#10 Akhir Masa Hukuman

1.1K 115 2
                                    

Tidak terasa, akhirnya mereka sampai juga di hari terakhir hukuman mereka. Jujur, hukuman ini terasa sangat berat bagi Nabilah. Tapi ia bersyukur bahwa pihak hotel tidak meminta ganti rugi uang. Kalau sampai ganti rugi uang, ia terpaksa harus mengabarkan orang tuanya karena ia tidak memegang uang sepeser pun. Nabilah tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.

Selama bekerja bersama Paul dalam menjalani hukuman ini, Nabilah menemukan sisi lain dari Paul yang selama ini tidak diketahuinya. Ia baru tahu bahwa Paul ternyata memiliki sisi empati yang tinggi. Ia seperti tidak percaya akan hal ini, karena sebelumnya ketika diminta bantu untuk mengangkat galon saja, Paul tidak mau. Tapi selama menjalani hukuman ini, Paul benar benar bekerja dan melakukan semuanya secara totalitas. Sering juga Nabilah melihat diam-diam Paul membantu membersihkan ruangan agar dapat meringankan kerjaan CS. Padahal ia bisa saja tinggal menekan tombol telpon dan meminta CS yang bertugas untuk membersihkan ruangan itu.

Nabilah merasa masih banyak sisi lain Paul yang mungkin belum diketahuinya dan orang-orang. Nabilah memang pendiam dan tertutup, tapi Paul jauh lebih tertutup dibanding Nabilah. Selama bertugas bersama, Paul sangat jarang dan bahkan hampir tidak pernah membuka topik pembicaraan. Pembicaraan pasti selalu dibuka oleh Nabilah, walaupun hanya sekedar bertanya seputar tugas mereka.

...

Pagi ini Nabilah bangun dengan raut wajah yang terlihat sangat senang. Mengapa tidak, hari ini adalah hari terakhir ia akan menjalankan sanksi. Mulai besok ia bisa bangun lebih telat lagi dan tentunya tidur lebih awal.

Selesai sholat subuh, Nabilah langsung bergegas turun ke bawah. Di bawah, ia tidak melihat Paul.

"Apa mungkin dia telat?", tanya Nabila dalam hati

Tapi selama 6 hari ke belakang, Paul sama sekali tidak pernah terlambat. Jam sudah menunjukkan pukul 04.55 WIB dan sampai sekarang Paul belum kelihatan.

Nabila berinisiatif untuk naik ke atas dan memanggil Paul. Ia tidak bisa menghubungi Paul karena ia tidak memiliki nomornya.

Sampai ke depan kamar Paul, Nabilah memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan memanggil namanya. Butuh waktu yang cukup lama, hingga Paul akhirnya membuka pintu kamar.

"Kak Paul kamu sakit?", tanya Nabilah yang melihat wajah Paul pucat

"Engga. Udah jam 5 ya? Aku siap-siap dulu!", jawab Paul

"Kak Paul!", panggil Nabilah saat Paul ingin menutup pintu kembali

Tanpa berfikir panjang, Nabilah menempelkan tangannya di dahi Paul. Ternyata dugaannya benar. Paul sedang demam tinggi.

"Kak Paul kamu demam! Sebentar ya aku ambil obatnya dulu di kamar aku!", ujar Nabilah.

Tanpa menunggu respon Paul, Nabilah langsung bergegas kembali ke kamarnya.

Saat ini obatnya sudah ada di genggaman Nabila. Ia kembali ke kamar Paul untuk memberikan obat itu. Tapi sepertinya Paul sudah masuk ke kamar dengan keadaan pintu yang tidak terkunci.

Nabilah mengucapkan salam dan langsung masuk ke dalam kamar Paul. Matanya langsung tertuju pada sosok laki laki yang sepertinya sedang bersiap-siap untuk menjalankan sanksinya.

"Kak Paul, ini obatnya! Minum obat ini gak perlu harus sarapan dulu! Jadi langsung minum sekarang aja", jelas Nabilah

Tanpa menyahut satu kata apapun, Paul mengambil obat yang diberikan oleh Nabilah dan langsung meminumnya.

Nabilah masih stay disana melihat Paul meminum obatnya. Ia bertanya-tanya apakah Paul sakit karena kelelahan. Pasalnya mereka baru saja lulus ke tahap spekta dan tentu pressure semakin berat, dan mengharuskan mereka untuk latihan lebih keras lagi, ditambah dengan sanksi yang diberikan ini.

"Kak Paul, gak perlu dipaksa kalau engga sanggup. Nanti coba aku jelasin ke pihak hotel. Lagipula ini hari terakhir, aku yakin mereka pasti bisa memaklumi hal ini", ucap Nabilah

"Engga apa-apa, aku sanggup!", balas Paul

Ketika ingin berjalan keluar, Paul terlihat sedang menahan keseimbangan badannya. Namun usahanya gagal, ia tersungkur jatuh ke bawah.

...

*Maaf baru upload hehe*

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang