🌈Happy Reading🌈
Suasana yang tadinya hangat mendadak terasa dingin dan mencekam.
Netra sebiru samudra itu masih saja menatap kosong dengan tajam. Ia sudah memperkirakan bahwa hal ini akan segera diketahui oleh orang lain.Maka lebih baik memutuskan untuk segera memberitahu mereka yang sebenarnya sebelum Zergan benar-benar melakukan hal yang ada didalam novel pada Raquella.
"Siapa kamu?" kini Zergan terdengar sangat dingin dibanding sebelumnya. Pertanyaan membuat Laura tersenyum kecil.
"Aku adalah Laura Inggrid, aku seorang pembunuh bayaran ternama di masa kehidupanku dulu. Namun sayang sekali karena sebuah kekonyolan aku mati sia-sia." kini ia tersenyum kecut saat mengingat tragedi yang menghilangkan nyawanya.
"Apa alasan kematianmu?" tanya Ernest.
Sontak saja Laura mendelikkan mata pada pemuda itu, dengan tatapan kesal ia lantas menjawab "Mati terkena ledakan gas saat aku memasak."
"Hahaha... Tak kuduga seorang pembunuh bayaran yang ternama katanya malah mati karena ledakan gas? Apa kamu bercanda nona?" Zergan mengusap sudut matanya yang berair karena ia tertawa dengan begitu puas.
"Kapan Lauren tiada?" Zergan kembali bertanya setelah ia meneguk kopi miliknya yang tinggal setengah cangkir.
"Tepat saat ia tenggelam di kolam renangnya beberapa bulan yang lalu." terang Laura.
"Hiks hiks hiks jadi benar kak Lauren sudah tiada?" isak tangis mulai terdengar dari pemuda disamping Ernest. Ia benar-benar tak menyangka bahwa kakak sepupunya itu sudah tiada sejak lama.
"Sudahlah nak, Lauren tidak pergi kemanapun. Ia berada disini selalu menjaga dan mengawasimu seperti burung elang yang mengawasi mangsanya, dan kamu lah mangsanya itu." Laura berusaha menghibur pemuda yang sudah seperti adiknya itu. Bahkan ia menuntun tangan Louis kedada pemuda itu untuk menunjukkan bahwa Lauren akan selalu bersamanya.
Pletaakkk
"Aaargghh sakit bodoh! Kenapa kamu selalu memukulku, hah? Dan ingat ini baik-baik usiaku dua tahun diatasmu tahu." Laura mengaduh kesakitan saat kepalanya tiba-tiba terkena pukulan dari Zergan.
Ernest yang melihat itu segera menarik Laura kedalam pelukannya, ia juga mengusap dan mengecup tempat yang dipukul Zergan.
Laura sendiri menatam tajam pada pemuda yang masih bersikap santai dan tak tahu sopan santun itu.
"Sinting memang." ujar Laura.
Pletaakkkk.
Oke, lagi dan lagi kini malah Ernest yang menyentil keningnya dengan kuat.
"Wah, wah emang ngajak baku hantam sih ini, yok lah yok baku hantam kita!" seru Laura bangkit dari pangkuan Ernest.
"Mulutmu sulit disaring ya." ujar Zergan dengan menampilkan raut wajah yang terlihat sangat menyebalkan sekali dimatanya.
"Sialan."
"Heh, mulutmu itu ya! Disini terdapat Louis jadi jaga bicaramu itu, jangan selalu berkata kasar!" Zergan meninggikan nada suaranya seraya menunjuk-nunjuk pada Laura dengan sebelah tangan yang lainnya ia taruh dipinggang.
"Baik ibunda." ujar Laura membungkukkan tubuhnya.
"Hey, tante lapuk aku ini seorang pemuda kenapa kamu memanggilku ibunda, hah?!" Zergan masih saja mengomel persis seperti ibu-ibu kompleks ya.
Buuukkkkk.....
Sebuah bantal sofa melayang dan mendarat tepat di wajah Zergan yang masih saja tidak bisa diam.
Laura mengacungkan ibu jarinya pada Ernest karena sudah melakukan hal itu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
General FictionLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...