#16 Kelas Melukis II

1.2K 139 1
                                    

*(Beberapa part cerita yang panjang aku coba bagi ke dua bagian ya guys! Takutnya kalau dibuat satu part jadi kepanjangan)*

...

"Wah, bagus gambarmu Nab!", puji Novia

"Makasih kak!", balas Nabilah

"Gambar ini punya makna tersendiri untuk aku. Mungkin banyak dari kita yang tidak menyukai malam, karena keheningan, kegelapan, dan suasananya yang terlihat menyeramkan dan seolah mencengkram, apalagi suasana pantai di malam hari. Tapi aku melihatnya berbeda, suasana pantai malam hari justru terlihat lebih indah. Bintang dan bulan bekerja sama dengan laut membentuk cahaya yang indah di malam hari melalui pantulannya yang seolah menyiratkan bahwa mereka mencoba untuk saling memberi dan melengkapi satu sama lain. Sebenarnya laut tidak pernah hening di malam hari. Suara ombak yang saling bertabrakan justru akan lebih terdengar jelas. Mungkin iya, hening dari suara dan kebisingan manusia. Kedamaian suasana pantai di malam hari, menurut aku sangat membantu orang-orang yang butuh kedamaian dan ketentraman. Apalagi tinggal di ibukota yang super padat dan sesak ini. Sekian ceritaku", jelas Nabilah

Semuanya bertepuk tangan mendengarnya. Semua setuju lukisan Nabilah tambah indah dengan makna yang terkandung didalamnya.

Kini giliran Paul yang maju. Semua terdiam dan sangat ingin menyimak orang dingin ini menjelaskan lukisannya.

Lukisan Paul juga tidak kalah indah dengan lukisan Nabilah.

"Langit selalu punya cerita yang berbeda. Disaat bumi penuh dengan hiruk pikuk yang tiada habisnya, langit menawarkan ketentraman dan kedamaian", ucap Paul

Sangat singkat dan padat.

Jika dilihat-lihat, Nabilah dan Paul memiliki keyword kisah yang sama, yaitu ketentraman dan kedamaian. Hal ini mungkin karena keduanya memiliki kepribadian introvert dan pendiam.

Semua bertepuk tangan dan tutor mempersilahkan Paul untuk kembali duduk. Setelah semua mempresentasikan hasil lukisannya, tutor menjelaskan bahwa selalu akan ada makna yang bisa jadi tersirat dari setiap lukisan tersebut. Walaupun mungkin gambarnya dianggap sepele, tapi semua lukisan merepresentasikan hal yang dipikirkan, dirasakan atau diharapkan.

Semuanya mengangguk paham dan setuju.

Setelah selesai, semua peserta diberikan jus jeruk manis. Sayangnya karena kehebohan Edo, jusnya jatuh dan tumpah.

"Yah, punya ku tumpah padahal haus banget!", ucap Edo

"Ambil punya ku aja Edo!", ucap Nabilah

"Engga apa-apa Nab?", tanya Edo dengan perasaan tidak enak

"Engga apa-apa, ambil aja nih!", kata Nabilah

Edo pun akhirnya mengambil minuman yang diberikan oleh Nabilah

"Makasi Nab!", ucap Edo

Tiba-tiba ...

"Nih untuk kamu!", ucap Paul memberikan jusnya kepada Nabilah

Nabilah menolak dengan sopan, ia tidak keberatan memberikan jusnya pada Edo.

"Engga apa-apa, ambil aja! Aku engga suka jus jeruk", jelas Paul

Semua menatap ke arah dua orang yang terkenal pendiam ini. Apalagi sikap Paul yang tidak pernah mereka lihat, ternyata ia bisa menawarkan jusnya pada Nabilah

Alhasil daripada saling tolak menolak, Nabilah mengambil jusnya.

Setelah semua selesai, mereka kembali ke hotel

...

Malam ini, Nabilah kembali tidak bisa tidur. Padahal ia tidak tidur siang, dan juga tidak ada hal yang sedang dipikirkan. Ternyata ia baru sadar, tadi sore setelah sampai hotel ia memesan starbuck varian kopi. Pantas saja sampai saat ini ia juga tetap tidak bisa tidur.

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang