Setelah mendapatkan info dari Aldara dari kemarin malam, paginya Zuhra turun kebawah untuk menemui nenek dan kakeknya yang sudah menunggu dirinya sedari tadi.
"Ada apa Nek, Kek?" tanya Zuhra sambil duduk disofa sebelah Aldara.
"Nanti siang atau sore hari papa mama kalian datang, bereskan semua barang kalian dan untuk semua kejadian selama menginap disini lupakan saja." ujar sang nenek dengan lembut dan memberikan tote bag kepada cucu-cucunya.
"Terutama kamu Zuhra, jangan pernah bicarakan hal yang saya lakukan kepadamu paham!" tegas sang kakek sambil menekankan kalimatnya.
"Ya, aku ga akan bilang ke papa dan mama." ujar Zuhra dengan menundukkan kepalanya dan memain-mainkan jari-jari lentik miliknya.
"Aldara sayang, ini gaun buat kamu." ujar sang kakek dengan lembut dan memberikannya ke Aldara, Zuhra yang melihat itu hanya tersenyum getir dan pergi keluar rumah untuk menenangkan diri.
~~~••~~~
Di Danau yang indah dengan pemandangan yang sangat aestetik, suasana danau yang sejuk dan suara air mengalir yang mampu membuat pikiran tenang, Zuhra duduk diatas rerumputan segar di pinggir danau dan menghela nafas.
"Huffhh, udaranya segar banget, stress gua jadi reda." ujar Zuhra sembari menidurkan dirinya diatas rerumputan hijau di tepi danau.
"Pa, Zuhra kangen banget. Papa disana kangen enggak sama putri kecil papa ini?" lirih Zuhra membuka perlahan matanya menatap langit biru.
"Andai papa tau, semenjak papa pergi. Zuhra jadi penyendiri dan suka mendam semua masalah sendirian. Zuhra rindu sama kasih sayang papa, jalan bersama, senyuman, pelukan, semua tentang papa Zuhra kangen." lirih Zuhra sembari menghapus air matanya yang luruh begitu saja.
"Happy Father's Day." ujar Zuhra mengeluarkan selembar foto Zackson yang berada di saku celananya dan memeluk foto tersebut.
"Kenapa cantik?" tanya seseorang yang berada dibelakang Zuhra, mendengar suara itu sontak Zuhra menoleh kebelakang.
"Eh, lo." ujar Zuhra sembari membersihkan jejak air matanya.
"Kenapa? ada masalah ya? kalau gamau cerita juga gapapa." ujar Gilang sembari duduk disamping Zuhra.
"Kangen papa, andai papa masih ada disini, pasti gua bahagia banget." ujar Zuhra sendu dan bangun dari posisi tidurnya.
"Kamu ga boleh gitu Ra, takdir dari tuhan itu pasti baik. Dengan papa kamu ninggalin kamu, mungkin tuhan ingin diri kamu lebih mandiri, kuat, sabar dan tangguh." ujar Gilang mengelus pelan rambut Zuhra, Zuhra yang mendengarkan penuturan Gilang dia mengerjapkan matanya.
"Cieee udah manggil dengan sebutan 'kamu'." ledek Zuhra menyenggol-nyenggol kecil bahu milik Gilang.
"Bawel, udah sana pulang jangan keluyuran." ujar Gilang menatap mata milik Zuhra.
"Lo juga keluyuran, pandai bilangin diri orang lain, diri sendiri ga ngaca. Aduhh dasar payah." ledek Zuhra menatap kembali manik mata indah milik Gilang.
"Bisa ga mulai sekarang panggil sebutan 'aku kamu'?" tanya Gilang kepada Zuhra dengan nada lembut dan tenang.
"Cieee, si kutub udah mulai cair nih." goda Zuhra mencolek pipi kanan Gilang.
"Apaan sih, kalau gamau gapapa." ujar Gilang dengan mata melasnya dan menatap air danau yang tenang.
Drtt
Suara ponsel milik Zuhra berbunyi,
"Hallo kak." ujar Zuhra ketika telepon tersambung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zuhra Dan Lukanya [ON GOING]
Roman pour Adolescentskisah ini menceritakan seorang anak perempuan cantik dan baik hati, namun hidupnya penuh penderitaan anak perempuan yang jiwanya sudah mati, anak perempuan yang selalu dituntut sempurna, anak perempuan yang tidak tahu harus pulang kemana apa itu b...