Harusnya Sadar Diri

572 56 1
                                    

"Habis ini kerjain tugas lo, baru kita ke rumah sakit."

Davian melangkah masuk ke rumahnya setelah turun dari mobil. Farrel hanya mengekor dari belakang berjalan pelan.

"Lo denger kan, Rel?" Tanya Davian lagi, kali ini lebih tegas.

"Sakit pala gue." Keluh Farrel lantas melangkah menaiki tangga meninggalkan si sulung sendirian.

"Denger, kalau gak selesai lo gak bakal bisa liat Saka." Ancam Davian sedikit berteriak agar si adik mendengar.

"Terserah." Sahut Farrel.

Davian merasa aneh. Biasanya jika seperti ini kembarannya akan menggerutu dan terjadi adu mulut. Pada akhirnya Farrel akan mencontek tugas miliknya. Ini, jangankan berdebat, meladeni perintah Davian saja ogah-ogahan adiknya itu.

Davian memilih abai tak mau ambil pusing. Mungkin sang adik sedang dalam mood yang tidak baik karena mereka habis ulangan harian.

.
🦋
.

Davian meregangkan badannya setelah selesai mengerjakan tugas yang membuatnya pusing. Untung bisa selesai lebih cepat. Ia juga mendengar bundanya sudah pulang dari rumah sakit, pasti ayahnya juga sudah pulang dari kantor dan sekarang sedang menjaga Saka. Hal itu membuatnya ingin segera melihat si adik bungsu.

Si pemilik kamar itu keluar dari kamarnya, manuju ruang sebelah dimana duplikatnya berada disana. Mengetuk dahulu lantas masuk.

Bukan keadaan seperti biasanya yang Davian lihat. Adiknya itu sudah tergeletak lemas bersandar pada kasur. Dengan segera ia mendekat dan menyentuh tubuhnya.

"Rel, lo kenapa?" Tanya Davian, dengan suara panik. Farrel sudah nampak pucat dan tubuhnya panas.

"Pala gue sakit, Dav. Dingin." Keluh Farrel dengan lirih.

Davian yang mendengar itu pun tak bisa tak khawatir. Dengan segera ia berlari keluar guna memanggil sang bunda di dapur.

Mendengar itu, tentu saja Nadia segera meninggalkan aktivitasnya dan berlari ke kamar putranya.

"Farrel kenapa, Dav?" Tanya Nadia, sambil memeriksa kondisi Farrel.

"Gak tau, bun. Katanya pusing terus dingin." Jelas Davian secara singkat.

"Bawa ke rumah sakit aja."

Davian mengangguk. "Biar Davi yang gendong, bun."

Namun sang empu menggeleng, menolak untuk dibawah ke gedung pesakitan itu.

"Jangan ngeyel." Tegas Davian.

Sampai di rumah sakit, Farrel langsung di bawa ke ugd. Nadia mengabari sang suami yang memang ada di rumah sakit itu juga. Lantas dengan tergesa Chandra mendatangi putranya.

"Gimana Farrel?" Tanyanya. Wajah khawatir tak bisa ia sembunyikan.

Pas sekali, saat Chandra datang, dokter yang memeriksa Farrel juga sudah selesai. Lantas ketiganya mengerumuni sang dokter.

"Farrel terkena demam tinggi. Awalnya hanya demam biasa yang dibiarkan, ditambah stress membuatnya makin parah." Jelas dokter itu.

"Separah itu, dok?" Tanya Nadia memastikan.

"Tidak terlalu parah. Bahkan hari ini bisa pulang jika Farrel mau. Sampai dua kantong infus itu habis, Farrel bisa pulang dan istirahat di rumah."

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang