#11 Demam

1.4K 133 4
                                    

Melihat hal itu, Nabilah sigap langsung membantu mengangkat Paul ke atas tempat tidur.

"Kak Paul, kamu gapapa? Kayanya ini bukan sekedar demam biasa ya? Aku kabarin ke kak Octo ya!", tanya Nabilah

"Jangan, jangan dikabari ke kru. Aku gapapa", jawab Paul

Nabilah yang kesal melihat Paul masih memaksa dirinya untuk bangun pun akhirnya meninggikan suaranya

"Kak Paul, kamu paham gak sih kalau tubuh kamu itu udah kasih sinyal kalau kamu lagi gak baik-baik aja? Kenapa masih keras kepala sih? Udah, sekarang kamu jangan bantah aku lagi. Hari ini kamu libur aja! Kalau kamu emang merasa sungkan, nanti kalau udah sembuh coba kamu tanya ke pihak hotel untuk ganti ke hari lain! Sekarang tidur yang bener dan istirahat. Paham?", jelas Nabilah

Paul yang kaget dengan suara tinggi Nabilah barusan hanya bisa mengangguk.

"Kamu jangan bilang ke kakak kru ya!", pinta Paul

"Nabilah, kamu yakin gak apa apa ngelakuin semuanya sendiri?", tanya Paul

Nabilah sedikit shock, bukan apa tapi karena ini baru pertama kali Paul memanggilnya dengan nama.

Nabilah hanya mengangguk, yang memberikan sinyal bahwa ia tidak apa apa melakukan ini sendiri. Setelah itu, Ia langsung bergegas turun ke bawah karena ini sudah telat hampir 10 menit.

...

Sampai ke bawah, ia langsung menjalankan tugasnya. Sebelumnya, Nabilah sudah menjelaskan ke pihak hotel bahwa Paul sedang tidak sehat untuk mengikuti sanksi hari ini. Syukurnya pihak hotel dapat mengerti hal tersebut. Lagipula ini sudah hari terakhir mereka menjalankan sanksi ini.

Pagi ini ia sedikit lebih lelah dibanding hari sebelumnya, karena ia harus menjalankan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab Paul. Namun ia berusaha untuk tidak mengeluh dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Sekitar pukul 06.30 WIB, seperti biasa ia diberi waktu 15-20 menit untuk istirahat. Kali ini Nabilah mengambil beberapa lauk dan buah-buahan dan memasukkan ke dalam cup plastic yang diambil di dapur untuk diantarkannya ke kamar Paul. Bagaimanapun ia yakin, laki-laki itu pasti belum sarapan.

...

Nabilah kembali mengetuk kamar Paul. Tidak lama, pria itu membuka pintu kamarnya. Nabilah langsung menyerahkan bekal sarapan yang sudah ia siapkan tadi.

"Ini, kak Paul makan ya! Belum sarapan kan? Disitu ada lauk sayur dan ikan. Diluarnya juga ada beberapa buah-buahan dan air jahe. Ada beberapa kue manis juga, hitung hitung nambah gula", jelas Nabilah

Paul hanya mengangguk dan mengucap terima kasih. Walaupun sakit, tetap coolnya itu tidak ikut sakit dan luntur.

"Ohya, kalau ada apa-apa nanti kamu bisa telpon aku ya kak! Nomor hp aku ada aku tulis di kertas di dalam tas lauk itu. Oke, kalau gitu aku balik ke bawah dulu", jelas Nabilah

Paul kembali hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Sementara Nabilah kembali melanjutkan tugasnya, Paul mulai membongkar isi tas lauk yang diberikan Nabilah barusan.

Ia mulai menata makanan tersebut untuk disantapnya. Walaupun sebenarnya nafsu makannya sedang tidak ada, namun ia mencoba memaksa untuk tetap makan, karena bagaimanapun ia harus sembuh. Setelah itu ia berencana untuk istirahat. Syukurnya hari ini adalah hari libur agenda di Idol. Jadi ia bisa istirahat seharian.

Sebelum makan, ia melihat kertas yang ada di dalam tas itu. Sepertinya itu adalah kertas yang dijelaskan Nabilah tadi. Di kertas itu tertera nomor HP Nabilah.

Paul menyimpan kertas tersebut, untuk nantinya ia masukkan ke HP nya.

Paul hanya mampu untuk makan 3-4 sendok saja. Selebihnya ia sudah tidak kuat, seperti ingin dikeluarkan kembali apa yang tadi dimakannya.

Setelah itu, ia memutuskan untuk beristirahat.

...

Naura mencoba menghubungi Paul. Tidak biasanya ia tidak ada kabar sampai siang ini. Naura sudah mengetuk pintu kamar Paul tetapi tidak dibuka. Sudah dicari ke segala penjuru hotel, tetap ia tidak menemukan Paul. Ia pun akhirnya kembali ke kamarnya.

Pukul 14.30 Nabilah kembali ke kamar Paul untuk mengantarkan obat dan makanan. Ia terlihat seperti maling, karena jalan nya yang mengendap-endap dan matanya yang melihat sekitar. Sebenarnya ia takut, jika orang sampai salah paham dengan yang dilakukannya.

Diketukan pintu ketiga baru Paul membuka pintunya. Ia terlihat seperti orang yang baru bangun tidur. Paul mempersilahkan Nabilah masuk dan menutup pintunya. Nabilah langsung meletakkan makanan yang dipegang dan obat obatan diatas meja.

"Kak Paul, ini makan siang dulu baru minum obatnya ya. Obat ini ada 3, dua diminum sekarang, satu lagi nanti malam. Disini juga ada air ramuan gitu yang aku minta sama chef di bawah. Katanya ini bagus untuk turunin demam dan naikin stamina tubuh. Air ramuannya ini bisa untuk dua kali minum. Terus lauknya sengaja aku gak kasih yang goreng-goreng dan aku banyakin sayur", jelas Nabilah dengan panjang lebar

Paul hanya mendengarkan dengan seksama. Ia pikir gadis ini adalah gadis kalem dan pendiam, ternyata ia juga bisa cerewet seperti ini. Namun bagaimanapun ia sangat berterimakasih kepada gadis ini, karena sudah sangat membantunya hari ini.

Paul mengangguk yang artinya setuju dan paham dengan apa yang dijelaskan barusan.

"Yaudah aku pamit. Udah save nomor aku kan? Nanti kalau ada apa-apa kabari aja", tambah Nabilah

Paul kembali mengangguk.

Nabilah langsung segera keluar dari kamar itu.

Di sisi sana, ternyata ada Naura yang tidak sengaja melihat Nabilah keluar dari kamar Paul. Naura berencana ingin ke kamar Paul, karena hingga saat ini telfon darinya juga tidak kunjung diangkat. Melihat Nabilah yang keluar dari kamar Paul, ia shock dan mulai menerka-nerka apa yang dilakukannya disana. Namun ia tidak ingin menghampiri Nabilah atau mencegatnya. Ia langsung buru-buru ke kamar Paul untuk meminta penjelasan.

"Paul kamu kenapa?", tanya Naura yang ingin berbasa-basi dulu. Ia tidak ingin langsung to the point.

"Aku gapapa, emang ada apa?", jawab Paul

"Aku telfon dari pagi dan aku juga tadi ke kamar kamu gak kamu buka. Jadi aku khawatir kalau ada apa-apa sama kamu Paul!", jelas Naura

"Aku gapapa. Aku mau istirahat dulu ya", ujar Paul

Tanpa basa-basi Paul langsung menutup pintu kamar.

Naura tidak jadi bertanya apapun melihat kondisi Paul yang sepertinya sedang tidak baik. Tapi pertanyaan tentang Nabilah yang keluar dari kamar barusan masih memenuhi kepalanya. Apa ini berkaitan dengan tugas sanksi mereka? Lantas mengapa harus di kamar? 

*Gimana? Panjang kan? Author memang sungguh keterlaluan baiknya ini*

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang