🌈Happy Reading🌈
Lorenzo bingung saat papanya menyuruh ia untuk segera bersiap menghadiri acara makan malam keluarga besar tepat di mansion utama keluarga Smith.
Sudah lama sekali pikirnya tidak ada acara pertemuan keluarga besar sejak tantenya Laurencia memutuskan untuk menata kehidupan baru di luar negeri sana.
Ada rasa hampa yang menyelimutinya selama ini, ia terus saja berharap bahwa semua hanyalah mimpi buruk dan kelak ia akan terbangun dipelukan orang yang ia sayangi.
"Bergegaslah, jangan sampai kita terlambat nak." ujar Valerie menegur putra sulungnya tersebut.
"Mama, kenapa setelah sekian lama kakek buyut meminta kita untuk menghadiri acara makan malam ini? Apakah ada sesuatu?" tanya Lorenzo seraya menatap mamanya yang sedang memakaian dasi kupu-kupu pada adiknya.
"Mama sendiri tidak tahu nak, yang jelas kakek meminta kita untuk segera menghadiri makan malam keluarga." terangnya.
Lorenzo hanya dapat mengangguk kecil lantas pergi meninggalkan ruangan tersebut dan berjalan menuju pintu keluar dimana sang papa terlihat menatap kosong langit senja diatas sana.
"Papa baik-baik saja?" tegurnya.
Alva menatap putra sulungnya itu dengan tersenyum getir dan berujar lirih "Papa merindukan Laurencia, apa ia benar-benar sudah pergi dengan kakek nenekmu atau dimana? Papa sama sekali tidak tahu, nak. Rasanya sepi dan menyesakkan."
Beberapa bulir air mata mulai membasahi pipi papanya yang kini kembali menatap langit senja dengan raut kepiluan yang mendalam.
Lorenzo hanya dapat menepuk pelan punggung pria matang itu dan masuk kedalam mobil yang telah dipersiapkan oleh para supir keluarga mereka.
Membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mendatangi mansion utama yang terletak diujung kota, lebih tepatnya diantara rerimbunan pepohonan pinus yang hampir menutupi sinar matahari.
Saat tiba didepan mansion mewah nan klasik, mereka berpapasan juga dengan keluarga Zergan.
"Sudah lama kita tidak bertemu seperti ini ya Alva, paman harap kamu bisa menerima semua kejadian ini dengan lapang dada." ujar Bernand.
"Iya paman, aku harap bisa melakukan seperti yang kamu ucapkan, walau pada kenyataannya itu sangat sulit diterima." sahutnya dengan lirih.
"Kamu harus selalu menguatkan dan mendampingi Alva, Valerie. Kita semua turut berduka atas apa yang menimpa Laurencia." ujar Sarah yang memeluk istri dari keponakannya tersebut.
"Baik, aku akan senantiasa mendampinginya." angguk Valerie.
Sesaat kemudian datang seorang maid yang memberitahukan agar semua anggota keluarga segera berkumpul di ruang keluarga atas permintaan sang kepala keluarga.
Kedua keluarga tersebut memasuki area dalam mansion yang terasa hangat dengan berbagai macam perabotan langka nan unik berada disetiap sudut ruangan, berdampingan dengan lukisan serta foto-foto keluarga yang terpajang rapi disetiap dindingnya.
"Selamat sore." sapa Bernand pada Christofer serta anak dan istrinya.
"Selamat sore kakak." sahut pria tersebut seraya memeluk singkat kakaknya itu.
Semua orang disana saling menyapa satu sama lain, terkecuali empat orang pemuda yang saling diam menatap keluarganya masing-masing.
Zergan serta Ernest lebih memilih diam dengan ekspresi dingin yang terlihat sekali sangat menggambarkan raut 'jangan diusik' pada wajahnya.
Louis sibuk dengan ponselnya, serta Damarion yang juga menampilkan ekspresi acuh tak acuhnya pada sekitar.
"Selamat sore semuanya." sapa seorang pria tua dengan istrinya yang tersenyum anggun.
"Selamat sore." sahut mereka bersamaan terkecuali sekali lagi empat pemuda yang kini menampilkan ekspresi dingin yang sama.
"Aku tidak ingin berbasa-basi, aku hanya ingin mengatakan pada kalian semua mengenai fakta bahwa kecelakaan yang menimpa kedua putraku, Nicholas serta Charles adalah unsur kesengajaan, lebih tepatnya mereka sengaja dibunuh oleh musuh kita."
