Jadi Ketua Osis?

655 39 2
                                    

Pagi hari tiba. Saka yang sudah selesai dengan rutinitas paginya langsung menuju lantai bawah untuk sarapan. Seperti biasa, di ruang makan itu hanya ada 3 orang putra dan 1 bundanya, tanpa ayah.

Sudah terbiasa bagi mereka duduk di meja makan itu tanpa sang kepala keluarga. Malahan mereka heran jika Chandra ikut makan bersama sangking jarangnya.

Setelah duduk di kursinya, Saka lantas mengambil roti tawar lalu mengoleskan selai dan memasukkan ke mulutnya tanpa menghiraukan tatapan pelik sang bunda. Entah ia memang tak sadar atau hanya mengabaikannya.

"Masih mau makan kamu? Oh iya roti kan bukan masakan bunda, ups." Sindir Nadia.

"Bunda." Panggil Davian mencoba menghentikan bundanya.

"Apa? Kamu mau ngebela dia, Dav? Udah jelas-jelas semalam jelekin masakan bunda."

"Tapikan maksud Saka gak gitu, Bun." Bela Davian.

"Ah udah lah. Kalau udah selesai langsung pergi aja ya. Bunda mau nyuci baju di belakang." Potong Nadia dengan nada judes.

"Loh bukannya bi Ema yang biasa nyuci, bi Ema kemana?" Tanya Farrel. Memang sejak tadi ia tak melihat asisten rumah tangganya itu.

Ya, asisten rumah tangga yang hanya ditugaskan untuk bersih-bersih rumah. Sedangkan memasak, Nadia masih mampu sekaligus Chandra ingin asupan putranya dari tangan Nadia langsung.

"Bi Ema sakit."

"Umm gitu."

Nadia pergi dari situ dengan menatap pelik Saka. Gak tau apa maksudnya.

Davian menyadari itu. Merasa tak tega melihat adiknya yang menunduk sedih, lantas ia meletakkan segelas susu miliknya ke depan Saka secara tiba-tiba. Tentu buat Saka tersentak.

"Ini minum susunya."

"Gak bang, buat bang Davin nanti gak ada."

Nadia memang sengaja tak membuat susu untuk si bungsu. Masih kesal sepertinya.

"Gak usah mikirin aku. Kamu loh tadi malam gak ada makan."

"Ya udah, Saka minum." Saka pun menerimanya. Hari ini ada ulangan. Tak mungkin bisa fokus kalau perut tak berisi. Ditambah, ia sedang malas berdebat.

.
🦋
.

Saka dan Jean bergantian memandang kedua saudara Elvano didepannya. Aura di meja makan itu sudah tak mengenakkan semenjak mereka mulai makan. Tentu asalnya dari saudara kandung yang terpaut usia setahun itu.

Cukup mengganggu juga acara makan mereka, termasuk kedua kembaran Saka. Namun tidak bagi Abian, makanan adalah segalanya, gak bakal ada yang bisa menghalanginya makan.

"Masih belum baikan juga Sam?" Saka membuka suara merasa makin tak nyaman.

"Emang kenapa?" Tanya Abian masih asik menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tanya aja noh." Saka menunjuk duo Elvano dengan dagunya.

"Kenapa No?"

"Ini nih, temen lo maksa banget gue jadi ketua Osis." Bukan yang ditanya yang menjawab malah adiknya.

"Lah terus apa masalahnya?" Tanya Farrel.

"Males."

"Gitu aja? Lemah lo." Remeh Jean sambil menyeruput minumannya.

"Mulut lemes banget lo. Coba lo mampu gak jadi ketua Osis? Masih kelas 10 aja belagu."

"Gak usah hubungin masalah kelas ya. Kalau lo tanya, berani gue jadi ketua Osis. Sekarang juga, lo jadi ketua Osis gue yang wakil."

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang