luka 23

422 168 352
                                    

Suasana sekolah pagi ini sangat jauh berbeda, tanpa adanya sosok Gilang. Zuhra merasa kesepian jika tak ada Gilang disampingnya, walaupun disekolah sangat ramai, Zuhra hanya merasakan kesepian.

Sampai saat ini teman teman sekolahnya, bahkan teman sekelasnya masih takut kepada dirinya. Mereka takut jika Zuhra akan menyakiti mereka, bahkan membunuh mereka.

"Kasihan deh lo, ga punya teman."

"Mana mau orang berteman sama dia, diakan pembunuh!"

"Ya, pembunuh!"

"Apa jangan jangan, dia yang tabrak bunda Gilang lagi."

"Ish takut ah, dasar pembunuh!"

"Dasar pembunuh!"

Begitulah sorak menyorak para siswa/i saat Zuhra berjalan di lobby sekolahnya.

Zuhra berusaha menahan rasa sakit dihatinya, ia terus melangkah ke kelasnya dengan tidak melayani teman temannya yang sedang menyorakinnya.

Lisa yang melihat Zuhra dari lantai atas, ia tak tega melihat Zuhra disorak sorakin. Tapi dirinya masih kecewa, dikarenakan Zuhra tidak pernah jujur dan terbuka kepadanya.

Dia juga tidak yakin, kalau yang mendorongnya dari tangga adalah Zuhra.

"Sorry, gua ga sengaja tumpahin minuman gua di meja lo. Lo ga bakal bunuh gua kan?
lo gamarah kan?" cibir salah satu siswi dengan bibir meronanya.

Zuhra menggeleng dan mengambil sapu pel untuk membersihkan mejanya.

Zuhra ingin membalas perbuatan siswi tersebut, tapi dia urungkan. Namanya sudah terlanjur jelek di satu sekolah ini. Jika dia membalasnya, maka akan menambah masalah.

                    ~~~~~••~~~~~

Biasanya jika tiba waktu istirahat, Lisa mengajaknya ke kantin, namun kali ini Lisa dan anggota Defender lainnya mencuekkan Zuhra.

"Lisa, ke kantin kan? barengan yuk." ajaknya Zuhra mengejar Lisa yang sudah berada didepan pintu kelas.

Lisa tidak memperdulikannya, ia terus berjalan tanpa menoleh ke arah Zuhra.

"Lis, gua mohon. Tolong dengerin penjelasan gua, gua gabisa dicuekin kayak gini sama lo." ujar Zuhra yang masih saja mengejar Lisa.

"Lo ga usah dekat dekat sama Lisa lagi, lo ga puas bikin dia terjatuh dari tangga?" ujar Bramasta menghentikan langkahnya dan menghadap arah Zuhra.

"Bukan gua, bukan gua yang dorong dia, gamungkin gua lakuin itu." ujar Zuhra dengan raut wajah sedihnya dan meyakinkan bahwa dirinya tidak bersalah.

"Lo bukan bagian dari kami lagi, kami ga mau segenk sama pembunuh!" ujar Lisa dan melenggang pergi dari hadapan Zuhra. Ucapan Lisa mampu membuat hati Zuhra terasa amat sakit.

Sementara Bastian dan Clara, mereka tetap dingin terhadap Zuhra, mereka gamau menambah masalah Zuhra.

Zuhra merasa kesedihan dan kesepian, dia menuju kantin dan memesan semangkok bakso. Dia membawa bakso tersebut di taman sekolah.

Dia memakan bakso sendirian di taman sekolah yang sangat sepi, dia berusaha menghindar dari sorak sorakan para siswa/i.

Saat asik memakan baksonya, anak-anak latihan datang untuk berlatih skateboard di taman tersebut. Zuhra yang melihat kehadiran mereka, ia memperhatikan latihan skateboard tersebut.

"Brakk"

Salah satu skateboard mengenai bakso Zuhra, dia kesal jika seseorang mangganggu ketenangannya.

Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang