part 29

7.4K 755 25
                                    

🌈Happy Reading🌈

Laura tak menyangka bahwa pemuda bernama lengkap Christian Zergan Smith itu adalah sepupu Lauren yang sakit.
Sakit jiwa lebih tepatnya. Ia memiliki obsesi pada hal yang menurutnya menarik.

Tapi masalahnya ia akan begitu senang saat melihat hal yang menariknya itu dalam keadaan tidak bernyawa alias mati.

"Aku suka matamu Lauren, boleh untukku saja?" tanya Zergan dengan tersenyum manis.

"Jantungmu terdengar berdetak merdu ditelingaku, boleh untukku saja?" balasku dengan senyuman yang tak kalah manis dan menawan.

Ia malah memutar malas bolamatanya seraya berdecak pelan.
"Ya lagi pula kamu tuh gila jangan padaku, padanya saja." ujarku menunjuk Ernest yang memelukku dengan eratnya.

Oh ayolah ia baru saja sadar kemarin siang dan harus kembali koma kah? Kan tidak lucu. Terlepas dari hal itu ia lebih membenci lagi orang yang membuat ia celaka seperti ini, ia harus segera mendapatkan balasannya bukan begitu?!.

Ia semakin mengutuk dan membenci pada orang-orang yang sudah membuat ia dalam kesengsaraan dan kemuakkan yang tak berujung ini.

Ia bahkan sudah lupa bagaimana bisa ia lebih banyak bicara pada mereka dan meladeni ucapan kurang ajar si Alvinjing padanya.

Dulu saat ia menjadi Laura ia jarang sekali berbicara pada orang lain, bahkan sepuluh kata saja itu sudah termasuk panjang dan melelahkan untuknya. Tapi sekarang ia bahkan lebih banyak berbicara.

Zergan adalah tokoh antagonis yang kelak akan melukai Raquella, walau statusnya adalah seorang ketua komite disiplin. Ia bahkan tak pernah menghukum gadis cantik itu sekalipun menurut orang lain ratu bully itu selalu berulah.

Entah mengapa ada rasa menggebu didalam tubuh Laurencia, seperti ada yang ingin memaksa keluar namun ia sendiri belum terlalu menyadarinya.

"Aku lelah." Ernest yang sedari tadi memelukku pun lantas berusaha memberikan kenyamanan saat gadis itu mulai berbaring. Namun tolong ingat bahwa Ernest adalah sosok sepupu yang tingkat bucinnya sudah terlalu berlebihan.

Ia bahkan tak melepaskan pelukannya pada tubuh yang belum sepenuhnya pulih itu, ia hanya memberi sedikit ruang gerak pada Lauren untuk menyamankan diri.

Zergan yang melihat itu merasa kesal, jika saja tidak mengetahui kegilaan yang dilakukan oleh adik sepupunya itu, ia tak akan pernah memberitahu bahwa Lauren masih hidup.

Namun sudah terlanjur jadi yasudah mau bagaimana lagi bukan.
Ia lantas merebahkan diri tepat disamping kanan Lauren karena samping satunya terdapat Ernest yang melingkarkan tangan diperut gadis itu.

Louis tidak ada di mansion ini, ia memiliki urusan diluar sana namun setiap setengah jam pemuda itu akan mengirimi Lauren pesan singkat seperti "sudah makan?" atau "kak aku rindu padamu." dan lain sebagainya.

Laura yang kini menempati raga Lauren telah berjanji didalam hatinya sendiri bahwa ia akan melindungi mereka apapun yang terjadi di masa depan.

Lauren sudah berbaik hati memberikan raga dan juga ingatannya tentang mereka semua, jadi ia tak perlu merasa risau salah langkah kedepannya.

Lauren sudah terlelap didalam pelukan Ernest dan Zergan, membuat kedua pemuda itu saling pandang seakan memberi kode untuk berbicara diluar.

Dan yap mereka berdua bangkit dari tempat tidur dengan begitu hati-hati, mereka tak ingin mengusik mimpi indah sang tuan putri.

Bahkan saat menutup pintu saja mereka begitu penuh kehati-hatian hingga saat tertutup rapat Zergan memberi perintah pada anak buahnya untuk tidak membiarkan siapapun masuk tanpa seijinnya.

"Jaga kamar ini jangan sampai ada orang lain yang masuk tanpa seijinku." titahnya dengan raut datar.

"Baik tuan." sahut mereka membuat kedua pemuda itu melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Lauren yang tersenyum licik didalam tidurnya.

Hanya sepersekian detik pintu tertutup netra semerah darah itu terlihat kembali sebelum akhirnya memutuskan untuk beristirahat.

Dilain tempat Ernest dan Zergan berada di ruang perpustakaannya. Mereka saling terdiam dengan sebuah buku ditangan mereka masing-masing.

"Apa kamu menyadari sesuatu?" tanya Zergan.

"Apa sesuatu yang maksud itu?" Ernest balik bertanya dengan acuh.

"Laurencia bukanlah Laurencia." Ernest terkejut namun untung saja raut wajahnya dapat ia kendalikan hingga tak memunculkan ekspresi apapun.

"Apa maksudmu? Sudah jelas ia adalah Lauren mengapa pertanyaanmu terdengar konyol begitu di telingaku." ujar Ernest dengan datar walau ia tak menyangka bahwa kakak sepupunya itu mengetahui hal tersebut.

"Ernest, kamu tahu siapa aku sebenarnya bahkan hanya kalian bertiga saja yang benar-benar pernah melihat bagaimana aku melakukan hal tersebut. Jadi untuk mengetahui ia bukanlah Laurencia yang asli itu mudah untukku." terang Zergan seraya meminum kopi yang ia pinta dari maid-nya tadi sebelum masuk kemari.

Ernest terdiam seribu bahasa ia tidak tahu harus menjawab apa, ia takut salah berbicara hingga membuat semuanya menjadi sulit.

"Apa maksud kak Zergan?" sebuah suara menarik atensi kedua pemuda itu pada ambang pintu yang kini terbuka. Tepat disana Louis menatap dingin dan tak suka saat ia tak sengaja mendengar ucapan dari kakak sepupunya itu.

Sepulang bersama Carl dan teman-temannya, ia tadinya berniat ingin menemui Lauren dengan mengendarai salah satu motor sport milik kakak perempuannya itu, namun saat tiba disana ia tidak diperbolehkan masuk tanpa seijin Zergan.

Maka dari itu memutuskan untuk mencari Zergan agar ia bisa mendapat ijin menemui Lauren. Ia bertanya kesana kemari hingga seorang maid memberitahunya bahwa mereka berdua berada di perpustakaan.

Dengan semangat dan sesekali bertingkag konyol saat melihat lukisan-lukisan di sepanjang lorong itu akhirnya ia sampai didepan pintu perpustakaan.

Namun saat ingin mengetuk pintu samar-samar ia mendengar percakapan antara kedua kakaknya itu yang dengan poin utamanya adalah Laurencia bukanlah Laurencia yang asli. Jadi maksudnya apa? Kakak perempuannya itu sudah mati dan digantikan oleh orang lain. Atau jiwa orang lain yang masuk kedalam tubuh kakaknya?

Intinya sama-sama mati kan? Itu tidak benar bukan. Itu bohong, buktinya Lauren masih hidup didalam kamar itu. Dan transmigrasi jiwa itu tidak benar adanya kan.

Tak tahan dengan pikiran-pikiran itu Louis segera masuk seraya bertanya hingga dua pemuda itu terdiam saat melihatnya dengan tatapan dingin dan tak suka.

"Aku bertanya! Apa maksud kalian, hah!" sentak Louis saat keduanya tak ingin berbicara apapun.

"Jelaskan apa maksud ka-"

"Laurencia sudah tiada Louis, ditubuh itu bukanlah jiwa Laurencia yang asli." sela Zergan memotong ucapan Louis.

"Namaku Laura Inggrid, apa kalian keberatan dengan kehadiranku?" dari balik tubuh Louis yang masih mematung didepan pintu perpustakaan sebuah suara lembut namun sarat akan bahaya kembali menarik atensi mereka semua.

Bahkan Louis seketika mematung mendengar suara tersebut, hingga jemari tangan yang dingin menuntun tangannya untuk masuk kedalam perpustakaan tersebut.

Mereka semua duduk bersebrangan di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan, Louis masih menundukkan kepalanya masih mencerna semua yang terjadi tanpa ia duga. Sementara Zergan dan Ernest sibuk dengan buku ditangan mereka masing-masing.

"Jadi apa yang ingin kalian ketahui tentangku?" semua mata langsung memandang pada gadis yang kini menampilkan raut seorang pembunuh.

Laurencia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang