#35 Kunjungan Orang Tua

4.2K 245 47
                                    

Selama beberapa bulan di karantina ini, banyak perubahan yang terjadi pada sosok Nabilah.

Dulu, dia adalah seorang pemalu, pendiam, dan sangat introvert. Pulang sekolah, ia lebih memilih langsung pulang kerumah dibanding nonkrong bersama teman-temannya. Tapi, setelah karantina ia bisa lebih terbuka, memulai percakapan terlebih dahulu, ramah dan easy going.

Dulu, dia sangat jarang berinteraksi dengan laki-laki, tetapi sekarang karena keadaan, itu menjadi biasa baginya berinteraksi dengan lawan jenis.

Dulu, ia sama sekali tidak berpikir tentang percintaan dan hubungan-hubungan romantis dengan lawan jenis. Sekarang, seseorang hadir dan mengenalkannya arti cinta yang seperti itu.

Dan banyak perubahan lain yang dirasakan oleh Nabilah.

...

Hari ini adalah hari dimana orang tua diperbolehkan untuk berkunjung. Semua orang tua hadir hari ini. Pastinya mereka sudah sangat rindu dengan anak-anak mereka. Bahkan, rela untuk datang jauh dari luar kota guna bertemu dengan anak mereka.

Pagi ini, orang tua Nabilah sudah datang ke hotel. Hotel menyediakan satu fasilitas ruang untuk mereka bisa melepas rindu. Abi dan Mama tidak hanya datang sendiri, ia juga bersama satu orang adiknya. Nabilah hanya memiliki satu adik perempuan yang masih berusia 5 tahun.

Ia sangat rindu dengan adiknya ini. Finally, ia bisa bertemu dengan keluarganya setelah dua bulan lebih tidak bertemu. Nabilah hampir sempat nangis, tetapi ia tahan, karena ia malu jika dilhat oleh teman-temannya.

"Nabilah, gimana kabar kamu kak?", tanya Abi

"Alhamdulillah baik Abi! Abi dan Mama, baik kan?", tanya Nabilah

"Alhamdulillah kami baik-baik saja", jawab Abi

"Nih Mama bawain makanan aceh favorit kamu", ucap Mama sambil membuka Tupperware yang berisi kuah ikan aceh kesukaan Nabilah

"Aaa, udah lama aku gak makan itu. Makasih Mama!", ucap Nabilah dengan riang

"Hanin, sini, kenapa kamu jadi pendiam sekarang?", tanya Nabilah kepada adik kecilnya itu.

"Dia malu tuh, udah lama gak ketemu kakaknya katanya", jelas Mama

"Uhh, Hanin gak kangen sama kakak? Sini peluk kakak dulu", ucap Nabilah

Akhirnya mereka berpelukan.

"Kakak, kapan pulang?", tanya Hanin

"Secepatnya. Doain kakak lancar disini ya. Nanti kalau kakak pulang, kakak janii akan traktir Hanin ice cream yang banyak oke? Tapi Hanin harus doain kakak Nabilah semoga lancar dan bisa berikan yang terbaik disini? Oke hanin? Janji?", ucap Nabilah sambil menyodorkan tangan kelingkingnya kepada Hanin.

"Oke kak! Aku tunggu ya! Aku pasti doain kakak", ucap Hanin

Nabilah sangat gemas dengan adik bungsu nya itu.

Mereka melanjutkan obrolan sembari Mama menyuapkan Nabilah makanan favoritnya.

Nabilah melihat sekitarnya. Teman-temannya juga sedang bersama keluarga masing-masing.

Ia mencoba mencari Paul. Ternyata laki-laki itu berada di sudut ruangan bersama kedua orang tuanya. Paul tidak memiliki kakak dan adik. Ia hanya sendiri. Oleh karena itu, ia kerap merasa sepi dan juga ia merasa harus bisa sukses dan membanggakan orang tuanya, karena hanya dia satu-satunya harapan. Walaupun berasal dari keluarga yang kaya, ia sama sekali tidak pernah menunjukkan atau memamerkan hal itu.

Tiba-tiba Anggis menghampiri Nabilah dan keluarganya.

"Halo Om dan Tante, kenalin aku Anggis! Aku sahabat sekaligus roommate nya Nabilah!", ucap Anggis

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang