#34 I Love You

2.3K 213 11
                                    

Sampai ke hotel, Nabilah dan Anggis langsung menuju kamar.

Sampai kamar, Nabilah langsung bersih-bersih dan naik ke atas tempat tidur untuk berbaring sebentar sebelum jam makan malam.

Tiba-tiba masuk telepon dari Paul. Nabilah cepat-cepat masuk ke kamar mandi untuk mengangkat telepon. Ia tidak ingin Anggis tau. Syukurnya Anggis sedang asik telponan dengan pacarnya. Jadi tidak terlalu memperhatikannya.

"Halo Kak Paul", ucap Nabilah sambil menghidupkan keran air

"Halo Nab! Kamu lagi di kamar mandi?", tanya Paul karena mendengar suara kran air

"Iya kak. Takutnya didengar Kak Anggis! Gimana Kak?", tanya Nabilah

"Mau makan malem bareng gak?", tanya Paul

"Tapi kak, nanti ketahuan kalau mereka lihat kita makan bareng", ucap Nabilah

"Kamu tetap bareng Anggis Nab! Engga berdua doang", jelas Paul

"Ohh boleh kak! Sampai jumpa nanti", ucap Nabilah menutup teleponnya.

Selesai telpon, ia langsung keluar dari kamar mandi.

Untung saja Anggis masih sibuk telponan.

...

Setelah sholat Maghrib, Nabilah mengajak Anggis untuk makan malam.

"Kak Anggis, makan yuk!", ucap Nabilah

"Nab, kayanya aku gak makan malam ini. Tadi udah kenyang banget karena banyak banget jajan di pameran tadi", ucap Anggis

"Yahh", ucap Nabilah

Akhirnya ia turun sendiri untuk makan. Ia tidak melihat teman-temannya di dining room malam ini. Mungkin mereka sudah lelah atau kekenyangan seperti Anggis.

Ia langsung mengambil makanan dan duduk di salah satu meja yang paling pojok. Tak lama setelah itu datang Paul, yang langsung mengambil makanan dan datang ke arahnya.

"Nab, Anggis mana?", tanya Paul

"Kak Anggis udah kenyang katanya Kak!", ucap Nabilah

Paul langsung duduk di meja tersebut.

"Gak ada yang curiga kan kak?", tanya Nabilah

"Harusnya sih gak ada, karena mereka satupun gak ada disini. Biasa aja Nab! Kalau kita hindarin, makin aneh dan buat mereka curiga. Nanti kalau ditanya 'tumben makan berdua aja', bilang aja Anggis gak makan malam dan kamu lihat aku sendiri, yaudah kamu gabung kesini", jelas Paul

Nabilah mengangguk paham.

"Soal tadi, kamu gak sedih kan?", tanya Paul

"Lumayan awalnya kak, tapi sekarang udah enggak. Aku merasa bersalah aja sama Kak Octo, udah dua kali sama masalah yang minyak di kolam renang bulan lalu juga", ucap Nabilah

Paul mengangguk paham.

"Nab, aku boleh bilang sesuatu?", tanya Paul

Nabilah mengangguk

"Aku adalah tipe laki-laki yang mudah banget cemburu Nab. Lihat kamu sama laki-laki lain padahal mungkin cuma ngobrol aja aku bisa cemburu. Aku rasa itu semua karena aku takut kehilangan orang yang aku sayang. Tapi aku coba tahan sikap aku yang gitu, biar kamu nyaman. Kalau sesekali lepas, aku minta maaf ya Nab!", jelas Paul

"Pasti kak. Aku juga hampir-hampir sama dengan Kak Paul. Aku juga lumayan pencemburu. Aku berharap kita bisa saling mengerti. Ohya, aku juga minta satu hal ke Kak Paul, kalau seandainya ada yang kakak gak suka atau apapun itu, please cerita dan langsung bilang sama aku ya kak. Jangan ditahan karena gak enak, sungkan atau bahkan cerita ke yang lain. Menurut buku yang aku baca, komunikasi jadi hal yang sangat penting dalam menjalani suatu hubungan", balas Nabilah

Paul mengangguk paham.

Mereka melanjutkan makan malam dengan bercerita banyak hal. Sepertinya mereka mulai mendalami satu sama lain. Syukurnya tidak ada satupun peserta idol yang makan malam itu. Jadi mereka bisa lebih bebas untuk berinteraksi.

Setelah makan, mereka kembali ke kamar. Paul mengantar Nabilah ke kamarnya. Ia mengantar sampai pintu kamar.

"Selamat istirahat. I love you Nab!", ucap Paul pelan sambil tersenyum dan mengelus kepala Nabilah 

Nabilah salting dan menunduk. Ini pertama kali Paul mengatakan kalimat itu untuknya. Ketika di bianglala, ia hanya bilang aku suka kamu, bukan aku cinta kamu, begitu pikirnya.

"Jangan salting Nabilah, gak apa-apa!", ucap Paul yang gemas dengan sikap pacarnya itu ketika salting

"Ihh apa sih Kak", ucap Nabilah sambil memukul pelan lengan Paul

"Aku masuk ya Kak! See u tomorrow!", ucap Nabilah 

Setelah itu, Nabilah pun langsung masuk ke dalam kamar.

Setelah berberes dan siap-siap untuk tidur, satu notifikasi muncul di HP nya.

"Have a nice dream, sayang!", tulis Paul

Nabilah tidak bisa menahan senyumnya. Ini pertama kali baginya terlibat dalam hubungan yang romantis dan seseorang memanggilnya 'sayang'.

Ia tidak tahu harus membalas pesan tersebut bagaimana.

"Thank you, you too", tulis Nabilah

Ia langsung menyimpan HP nya dan menutup wajah saltingnya dengan bantal.

"Paul panggil aku sayang? Ahh Nab! Please stay sane! Aaaa", ucapnya dalam hati

Melihat tingkah Nabilah yang agak aneh, seperti sedang senyum-senyum sendiri dan sekarang terlihat uring-uringan, Anggis penasaran ada apa dengan gadis ini.

"Nab, kamu kenapa?", tanya Anggis

"Engga apa-apa Kak!", jawab Nabilah yang masih menutup wajahnya dengan bantal

"Kamu lagi jatuh cinta ya?", tanya Anggis

"Hmmm, engga kok!", jawab Nabilah

"Jangan bohong Nab! Aku tau banget mimik wajah dan tingkah laku kamu kalau lagi aneh", ucap Anggis

Nabilah membalik badannya membelakangi Anggis. Sejujurnya, ia sudah berusaha maksimal untuk menghentikan senyumnya itu, tapi tetap tidak bisa. 

"Kak, aku mau tidur dulu ya! Lanjut aja telfonan sama pacarnya ya mbak", ucap Nabilah 

Ia mengatakan itu masih dengan memposisikan arah tidurnya agar tidak menghadap Anggis. 

"Nab, kamu kenapa sih?", gerutu Nabilah pada dirinya sendiri

Sebelum memejamkan matanya, bayangan tentang kejadian bianglala tadi masih saja memenuhi pikirannya. Ia tidak percaya bahwa saat ini ia sedang terlibat dalam hubungan asmara. Hubungan asmara dengan orang yang disukainya. Padahal dari awal ia tidak pernah memperhatikan Paul apalagi menyukainya. Semuanya benar-benar terjadi begitu saja. 

"Gimana kalau Rima tau ya hubungan aku sekarang? Dia pasti bakalan kaget! Atau jangan jangan dia bakalan ngejek aku?" tanya Nabilah dalam batinnya 

Masalahnya, setiap kali Rima menggodanya tentang hubungan asmara, Nabilah selalu kekeh dengan jawabannya bahwa ia ingin membahagiakan orang tua dan fokus untuk karirnya dulu. Sekarang, ia seperti menjilat ludahnya sendiri. Nabilah benar-benar harus berhati-hati dengan apa yang akan dikatakannya sekarang. 

Masalahnya lagi, ia memang benar serius dengan apa yang dikatakannya waktu itu. Nabilah tidak pernah membayangkan bahwa akan ada momen ini. Momen seorang laki-laki aneh dan pendiam yang tiba-tiba berhasil mendobrak hatinya bahkan berhasil membuat jantungnya serasa ingin lepas.


*(Guys! Mulai sekarang author up nya selang -seling ya! Jadi, gak tiap hari lagi! Semoga kalian tetap bersabar ya! Luvyouu)*

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang