luka 18

356 163 68
                                    

"ZUHRAAA!!" teriak Raisa memasuki kamar milik Zuhra, sontak Zuhra yang lagi rebahan dan berusaha menenangkan dirinya, ia terkejut oleh teriakan sang mama.

"Ya ma, kenapa?" tanya Zuhra dengan badan yang bergetar.

"Kenapa, kamu bilang? kamu hampir membunuh Aldara, udah berapa kali kamu mencoba untuk membunuhnya?
HAH!" pekik Raisa dengan amarahnya dan menarik tangan sang anak kekamar mandi.

Raisa menghempaskan sang anak dengan kerasnya ke lantai kamar mandi yang dingin.

Plak

Plak

"Terus ma, teruskan tampar aku. TAMPAR AKU SAMPAI PUAS MA, TAMPAR!" Pekik Zuhra yang tak tahan lagi dengan kelakuan sang mama.

Plak

"Teruskan ma, sampai mama puas," lirih Zuhra dengan air matanya yang sudah mengalir begitu saja.

Raisa terus menjambak dan menyirami sang anak, kini wajah gadis itu sudah memucat, bibirnya sudah membiru dan darah yang keluar dari ujung bibirnya.

"Kamu itu anak pembawa sial, saya nyesal lahirin kamu!" bentak Raisa dengan wajah amarahnya.

Amarah Raisa semakin menjadi jadi, dia terus meyakiti sang anak. Dia membenturkan kepala sang anak di dinding kamar mandi dan menyirami Zuhra berkali-kali.

"Ma, maafin aku ya. Maaf udah lahir dikehidupan mama. Maaf karena aku, hubungan papa mama jadi renggang. Mungkin yang mama bilang benar, aku anak pembawa sial." ujar Zuhra dengan lemas dan darah segar yang sudah mengalir dikepala dan hidungnya.

Raisa tak memperdulikan keadaan sang anaknya saat ini, dia terus melampiaskan amarahnya.

"Mama, aku kangen sama kasih sayang mama, pelukan mama, aku kangen perhatian mama yang dulu. Emang ga bisa ya ma, mama seperti dulu lagi?" tanya Zuhra melepaskan kerinduan kasih sayang sang mama.

Raisa yang mendengarkan itu sontak terdiam dan meninggalkan sang anak sendirian di dalam kamar mandi.

"Pa, papa gamau jemput Zuhra pa? Zuhra cape, Zuhra mau ikut sama papa aja," lirih Zuhra dengan tangisannya.

Zuhra kini merasakan kesakitan yang amat dalam, kepalanya sangat pusing dan matanya tertutup secara perlahan.

                   ~~~~••~~~~

Di pagi harinya, cahaya matahari yang terik sudah memasuki kamar Zuhra. Zuhra tersadar dari pingsannya dan bersiap-siap untuk kesekolah.

Dengan keadaan saat ini memang tidak memungkinkan untuk Zuhra bersekolah, tetapi dia tetap nekat untuk pergi ke sekolah.

Melihat dirinya dicermin, dia tersenyum remeh terhadap dirinya.

"Lihatlah dirimu, tak ada satupun yang percaya dan sayang kepadamu," lirihnya sendiri yang melihat wajahnya dicermin.

Zuhra terus mengoleskan bedaknya, agar lebam dan luka disudut bibirnya tak terlihat. Dia menggunakan lip tint dan menggunakan blush on, agar tidak terlihat pucat.

Setiba disekolah, Zuhra beserta anggota Defender lainnya, bercanda tawa dan memakan makanan yang mereka pesan.

Lagi asyiknya bercanda tawa, Citra yang merupakan sahabat Aldara, dia menghampiri Zuhra dengan tatapan tajam yang membunuh.

Dengan cepat Citra menarik dasi yang digunakan oleh Zuhra, yang membuat Zuhra tercekik.

"Le-pasin g-gua." rintih Zuhra dengan tertatih-tatih.

"WOI CABE-CABEAN, LEPASIN SAHABAT GUA!" teriak Lisa yang tak terima jika sahabatnya disakitin.

"Lo diem! jangan ikut campur!" bentak Citra dengan mata melototnya.

Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang