#8 Masa Hukuman

1.2K 102 3
                                    

...

"Nab, bangun nab! Udah jam setengah 5! Jangan sampai terlambat di masa hukuman kamu ini, apalagi hari pertama! Ayo bangun!", ucap Anggis

Benar, Anggis dan Rachel sudah mengetahui perihal hukuman ini. Nabilah sudah menjelaskan semua yang terjadi kepada dua teman dekatnya ini. Sebelum tidur semalam, Nabilah berpesan agar dibangunkan pukul setengah lima oleh Anggis, karena hanya Anggis yang bisa bangun seawal itu.

10 detik setelah dibangunkan oleh Anggis, Nabilah langsung terbangun dan mengambil handuk untuk mandi. Tidak sampai 20 menit, ia sudah selesai. Hanya tinggal menunggu azan subuh saja.

Di sisi lain, Paul justru memilih untuk tidak tidur. Takutnya ia akan terlambat bangun. Ia lebih memilih untuk tidur setelah selesai mengerjakan sanksi jam paginya.

...

Keduanya bertemu di lift hotel, karena mereka berada di apartemen dengan lantai yang sama. Walaupun tidak tidur, Paul sama sekali tidak kelihatan mengantuk, mungkin karena Ia sudah terbiasa.

Nabilah menekan tombol 1, karena ruang makan hotel terletak di lantai 1. Selama di lift keduanya sama sekali tidak mengobrol, bahkan melirik saja tidak. Setelah pintu lift terbuka, mereka keluar dan mulai menyusuri beberapa Lorong sampai akhirnya tiba di ruang makan hotel itu.

Mereka langsung diarahkan menuju dapur untuk mulai membawa beberapa makanan yang selesai ke depan. Nabilah dan Paul mengerjakan semuanya dengan baik, sesuai dengan arahan PIC hotel. Pukul 6.10 mereka diberikan waktu untuk sarapan dulu sebelum kembali melanjutkan tugas.

Diberikan kesempatan untuk makan lebih awal ketika semua makanan masih lengkap adalah momen langka yang tidak pernah didapatkan sejauh ini dikarantina. Biasanya pasti ada aja makanan yang sudah habis duluan.

Oleh karena itu, Nabilah sangat excited akan hal ini. Setelah mendengar kabar bahwa ia bisa makan lebih awal, tidak menunggu beberapa detik, ia sudah siap dengan piring yang baru saja diambil.

Sedangkan Paul? Seperti biasa masih saja berwajah datar dan terlihat sangat biasa mendengar kabar itu. Namun, kondisi perutnya yang keroncongan tetap tidak bisa menahannya untuk tidak makan.

Keduanya duduk di meja yang berbeda dan terlihat sedang menikmati makanan masing masing. Sebenarnya Nabilah ingin berteman baik dengan Paul. Ia memang orang yang ingin berteman baik dengan siapapun. Namun melihat sikap Paul yang sangat dingin dan seakan membuat benteng tinggi terhadap lingkungan sekitar, membuatnya mengurungkan niat untuk melakukan hal tersebut.

Setelah selesai makan, mereka kembali melanjutkan tugas berikutnya. Satu per satu dari kontestan dan tamu hotel mulai berdatangan untuk sarapan. Nabilah terlihat agak risih karena teman-teman kontestan melihat mereka berdua cukup lama.

Saat ini Paul dan Nabilah terlihat seperti waitress. Mereka berdua berdiri sejajar di bagian dekat bread corner. Ini untuk berjaga-jaga jika seandainya ada makanan yang sudah habis.

Semua yang datang memperhatikan kedua makhluk ini. Seakan-akan mereka adalah keajaiban dunia. Bagaimana tidak, mereka benar-benar diperhatikan dari atas sampai bawah dalam waktu yang cukup lama.

"Permisi, ini selai strawberrynya udah habis ya?", tanya Anggis sambil tertawa kecil. Ia ingin menggoda sahabatnya itu.

"Oh iya, sebentar ya saya ambilkan. Mohon menunggu sejenak", balas Nabilah.

Anggis juga berniat ingin melakukan hal yang sama terhadap Paul. Namun ia mengurungkan niatnya melihat ekspresi Paul yang terlihat sangat serius. Memang Paul lebih cocok menjadi tentara dibandingkan penyanyi, ekspresinya sangat serius dan datar setiap saat.

Nabilah kembali dengan membawa selai strawberry ditangannya. Ia menyerahkan selai itu ke Anggis. Anggis tersenyum dan mengucapkan terimakasih dengan bahasa yang formal ke Nabilah.

Beberapa detik Anggis pergi, datanglah Naura yang sepertinya ingin menghampiri dan menyapa Paul.

"Paul, kamu enggak apa-apa? Pasti kamu belum tidur kan? Kelihatan banget dari kantung mata kamu! Kalau gak sanggup biar aku gantiin aja Paul", tutur Naura yang terlihat seolah-olah sedang cemas dengan Paul.

"Engga apa-apa!", jawab Paul singkat

Nabilah yang mendengar respon Paul yang sangat cuek padahal sedang ditawari bantuan menatap sinis Paul. Bagaimana ada manusia berhati dingin seperti orang ini. Bahkan melebihi es di kutub antartika, pikirnya.

"Yaudah kalau gitu, kamu udah sarapan?", tanya Naura kembali

"Udah", jawab Paul singkat

"Oke deh, aku sarapan dulu ya! Abis ini kabari aku ya kalau ada yang kamu butuhin!", ujar Naura

"Iya", jawab Paul


*lanjut ga nih?*

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang