🌈Happy Reading🌈
Cuaca pagi ini begitu cerah dan menyejukkan. Terhitung sudah dua hari yang lalu kericuhan di mansion ini terjadi.
Semua nampak berjalan normal dan baik-baik saja kecuali Zergan dan Lauren yang kini mendadak perang dingin sejak semalam.Bukan masalah besar sebenarnya, hanya masalah yang terbilang kecil namun mereka tidak lagi saling berbicara sejak semalam.
"Sudahlah kalian ini damai saja." ujar kakek yang duduk di kursi kepala keluarga.
Mereka memang hendak sarapan bersama namun kedua orang ini masih saja saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain.Ernest yang duduk di sebelah Zergan menghela nafas lelah, ia tak mengerti kenapa kedua sepupunya itu bertingkah kekanakan.
Sementara Louis yang duduk disebelah Lauren menatap bingung keduanya, karena semalam ia tidur lebih awal. Jadi ia tak tahu ada kejadian apa setelah ia tidur."Kak, kamu baik-baik saja?" tanya Louis.
"Aku baik-baik saja, memangnya aku kenapa?" Lauren malah balik bertanya pada pemuda bersurai pirang itu. Yang membuat si pemuda bingung sendiri, sebenarnya ada apa ini? Kenapa terasa sedikit asing dan tertekan?.
"Kakek ada apa ini sebenarnya?" Louis lebih memilih untuk bertanya pada kakeknya saja karena Ernest pasti tidak akan menjawab pertanyaannya ini.
"Mereka berdua bertengkar sejak semalam mengenai ayam dan telur mana yang lebih dulu ada, padahal tidak ada yang peduli juga tentang itu." kakek memberitahu Louis dengan nada yang sinis dan ketus. Ia benar-benar lelah menghadapi sikap dua orang sakit ini.
"Sudah,sudah lebih baik kita makan saja, hidangkan makanannya." para maid dengan sigap menghidangkan berbagai makanan yang enak dan menyehatkan. Karena sarapan pagi itu sangat penting untuk tubuh.
Dengan sarapan pagi sebelum memulai beraktifitas tubuh akan lebih optimal dalam memberikan energi pada tubuh kita.
Pencernaan dan otak kita dapat bekerja dengan baik untuk memberikan kualitas yang bagus juga pada tubuh.
Intinya sarapan itu penting ya kawan, ribet juga ngejelasinnya.Louis sudah mulai makan sendiri walau agak kaku, luka yang ada di pergelangan tangannya memang tidak terlalu dalam namun cukup membuat ia sedikit kesulitan apalagi jika tertekuk itu akan terasa sedikit nyeri dan ngilu.
Bahkan saat tadi pagi lukanya itu entah bagaimana mengeluarkan darah lagi, hingga harus diobati kembali.
Namun ia sedikit jengah karena Lauren terus saja mengomelinya."Aku merasa tidak nafsu makan, aku permisi." ujar Lauren seraya bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja meninggalkan mereka yang menatap piring Lauren yang hanya berisi sepotong roti dengan selai coklat.
"Lanjutkan saja sarapan kalian, biarkan Lauren menenangkan pikirannya terlebih dahulu." ujar kakek yang di turuti oleh mereka semua.
****
Lauren kini berada diatas pohon apel yang sedang berbuah lebat. Ditangannya pun terdapat sebuah apel yang sudah ia gigit.
Rasanya manis dan segar, entah kenapa mood-nya dihari ini terasa lebih labil.Namun dari semua perasaan yang bercampur aduk didalam hatinya, ia lebih merasakan rasa lelah yang sangat mendera tubuh dan pikirannya.
Ia ingin sekali beristirahat tanpa diganggu oleh siapapun, apa yang terjadi selama ini terasa terlalu menguras semua energi yang ia keluarkan. Dan sebenarnya ia ingin sekali segera menyelesaikan semua permasalahan ini.
Bisa saja ia langsung membunuh mereka semua, namun itu terkesan terlalu ringan untuk mereka, apa yang mereka semua lakukan harus mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan kematian saja tidak cukup! Mereka harus menderita terlebih dahulu hingga mereka sendiri yang lebih memilih mati.
"Turun." Lauren menundukkan kepalanya dan dibawah pohon terdapat Ernest sedang menatap dingin padanya.
Sebenarnya ia tak ingin turun namun ia lebih malas untuk berdebat dengan pemuda yang sudah kembali menjadi kulkas hidup itu.
Tanpa aba-aba Lauren meloncat dari dahan pohon yang ia duduki dan...Hap.
Ernest menangkapnya dengan baik, posisinya kini berada dalam gendongan bridal style.
"Tangkapan yang bagus." ujar Lauren seraya menepuk-nepuk pelan pipi pemuda itu.
"Aku lelah." Ernest membawa gadis itu masuk kedalam mansion dengan masih dalam gendongannya. Sesekali Ernest akan mengecup pelipis Lauren dengan sayang.
Maid yang melihat itu merasa gemas dengan tuan dan nona mereka, interaksi di keluarga ini sangat hangat walau penampilan raut wajah mereka yang senantiasa dingin dan acuh tak acuh.
Namun bagi mereka para pekerja disini, itu memang sudah dari sananya, jadi ya maklum saja. Karena kakek Zack dulu dikenal sebagai pria berdarah dingin.
Sebelum menjadi pria bucin seperti sekarang ini, sang kakek bahkan tak segan-segan untuk menghabisi siapapun orang yang berani mengusik ketenangannya.
Dan terbukti saat ini sifat membunuhnya menurun pada cucu pertama dan cucu perempuan satu-satunya yaitu Zergan dan Lauren.
Kakek Zack justru lebih mengkhawatirkan Lauren dibanding Zergan, karena pemuda itu mirip seperti dirinya di masa muda. Namun gadis itu justru lebih berbahaya karena otak dan perasaannya yang sulit ditebak.
Ernest membawa gadis itu naik kelantai tiga dimana kamar gadis itu berada, dan saat membuka pintu ia langsung beranjak mendekati ranjang dan menaruh Lauren dengan penuh kehati-hatian takut mengusik tidur lelapnya.
Lauren memang cepat tertidur saat ia merasakan lelah ataupun merasa perasaannya sedang tidak baik-baik saja.
Lauren terbilang mudah untuk menormalkan kembali perasaannya yaitu dengan tidur ataupun memakan makanan yang manis.Namun untuk saat ini ia lebih memilih untuk tidur dari pada makan, walau tubuhnya terkesan lebih kecil dari sebelumnya tapi ia memang akhir-akhir ini kurang bernafsu untuk makan, jadi tidur lebih aman ya kawan:-P
Ernest memeluk erat tubuh Lauren yang terasa pas dipelukannya. Ia juga membisikkan kata-kata cinta dan semangat untuk Lauren hingga iapun ikut kembali terlelap.
Padahal ini masih pagi kan ya, baru pada sarapan juga ehh udah pada tidur lagi ini dua orang. Ya maklum kecapean kali otak dan tubuh mereka menghadapi semua yang terjadi beberapa hari ini.
Disaat kedua insan itu terlelap, terdapat Zergan yang sibuk mengomel karena mobilnya mendadak disita oleh sang kakek.
"Balikin ngga?" tanya Zergan dengan ekspresi kesal.
"Ngga." kakek menyahuti pertanyaan Zergan seraya asik membaca koran dan sesekali menyeruput kopi hitamnya.
"Kok gitu sih?" pemuda itu merasa tak terima dengan keputusan sang kakek yang menurutnya menyebalkan. Ia lupa bahwa ia juga sama menyebalkannya, bahkan ia pernah saling mengacungkan senjata api pada Lauren.
Jadi ya mohon dimaklumi sekali lagi bahwa kedua orang ini pada dasarnya memang menyukai hal yang berbahaya cenderung ke bikin nyawa menghilang sih. Tapi kadang kagak sadar diri kalau lagi ngomongin orang.
=================================================
Selamat malam, semoga mimpi indah ya kalian yang udah tidur. Yang masih begadang jaga kesehatannya ya.
Jangan sering-sering begadang nanti sakit.🌈🌈🌈🌈🌈🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
General FictionLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...