Gebrakan pada meja yang berasal dari Christofer membuat semua orang menatapnya.
"Apa maksud papa? Kembaranku dibunuh? Ini sudah lima tahun berlalu dan papa dengan tiba-tibanya mengundang kami semua hanya untuk mendengarkan ini?" Christofer jelas tidak terima dengan pernyataan tersebut, ini diluar pemikirannya.
"Kakek, benar apa yang dikatakan paman Chris, tidak mungkin papa serta paman Charles sengaja dibunuh, kita semua tahu bahwa hasil dari penyelidikan itu semua murni kecelakaan, tapi kenapa sekarang kakek mengatakan hal yang berbeda?" Alva menatap sengit pada kakeknya tersebut.
"Apa yang kamu bicarakan Zack? Kedua putra dan menantuku tidak mungkin dibunuh." Natasha, sang istri pun kini menatapnya dengan raut sedih.
"Memangnya kalian kira kecelakaan yang menimpa Laurencia kita adalah sebuah kecelakaan biasa?" semua anggota keluarga terdiam, mereka jelas mengetahui fakta tragedi itu memang disengaja.
"Apa kalian juga mengira bahwa Laurencia hanya sekali, dua kali mengalami kecelakaan? Ia beberapa kali hampir mati menyusul papa serta pamannya juga." Zack terus berbicara dengan tenang walau suasana ruangan tersebut semakin terasa panas.
"Apa maksud kakek?" kini Ernest angkat bicara.
"Laurencia hanya mengalami kecelakaan di pesawat dan kebakaran saja sebelum ini, dan yang terakhir kecelakaan mobil yang jelas kita semua tidak menemukan jasadnya." ujarnya dengan raut dingin.
"Tidak, kamu salah Ernest." Zack tersenyum remeh pada pemuda tersebut.
"Laurencia pernah dua kali mengalami kecelakaan tertembak saat mengunjungi negara Asia, dan kecelakaan mobil kemarin adalah yang keempat kalinya." Ernest serta yang lainnya tak bisa menutupi raut terkejut mereka.
Fakta gila apa ini? Kenapa mereka semua tidak tahu mengenai hal ini? Sebenarnya apa yang terjadi?
Banyak pertanyaan didalam pikiran mereka masing-masing, para istri sudah menangis dalam pelukan suami mereka, para pemuda menatap kosong langit-langit mansion yang mereka rasa tidak menarik sama sekali.
"Darimana kakek tahu semua itu?" tanya Zergan seraya mengacungkan senjata pada sang kepala keluarga.
"Turunkan senjatamu Zergan!" titah Bernand pada putranya itu.
"Diamlah tuan, aku tidak bertanya padamu! Aku hanya menginginkan jawaban dari tua bangka ini." ujarnya dengan tersenyum gila.
"Dia kakekmu Zergan! Jangan berlaku tidak sopan padanya." Chris ikut berbicara namun pemuda itu tak mengindahkan ucapannya sama sekali.
Suara tembakan begitu memekakkan telinga, para wanita yang berada disana menjerit terkejut tak menyangka bahwa Zergan berani menembakkan senjata tersebut walau pada langit-langit mansion.
"Turunkan senjatamu kak Zergan." kini Damarion ikut mengacungkan senjatanya pada Zergan.
"Jangan ikut campur bocah." tak ketinggalan Ernest pun ikut berdiri dengan senjata yang berada tepat disamping Damarion.
Ketiga pemuda itu saling mengacungkan senjata, sementara Zackary hanya menatap biasa saja dengan sesekali meneguk teh melati yang terhidang diatas meja.
Suasana semakin menegang saat ketiga pemuda itu tidak ada yang saling mengalah satu sama lainnya.
Pikiran mereka kacau tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi selama ini, mereka terguncang dengan fakta yang diucapkan oleh Zack.
Kedua saudara serta ipar mereka ternyata sengaja dibunuh dengan dalih kecelakaan, serta berlian keluarga yang selama ini juga menjadi incaran untuk dibunuh.
Sebenarnya ada apa ini? Apa lagi fakta yang tidak mereka ketahui selama ini?
"Tuan makan malam sudah siap." ujar seorang maid.
"Baiklah mari kita makan malam bersama terlebih dahulu, baru kita berbincang lagi." ujar Zack menuntun Natasha sang istri yang jelas nampak terpukul dengan kenyataan yang dilontarkan suaminya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
General FictionLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...