luka 1

1.2K 462 262
                                    

Tiga tahun kemudian, setelah kejadian-kejadian yang menimpa keluarganya, Zackson memutuskan untuk melepas sang istri dan anaknya. Ia tak sanggup melihat orang yang ia sayangi tersakiti akibat ulahnya.

"Ma, Pa kita mau pindah kemana? aku udah nyaman disini." tanya Zuhra menuruni anak tangga dan memeluk boneka Hello Kitty kesayangannya.

Zackson menghampiri anaknya "Sayang papa, mungkin kita akan terpisah beberapa waktu kedepan. Kamu janji ya, jangan nakal dan jangan nyusahin mama." ujar Zackson sambil menjajarkan tubuhnya dengan sang anak.

"Emangnya Papa mau kemana?jangan pergi, aku gamau pisah dari Papa." rengek Zuhra memeluk sang papa dan mengeluarkan air matanya yang ia tahan sedari tadi.

"Husst, jangan nangis dong, katanya anak hebat, kok malah nangis?"

"Sementara kamu tinggal sama nenek ya (orang tua dari Raisa)." ujar Zackson memeluk putri tercintanya dan meneteskan air matanya, perlahan ia melepaskan pelukan tersebut dan menuju arah istrinya.

"Istriku, kamu kan yang selalu minta cerai? sekarang aku ikutin apa maumu. Aku gatega melihat kamu tersakiti terus karena ulahku." ujar Zackson memeluk istrinya.

"Mas, maaf ya. Karena perbuatan kita, Zuhra harus pisah dari kamu." ujar sang istri yang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Ya, kamu jaga Zuhra dan rawat hingga dewasa, dia sebagai bukti cinta kita berdua." ujar Zackson dengan sorot mata mengarah ke Zuhra.

"Sayang, Papa pergi dulu ya, Nak. Maafin Papa gabisa rawat dan berada disamping kamu sampai dewasa. I love you putriku, Zuhra Zhalyla." ujar Zackson menghapus kasar air matanya.

Mereka bertiga berpelukan untuk terakhir kalinya dan disinilah kehidupan Zuhra berubah 180°.

                  ~~~~••~~~~

Di sebuah rumah yang lumayan besar milik wanita tua bernama Deswita, orang tua dari Raisa.

Deswita menghampiri anak dan cucunya tercinta yang akan tinggal bersamanya sementara waktu.

"Eh anakku dan cucuku sudah tiba, masuk Nak." ajaknya ke Zuhra dan Raisa.

"Nenek, kenapa papa ninggalin Zuhra? Zuhra kan jadi sedih." tanya Zuhra dengan raut wajah yang menyedihkan dan sorot mata yang amat pilu.

"Papa ga ninggalin kamu, lagian kan masih ada nenek sama mama." memeluk sang cucu lalu membawanya kekamar dan menidurkannya.

Setelah Zuhra tertidur, sang nenek bernama 'Deswita' menghampiri sang anak yang sibuk memasukkan pakaian kedalam lemari.

"Raisa anakku, apa kamu sudah benar benar yakin akan menceraikan suamimu?" tanya Deswita yang ia tidak mau anaknya memutuskan suatu hal dengan gegabah dan menyesalinya suatu saat nanti.

"Ya Bu, aku capek dengan sifatnya yang kasar dan suka bermain dengan wanita jalang." ujar Raisa sambil melanjutkan menyusun pakaian kelemari.

"Baiklah Nak, ingat jangan pernah sesali keputusanmu dan berbahagialah." ujar Deswita dan memeluk sang anak.

"Bu maaf ya ngerepotinmu." ujar Raisa dan memeluk sang ibu dan mereka tertidur bersama.

Setelah melewati masa-masa sendirian tanpa seorang suami dan sosok ayah, saat ini tepat setahun berpisahnya Raisa dan Zackson, suara handphone milik Raisa berdering.

Drtt

Raisa mengambil handphonenya dan mengangkat panggilan nomor telepon yang tidak ia kenali.

"Hallo, apa benar dengan bu Raisa?" tanya seorang dari telepon tersebut dengan suara menggigil.

"Ya benar, ada apa ya?" tanya Raisa bingung dengan perasaaan yang tidak karuan.

"Suami ibu mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit Prima. Tepat pukul satu tadi, suami ibu menghembuskan nafas terakhirnya." ujar seseorang dari televon tersebut dan mematikan panggilan.

Handphone terjatuh dari genggaman Raisa dan ia menangis tersedu sedu, ia tidak menyangka jika suaminya akan meninggalkanya secepat ini.

"Hiks..hiks..hiks....mass" tangisan Raisa yang pecah mampu menarik perhatian sang anak.

Perlahan Zuhra menuju ketempat mamanya "Mama, kenapa nangis?" tanya Zuhra ragu dan menghampiri sang mama.


"Papa nak, papa udah meninggalkan kita untuk selamanya, papa meninggal dunia Zuhra." ujar Raisa memeluk sang anak dan tangisan yang semakin menjadi-jadi.

"GAMUNGKIN! MAMA BOHONGKAN!" teriak Zuhra dengan rasa ketakutan kehilangan sang papa untuk selamanya.

"Mama tau, kamu pasti sedih, kehilangan sosok papa. Tapi kita harus coba mengikhlaskannya ya, kita ke makam papa ya."ajak Raisa memeluk dan berusaha menenangkan sang anak.

Zuhra, Raisa, dan Deswita. Mereka bertiga menuju makam Zackson pada hari itu juga, Raisa yang melihat nisan beratas namakan suaminya. Tak kuasa menahan kesedihannya.

Raisa terduduk lemas disamping makam suaminya "Mas, aku ga nyangka kamu akan pergi secepat ini. Walaupum kamu banyak salah, aku udah maafin mas. Tapi Zuhra anak kesayangan kita, dia masih butuh sosok kamu mas, kenapa kamu tega ninggalin Zuhra untuk selamanya mas? putri kecil kita masih membutuhkanmu mas." isak Raisa dan mencium nisan sang suami dengan air mata yang begitu deras.


Zuhra yang sedari tadi hanya melihat mamanya, kini dia perlahan mengusap batu nisan sang papa "Papa kenapa pergi ninggalin Zuhra sih, semalam papa janji temanin Zuhra ngejar cita-cita Zuhra. Tapi sekarang papa kok ninggalin Zuhra pa? bangun hikss...hiks....."

tangisan Zuhra yang amat pilu mampu membuat sang nenek sangat iba terhadapnya, air mata Deswita kini mengalir begitu saja dari matanya.

Raisa yang melihat sang anak dengan tangis pecahnya, ia segera memeluk sang anak "Sudah ya nak, ikhlasin papa. Papa udah bahagia disana, papa ga ngerasain sakit lagi." ujar Raisa mengeratkan pelukannya terhadap sang anak dan menenangkannya.

Sepulang dari makam, Zuhra terus menangis, setiap hari tiada hari tanpa menangis, Zuhra selalu menangis akan kepergian papanya, Zuhra merasa kesepian dan suka menyendiri didalam kamarnya.

Setiap malam ia selalu menangisi sang papa dan memeluk foto papanya, ia tidak menyangka jika papanya meninggalkannya secepat ini.

Jangan lupa votmen nya
See you guys

KUY SELALU DUKUNG AKU,SEBAGAI PENULIS PEMULA.SARANGHAE GUYS💘

Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang