo ngga tau juga kalau Lauren kecelakaan dan sampe sekarang belum ditemuin?"

"Wahhh gue ngga tau tuh berita."

"Emang iya Lauren kecelakaan?"

"Iya bahkan sampe masuk berita internasional. Tapi cuma hitungan jam soalnya berita itu langsung hilang gitu aja."

"Katanya sih ada seseorang yang ngancem perusahaan pemberitaan itu sampe mereka mau ngga mau nutup balik kasus itu."

"Lorenzo juga jadi lebih dingin sejak kejadian itu."

"Lo tahu bahkan si Kanaya makin jelas aja kek cacing kepanasannya."

"Iya bener banget."

Banyak gadis-gadis yang membahas berita panas di sekolah tersebut, sebagian merasa prihatin atas kecelakaan yang dialami Lauren, sebagian merasa iri dan jengkel karena Rara bisa berdekatan dengan ketua komite disiplin yang terkenal dingin dan sulit untuk didekati.

Terlalu banyak kulkas berjalan di sekolah ini namun itulah yang menjadi daya tarik para murid-murid untuk mendaftarkan diri di sekolah ini maupun di organisasi yang terdapat sosok kulkas-kulkas tersebut.

Di kejauhan Kanaya mengepalkan tangannya dan menatap benci pada sepasang murid yang kini sudah memasuki area perpustakaan.
Ia berpikir seharusnya semua laki-laki hanya menatapnya saja, memuja dan mengagungkan dirinya. Bukan Rara!

"Wah banyak juga ya topengnya." ujar seseorang dari atas pohon yang melihat semuanya dengan jelas.

"Heh, kenapa Lo belum juga ngerjain hukumannya?" salah satu dari beberapa anggota komite disiplin menegurnya karena ia malah terdiam mematung.

"Maaf kak, Aya capek jadi neduh dulu disini sebentar." cicitnya namun diabaikan oleh mereka semua.

"Neduhnya udah kan jadi cepet kerjain lagi tuh hukuman Lo, atau gue laporin ini ke Zergan biar hukuman Lo ditambah." sahut gadis dengan rambut yang diikat dua ponytail.

"I-iya kak." Aya langsung bergegas pergi meninggalkan area tempat itu untuk segera menjalani hukumannya membersihkan toilet dan halaman sekolah selama seminggu.

Bukan hanya Kanaya yang menerima hukuman itu Alvin dan Rara pun dihukum dengan membersihkan seluruh area sekolah selama seminggu.

Namun yang menjalani hukuman itu hanya Kanaya dan Alvin sementara Rara sedikit diringankan dengan alasan ia harus belajar dengan Zergan untuk olimpiade nanti. Padahal Kanaya juga mendaftarkan diri tapi tak diberi keringanan.

Ia merasa tak adil! Ia merasa Rara selalu beruntung, lolos dari setiap hukuman.
Harusnya ia yang menyandang gadis polos nan baik hati lah, yang seharusnya selalu beruntung dilindungi oleh para pemuda dan dipuja-puja oleh para gadis.

Tapi sekarang ia malah seperti upik abu yang harus membersihkan toilet perempuan dan halaman sekolah.
Ini tidak pantas untuk queen dari geng terkenal seperti Lion king.

Lorenzo juga kini jarang terlihat berada di sekolah, sejak kecelakaan tantenya ia malah semakin sulit ditemui.
Emang dasar jalang rendahan udah celaka juga masih ngerepotin.

Disisi Rara ia masih saja berdebat dengan Zergan perihal belajar bersama itu.
Ia masih bingung kenapa tante Lauren kenal si ketua komite disiplin yang sangat jarang terlihat kecuali pada saat-saat tertentu.

Terlebih saat ini ia harus mau belajar dengannya? Oh tidak, tidak ia tidak mau sama sekali.
Toh sebenarnya ia itu pintar karena bisa berada dikelas 12 setara dengan kakak laki-lakinya yang brengsek itu.

Seharusnya ia berada di kelas 11 dengan si menye-menye tapi karena ia mengambil ujian akselerasi jadi ia satu angkatan dengan Lorenzo dan teman-temannya.

Ia memang terlihat caper dan selalu saja mencoba menarik perhatian dari Lorenzo. Mungkin ia dikira sebagai gadis murahan, gadis pembuat masalah, gadis egois, si ratu bully dan hal buruk lainnya.

Tapi bukan karena ia mencintai Lorenzo, ada hal yang hanya ia dan tante Lauren saja yang tahu alasan sebenarnya.

"Lo dengerin penjelasan gue ngga?" tanya Zergan yang dibalas dengan delikkan mata si gadis.

"Dengerin pake telinga Lo baik-baik. Gue males harus ngajarin Lo buat olimpiade itu, tapi karena ini permintaan Ernest makanya gue turutin, gue-"

"Emang apa hubungan Lo sama kak Ernest? Sampe gue jadi kebawa-bawa gini?" sela gadis itu dengan wajah masam.

"Intinya semua ini buat Lo! Laurencia yang minta, jadi kalau Lo ngga bisa serius saat ini berarti Lo sama sekali ngga ngehargain apa yang Laurencia kasih." setelah berbicara seperti itu Zergan pergi begitu saja meninggalkan Rara didalam perpustakaan dengan buku-buku pelajarannya diatas meja.

Rara terisak pelan mendengar ucapan Zergan, akhir-akhir ini mendengar nama tantenya disebut ia memang mudah sekali menangis.

Entahlah apa yang dipikirkan oleh orang lain, yang ia tahu ia sangat rindu dan selalu berdoa dan berharap bahwa tantenya itu akan segera ditemukan dalam keadaan selamat. Ia tak bisa membayangkan hal yang lebih buruk lagi dari ini.

Rara menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan yang berada diatas meja, ia menangis dalam diam.
Ia masih cukup sadar bahwa ini perpustakaan yang tidak boleh berisik.

Namun didalam sini juga ia dapat menangis sepuasnya tanpa ada orang yang akan berani menganggunya.

Jika menurut Zergan semua ini dilakukan Laurencia untuknya, maka Rara akan belajar dengan bersungguh-sungguh.
Semoga saja dengan ini dimana pun Lauren berada, ia merasa bangga dan dihargai oleh perjuangannya.

Tanpa ia sadari dibalik lemari-lemari buku itu terdapat Lorenzo yang termenung memdengar ucapan dari Zergan untuk gadis itu.

Tantenya sangat menyayangi mereka bukan? Karena pada kenyataannya Lorenzo juga belajar bersama Ernest dan Rara besama Zergan.

Keduanya sudah dipersiapkan untuk olimpiade ini oleh tantenya itu. Sungguh ia semakin merindukan tantenya. Dan semoga saja kabar baik segera menghampiri mereka.

Laurencia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang