part 8

18.6K 1.5K 9
                                    

                     🌈Happy Reading🌈


Tok tok tok

Ugh! Siapa coba yang berani-beraninya mengetuk pintu kamarku ditengah malam seperti ini. Tidak tahu apa aku butuh tidur yang cukup untuk menyiapkan energi penuh dalam menghadapi drama si menye! Menyebalkan.

Tak ayal Lauren membuka pintu kamarnya dengan merenggut. Dan wah kejutan yang menyenangkan sekali.
Keponakan sengklek-nya lah yang berada didepan pintu kamar.

"Ada apa?" tanyaku seraya bersandar didaun pintu.

"Hiks hiks hiks mamiiii....." rengeknya.

Lauren menatap bingung Lorenzo yang merengek tepat didepan matanya.

'Nih bocah satu lagian kenapa coba mesti mewek segala' batinnya bingung namun merasa gemas juga. Karena kapan lagi bisa lihat kulkas seribu pintu ini manja seperti sekarang. Lantas iapun tertawa puas didalam hati.

"Kenapa hmm? Tanyaku.

"Mau bobo sama mami." ujarnya.

Kuhela nafas sesaat antara kesal dan jengkel menghadapi makhluk rupawan ini.
Walaupun ia keponakannya si Laurencia dan umur mereka cuma beda setahun ya tetep aja aneh gitu.

Umurku beberapa tahun diatas mereka dan sekarang harus temenin tidur nih bujang satu! Sungguh wow sekali ya.
Ah yasudah lah ini emang nasibku yang memuakkan nikmati saja.

Lorenzo memelukku dengan erat dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leherku, Dan tiba-tiba.

"Hiks hiks hiks mami, Enzo mau dielus." isaknya lagi.

Ingin rasanya kutampol bocah satu ini tapi ya apa mau dikata lagi bukan? Mari kita turuti saja keinginannya ini.

Kuelus kepalanya dan bersenandung pelan.
Tak lama kudengar dengkuran halus pertanda ia sudah terlelap. Kucari posisi yang cukup nyaman walaupun sulit karena eratnya pelukan pemuda ini.

Segera kupejamkan mata menyelami alam mimpi yang sempat terputus tadi akibat rengekkan bocah tampan dipelukannya.

*skip pagi.

Alarm sudah berbunyi dan saat kubuka mataku Lorenzo masih bergelung didalam selimut, wajah damainya sangat menggemaskan dan rasanya ingin kugigit pipinya itu. Tapi tidak mungkin. 'Gengsi lah ya' Biarkan saja dulu seperti itu nanti saja kubangunkan.

Aku bergegas mandi dan bersiap memakai seragam. Setelah cukup puas dengan melihat cermin akupun segera membangunkan bayi besar ku ini.

'Ngga kosisten amat lu manggilnya maemunah ah, kadang bocah, kadang pemuda, kadang bayi besar. Sakareupmu lah'

'Rusuh amat lu jadi penulis ntar gue pecat mau'

#abaikan ya.

Seraya menunggu Lorenzo bersiap aku pergi menuju dapur untuk memasak.

"Pagi semua." sapaku pada mereka.

"Pagi nona Lauren, butuh sesuatu?" tanya salah satu dari mereka.

"Oh enggak kok, saya cuma mau masak aja." ujarku seraya melihat isi kulkas.

"Non Lauren ngga usah repot-repot biar kami yang menyiapkan semuanya." ujar mereka sedikit takut saat aku menatapnya dingin.

"Bantu saja saya." titahku mutlak.

"Ba-baik non." dan mereka pun menyiapkan semua keperluan yang kubutuhkan.
Aku hanya membuat yang mudah saja seperti nasi goreng, ayam goreng, sayur bayam dan salad buah.

Setelah semuanya siap kami pun membawa makanan tersebut menuju ruang makan. Dan kutata sedemikian rupa.
Tak lama dari tangga terdengar beberapa orang turun.

Laurencia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang