part 5

20.9K 1.9K 14
                                    

                    🌈Happy Reading🌈

Gadis itu terlihat menundukkan kepala dan sesekali mengusap kasar wajahnya.
Aku sedikit terkekeh geli dan Ernest hanya melipat kedua tangan didada dengan sok keren. Yang sialnya harus kuakui ia memang tampan dan keren.

Setelah cukup lama kami memperhatikan gadis itu, akhirnya kami berjalan mendekatinya dan kutepuk pelan pundak yang masih sesekali bergetar menahan tangis.

"Jangan menangis." ujarku.

Iapun terperanjat kaget dan segera berdiri dari duduknya. Aku tersenyum kecil saat ia berbalik dengan menampilkan raut wajah marah.

Namun gadis itu tertegun sejenak sebelum berhambur memelukku dengan erat.
"Mami." isaknya lirih
"Iya Raquella ini aku." jawabku seraya menenangkan gadis dipelukanku.

Perlahan ia melepas pelukannya, terlihat jelas jejak airmata diwajah cantik itu.
Ernest memberikan saputangan padaku yang langsung kugunakan untuk menghapus air matanya.

"Jangan menangis lagi karena wajah cantik ini akan tertutupi oleh air matamu ini." ujarku.

"Sejak kapan mami disini?" tanyanya.

"Sejak kulihat seorang gadis yang pergi dengan tergesa-gesa hingga menabrakku didepan ruang musik. Dan ternyata setelah kuikuti gadis itu malah menangis disini." jawabku dengan tawa kecil yang membuat ia tersipu malu.

"Maafkan aku mami, aku tidak sengaja." raut wajahnya mendadak sendu merasa menyesal karena menabrak orang yang selalu ia tunggu kedatangannya.

"Tak apa, mungkin beberapa saat lagi bel istirahat akan berbunyi jadi ayo kita pergi ke kantin duluan." ajakku menarik pelan tangannya.

Iapun hanya mengangguk dan berlari kecil untuk menyamai langkahku.
Ernest? Pemuda itu layaknya patung yang hanya diam dan mengikuti kemanapun aku pergi.

Setelah beberapa saat kami sampai di kantin yang masih kosong melompong, oh jelas karena ini masih jam pelajaran.
Dan kenapa kami disini? Ya karena aku adalah pemilik sekolah ini jadi ya suka-suka dong memangnya siapa juga yang mau menghukumku? Raquella? Ya siapa sih yang tidak mengetahui ratu bully di sekolah ini? Tentu saja semua tahu dan tidak ada yang akan menegurnya.

Aku memesan dua kopi kaleng dingin untukku dan si kulkas, serta semangkuk bakso dan jus jeruk untuk gadis disampingku.
Saat pesanan sudah diantarkan ke meja kami, akupun menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu.
"Makanlah Ra." namun ia malah menatapku bingung "Tapi mami dan dia tidak makan, masa aku harus makan sendiri?" tanyanya.

"Kami sudah makan di cafe tadi." ujar Ernest yang kusambut dengan anggukkan.

"Makanlah karena kuperhatikan tubuhmu semakin kecil saja." kekehku.

"Mami kok gitu sih, engga ya aku tuh seksi tahu." ujar Raquella dengan menggembungkan pipinya.

Aku hanya tertawa kecil dan membelai pelan rambut coklat mudanya yang tebal nan halus. Siapa yang akan mengira jika ratu bully bisa semanja ini? Ya karena mereka tidak tahu siapa Raquella dan image-nya sebagai ratu bully sudah sangat melekat jadi ya begitulah.

"Baiklah, baiklah makan dulu ya." bujukku yang dianggukki olehnya.

Kami semua diam dengan kegiatan masing-masing. Aku yang kembali sibuk dengan memeriksa file dokumen dari sekertarisku, Raquella yang sibuk dengan makanannya dan Ernest yang sibuk membaca buku tentang psikologi uang.

Hingga tak lama kemudian terdengar suara nyaring bel pertanda istirahat untuk para murid serta guru yang sedari tadi sibuk dikelas.

Terlihat beberapa murid mulai memasuki area kantin, mereka terlihat bingung dan seakan ingin bertanya-tanya mengapa si ratu bully duduk diantara sepasang murid yang baru pertama kali mereka lihat.

Laurencia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang