🌈Happy Reading🌈
Setelah perbincangan itu, keempat orang tersebut memisahkan diri satu sama lain untuk menenangkan diri sejenak dari fakta yang mereka dapatkan hari ini.
Mereka tak menyangka bahwa tragedi lima tahun lalu memang sebuah konspirasi licik yang benar-benar rapi dan licin.Ernest dan Louis tak bisa menerima hal ini, luka itu terlalu dalam dihati dan pikirannya, mereka korban namun dituduh menjadi pelaku. Jika saja dulu Lauren tidak membantunya mungkin ia akan menyusul kedua orang tuanya. Atau mungkin bisa lebih buruk dari kematian itu sendiri.
Lauren sendiri asik memainkan piano klasik namun dengan alunan sendu dan sedikit alunan yang membangkitkan rasa balas dendam.
Air matanya terus saja berjatuhan dipipi yang kini tirus itu, ia meluapkan segala apa yang ia rasakan dalam permainan pianonya.
Ketiga pemuda yang berada di tempat berbeda mendengar jelas alunan piano itu, membuat perasaan mereka semakin tak karuan.
Mereka memiliki dendam yang sama atas kematian anggota keluarga, namun dendam dari seorang Laurencia nampaknya terlalu dalam dan mengerikan.
Violetha yang ternyata adalah sisi alter ego dari Lauren kini bekerja sama dengan Laura yang menempati raganya.
Mereka menyatukan dendam itu hingga rasanya mustahil para tikus-tikus itu tetap hidup.Lauren telah selesai memainkan piano itu, ia menekan satu nomor diponselnya yang langsung memanggil seseorang.
Ia menunggu dengan sabar hingga panggilan itu tersambung. Melihat halaman mansion yang ditumbuhi mawar merah begitu menyejukkan hati dan pikirannya."Hallo."
"........"
"Lakukan tugasmu dan tetap berhati-hati."
Panggilan telah ditutup olehnya, kini ia benar-benar akan melakukan hal yang memuakkan sekaligus menyenangkan.
Ia rindu mendengar alunan kematian.'Sebentar lagi' batinnya tersenyum licik.
Sepasang tangan melingkar diperut ramping Lauren diikuti dengan seseorang yang menaruh wajahnya pada pundak kecil itu, Lauren memilih untuk diam dan mengusap pelan tangan diperutnya.
Ia tak ingin berbicara apapun saat ini, ia terlalu lelah."Apa salah kami?" Ernest bertanya dengan suara yang lirih.
"Tidak ada yang salah." pundaknya terasa basah, Ernest sepertinya menangis. Lauren mengerti perasaan ini. Jadi ia lebih baik diam.
"Dendam tidak akan menyelesaikan semua masalahnya, sudah ikhlaskan saja." ujar seseorang.
Mereka berdua berbalik dan menatap seorang pria paruh baya yang kini menatap mereka dengan penuh cinta.
"Kakek, dari mana kakek tahu mansion ini?" Zergan bertanya dengan nada dinginnya.
Hanya mereka berempat yang mengetahui keberadaan mansion ini, bahkan semua hal tentang Zergan sudah ditutup sedemikian rupa. Namun pria tua ini mampu mengetahuinya dan kini berdiri di hadapan mereka."Apa yang kakek tidak tahu dari kalian berempat? Hanya cucuku Alva dan Damarion yang tidak pernah melakukan hal yang tidak-tidak seperti kau dan kau." ujar kakek menunjuk Lauren dan Zergan.
Braaakkk
Pyaaaarrr
Braaakkk
Praaangg
Pyaaarrr
"Ma-maaf tuan ,nona, tapi tuan muda Louis mengamuk didalam kamarnya, kami tak punya kuasa untuk menghentikannya selain tuan dan nona." ujar seorang maid yang sedikit terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laurencia.
Ficción GeneralLaura inggrid tidak pernah menyangka bahwa ia masuk kedalam novel "Cahaya untuk Lorenzo" yang sangat klise dengan alur kisah cinta antara pemuda dingin dan gadis baik hati serta polos. tentu saja di setiap cerita akan selalu ada karakter antagonis y...