Hari ini ujian hari ketiga. Pada hari sebelumnya sudah cukup lumayan, walau sedikit kurang memuaskan karena Saka kurang fokus.
Kini seisi kelas sedang serius mengerjakan soal masing-masing. Ada yang mengerjakan dengan lancar, ada sudah pasrah, ada yang menunggu contekan dari kawan.
Saka awalnya masih bisa fokus mengerjakan. Tapi lama-lama entah kenapa kepalanya terasa pusing menyakitkan.
Ia mencoba tetap fokus dengan menggelengkan kepala dan lanjut mengerjakan. Berusaha untuk tak memikirkan apapun selain soal di depannya. Tapi tetap saja gagal. Bayang-bayang bundanya saat marah karena nilainya rendah selalu ada dalam pikirannya.
'Fokus Saka. Jangan ngecewain lagi. Buat bunda bangga sekali ini aja.' Monolog Saka dalam pikirannya sambil memukul-mukul kepala.
Tuk..
Tiba-tiba setetes cairan merah menetes pada kertas ujian milik Saka. Itu membuat fokusnya langsung teralihkan. Lantas ia segera mengusap hidungnya sehingga menyisakan bercak darah. Saka mimisan dan mulai panik. Ia terus mengusap darahnya namun itu tak berhenti.
Sambara yang menyadari pergerakan Saka di sampingnya, menoleh dan ikut terkejut saat mendapati hidung sahabatnya itu mengeluarkan banyak darah.
"Saka, lo mimisan?" Panik Sam, sehingga perhatian pengawas tertuju padanya. Yang lebih tua pun mendekati meja Saka dan Sambara.
"Ada apa ini kalia- SAKA!! Kamu mimisan?!" Pengawas itu berujar panik sambil memegang pundak Saka.
"Ah, iya pak, maaf kena kertas ujian." Ucap Saka merasa bersalah.
"Kamu pergi ke UKS ya?" Pinta guru pengawas pada remaja di depannya.
"Tapi ujiannya? Saya gak papa pak. Nanti juga darahnya berhenti." Tolaknya.
"Hahh, ini bersihin pakai ini."
Pengawas tadi menyodorkan sapu tangan miliknya. Lantas Saka langsung mengelap darah yang terus mengalir dari hidungnya itu. Namun, sudah beberapa kali mengelap, darahnya tak kunjung berhenti, sampai hidung Saka sakit rasanya.
"Udah, kamu ke UKS aja sana." Titah sang pengawas lagi.
"Gak bisa pak, ini gimana ujiannya kalau saya ke UKS? Saya bisa kok pak terus lanjutin." Tolaknya lagi. Ia lebih takut pada bunda dari pada darah yang terus mengucur.
"Gini aja deh pak, saya antar Saka ke UKS terus kami ngerjain ujian di sana. Boleh pak?" Sambara mengajukan diri.
"Sam!!" Sentak Saka.
Pengawas itu terlihat berpikir sebentar, menimbang-nimbang untuk mengizinkan mereka atau tidak. Namun, setelah melihat wajah pucat Saka ia pun memperbolehkan dan mengeluarkan telepon genggamnya.
"Boleh, bapak bakal kasih info biar guru lain bisa datang ngawasin kalian di UKS. Silahkan Sambara."
"Terimakasih pak."
Sam pun bangkit dan mengajak Saka ke UKS. Tapi, Saka menolak. Akhirnya Sam terpaksa gendong Saka di punggungnya. Awalnya Saka memberontak, tapi karena kepalanya yang pusing jadi ia urungkan.
Terpaksalah mereka mengerjakan ujian di uks dengan satu guru pengawas. Kembaran Saka yang denger itu tentu aja panik. Ia langsung ke uks untuk melihat kondisi si bungsu. Untungnya tak ada yang mengkhawatirkan.
Inilah yang Saka sesalkan. Semenjak masuk ke dalam mobil ia hanya termenung memikirkan ujian tadi. Banyak kesalahan yang ia perbuat karena tak fokus. Ia merasa kesal dengan tubuh lemahnya ini.
Yang ia takutkan pun terjadi.
•Cerita Langit•.
🦋
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Langit
Fiksi RemajaOrang berekspetasi kalau anak bungsu itu selalu bahagia dan hidup dengan penuh perhatian. Namun, itu tak berlaku untuk Saka. Walau ia anak terakhir dari kembar 3 tak membuatnya bisa melakukan hal sesukanya. Hidup dengan kekangan sang bunda. Saka be...