🌈Happy Reading🌈
***
Di mansion Zergan tepatnya di sebuah ruangan bawah tanah, Laurencia kini berhadapan dengan orang-orang yang sudah membuat ia mengalami kecelakaan hingga koma.
"Kalian benar-benar memuakkan ya." Lauren tersenyum manis, namun para pria tua itu terlihat semakin pucat karena dimata mereka senyum itu bagai sabit malaikat pencabut nyawa.
"Aku hampir mati saat kecelakaan yang kalian perbuat, karena kepuasan dari tubuh seorang wanita yang gila seks, kalian berani melakukan hal tersebut pada putri satu-satunya keluarga Smith? Lebih baik kalian tebus saja kesalahan kalian padaku." lagi, lagi senyuman manis ia berikan pada mereka.
"Ayo kita bermain." ujar Lauren seraya memainkan belati di tangan kanannya.
"Aarrgghhh brengsek!"
"Berhenti! Kubilang berhenti sialan!!"
Muak mendengar kata-kata kasar yang diucapkan oleh pria yang ia ukir abstrak wajah dan dadanya dengan belati, Lauren menendang tepat dikepala pria tua itu, hingga membuat kepala tersebut hampir terputar kebelakang tubuhnya.
Dan yap, ia mati seketika."Kamu iblis!"
"Ya kamu wanita rendahan!"
"Jalang sialan!"
"Akan kuberi kamu pelajaran setelah ini!"
"Akan kucincang tubuhmu itu setelah kugunakan! Lihat saja nanti!"
Lauren menatap dingin mereka yang melontarkan ujaran kebencian bahkan makian padanya. Ia tak peduli toh mood-nya untuk membunuh mereka sudah hilang entah kemana.
"Lakukan sesuka kalian." ujar Lauren pada pengawal yang ada disampingnya, lantas pergi begitu saja.
Paham akan instruksi dari tuannya, ia kembali memberi kode pada anak buah lainnya untuk 'bersenang-senang' dengan tahanan mereka.
Para tahanan itu menatap was-was saat anak buah Laurencia mendekati mereka dan mulai merobek paksa pakaian mereka.
"Apa yang kalian lakukan, hah! Pergi lepaskan saya!"
"Jangan sentuh saya!"
"Kemana tuan tolol kalian itu,hah kenapa ia pergi begitu saja?"
"Mungkin ia mulai merasa takut! Lepas sialan!"
Suara tamparan dan pukulan terdengar jelas, para pengawal mulai kesal lantas semakin merobek paksa pakaian yang melekat ditubuh mereka, hingga menyisakan pakaian dalamnya saja.
"Bukankah kalian senang bermain? Untuk beberapa waktu kedepan kalian lah yang akan menjadi mainan kami, jadi nikmati saja ya." ujar salah satu anak buah Lauren.
Mendengar ucapan itu para pria itu mendadak berwajah pucat, mereka berusaha untuk berontak melepaskan diri namun semuanya sia-sia, dan ya kita biarkan saja mereka diruang bawah tanah saja ya.
Lauren mengelilingi mansion Zergan dengan wajah dingin dan aura yang semakin menekan. Para maid dan pengawal lainnya tidak berani mendekati gadis yang kini berada dalam suasana tidak baik itu, mereka lebih memilih untuk menjauh dan melihat dari jarak tertentu saja.
Mereka masih sayang nyawa untuk mengusik nona muda mereka."Ada apa?" seorang pemuda memeluknya dari belakang saat ia terdiam memandangi taman bunga mawar di halaman.
"Perasaan ku buruk, aku kesal pada mereka." adu Lauren seraya menyandarkan kepalanya pada tubuh Ernest.
"Lorenzo merindukanmu, apa kamu tak ingin segera kembali dan memberitahu mereka bahwa kamu masih hidup?" tanya Ernest mengeratkan pelukannya, ia bahkan menaruh dagunya diatas kepala Lauren.
'Sial! Aku pendek!' batinnya merutuk kesal.
"Tunggu beberapa hari lagi, Alvinjing itu akan merencanakan kecelakaan untuk Rara, kalian harus semakin menjaga gadis itu." jawab Lauren yang mulai terlelap karena sebelah tangan Ernest mengusap pipinya hingga ia merasa mengantuk.
Sadar Lauren yang akan tertidur, Ernest melepas pelukannya dan segera membalikkan tubuh Lauren untuk berhadapan dengannya, agar ia mudah menggendong gadis itu.
Lauren mencari posisi yang nyaman dalam gendongan Ernest dan mulai memejamkan matanya, Zergan yang tak sengaja berpapasan dengan mereka berdua merenggut tak suka. Kedua orang itu bertingkah seakan sepasang kekasih saja dan ia iri. Tolong garis bawahi dengan tebal bahwa ia merasa IRI.
***
Louis kini berada di sebuah mall untuk mengikuti Rara dan teman-temannya yang hari ini sibuk berbelanja untuk keperluan kemah minggu depan.
Setelah olimpiade berakhir dengan kemenangan Lorenzo dan Raquella, sekolah kembali mengadakan acara kemah, karena waktu ujian kelulusan tinggal beberapa bulan lagi, pihak sekolah memutuskan sejenak memberikan hiburan untuk murid-muridnya.
Acaranya memang masih minggu depan namun tahu sendiri bukan, jika seorang gadis memerlukan waktu dan keperluan yang lebih ribet daripada laki-laki.
Louis merindukan kakak perempuannya, jika saja tadi Zergan tidak terkendala dengan urusan jual beli organnya mungkin ia akan bermanja-manja pada Lauren.
Pemuda itu menekukkan wajah kesal, namun bagi mereka yang melihat itu terlihat lucu dan imut. Bahkan para kaum hawa itu memekik gemas saat Louis memutar malas kedua bolamatanya dan pergi begitu saja seraya menghentak-hentakkan langkahnya.
Ia memainkan ponselnya seraya sesekali mengawasi pergerakan Rara serta yang lainnya. Ia dengan cepat menekan satu angka di layar yang langsung terhubung dengan nomor Lauren.
Dengan sabar ia menunggu panggilan tersambung, namun saat ia akan bersuara malah suara lain yang menyahuti panggilan dengan acuh.
"Apa!"
"Loh, mana kak Lauren?"
"Tidur."
"Aishh, tidur sama kamu ya kak! Wah ngga bisa dibiarin sih ini, tunggu aku pulang lihat saja nanti, kamu ngga akan bisa lagi tidur sambil peluk-peluk kak Lauren, nanti aku--"
Belum selesai ia berbicara tapi panggilan tersebut sudah terputus begitu saja, dan itu membuat Louis merasa sangat kesal.
Ia akan membuat perhitungan pada kakaknya itu.***
"Hey, geser kesana aku ingin tidur!" ujar Zergan seraya menekuk wajahnya.
Ernest hanya menatap datar saudaranya itu, walau tak ayal ia menuruti permintaan Zergqn dan memberi ruang untuknya berbaring.
Zergan membaringkan tubuh dan langsung memeluk tubuh Lauren.
Ernest memutar malas bolamatanya, namun ia juga melakukan hal yang sama.Kedua pemuda itu memejamkan mata dengan Lauren yang berada diantara mereka, untung saja gadis itu sedang tertidur jika ia sadar posisinya seperti ini mungkin ia akan mulai mengomel dan mengamuk.
"Semua baik-baik saja?" Zergan bertanya pada Ernest walau matanya terpejam erat.
"Hmm, untuk saat ini ya." sahut pemuda itu.
"Tetap awasi mereka Ernest, sepertinya mereka lebih mengincar Lauren dibanding anggota keluarga yang lainnya." nasehatnya.
"Tapi mengapa Lauren?" Zergan yang sedari tadi memejamkan mata kini mulai membuka matanya seraya menatap datar Ernest yang balik menatapnya juga.
"Karena Laurencia satu-satunya putri di keluarga kita Ernest, tentu saja mereka mengira bahwa Lauren adalah kelemahan kita, setelah tragedi kecelakaan yang terjadi beberapa minggu yang lalu, tanpa adanya tubuh Lauren yang ditemukan, tentu mereka tidak bodoh untuk mengantisipasi bahwa Lauren masih hidup, apa kamu lupa dengan tragedi kecelakaan pesawat dan kebakaran beberapa tahun yang lalu? Semua kecelakaan itu mengincar Lauren." penjelasan dari sang kakak sepupu membuat Ernest membeku sesaat.
Ia lupa bahwa selama ini Laurencia lah yang selalu menjadi incaran setelah kematian orangtuanya dan orangtua Lauren. Namun gadis itu berusaha sangat keras untuk menjaga seluruh anggota keluarga walaupun ia sendiri yang dijadikan targetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
Ficção GeralLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...