Menerima?

606 53 4
                                    

"Nadia, jelaskan!" Tekan Chandra.

Kini, ia sudah berada di depan sang istri setelah mengusir dan memecat pegawai kepercayaannya dengan perasaan tak rela, tapi ia harus. Tentu saja ia tak mau mempekerjakan orang seperti itu. Apa yang bakal terjadi dengan keluarganya nanti.

"Kamu berbuat apa aja sama Saka selama ini? Pantes aja sekarang anaknya jadi kayak gitu. Gak malu, Nad?" Tekanan yang Chandra berikan, tak mempengaruhi Nadia.

"Bukan yah, gak gitu. Ayah lebih percaya dia ketimbang aku?!" Nadia terus menyangkal.

"Gak penting ayah percaya siapa. Ayah sebenarnya tau selama ini perilaku kamu terhadap Saka. Tapi ayah gak nyangka bakal lebih parah dari ini. Jadi lebih baik kamu jujur."

Nadia menunduk terdiam. Ia sudah menyangka sang suami tau semuanya. Karena kepekaan Chandra itu tinggi. Sehingga ia tak ada kesempatan untuk berbohong lagi sekarang. Jujur tentang isi hatinya tak masalah kan.

"Iya, yah. Aku masih belum bisa anggap Saka anak kandung aku. Aku udah coba, tapi susah. Bayang-bayang ingatan anak pak Naresh sama kak Saktika terus muncul di kepala aku."

Chandra terdiam mendengar penuturan Nadia. Ia sadar, tak mudah bagi sang ibu menerima anak yang bukan dari kandungannya. Ia tak berharap sang istri mau memanjakan dan memberi perhatian lebih. Ia hanya ingin istrinya mau menganggap Saka sebagai seorang anak yang dicintai.

"Kamu tau kan, Saka udah menderita saat lahir. Apalagi setelah tau semua ini. Seharusnya kita dukung dia, temenin sampai anaknya merasa baikan. Ayah harap kamu gak ulangin lagi. Dan ayah mohon sama bunda, perlihatkan kasih sayang bunda seperti Saka waktu kecil."


•Cerita Langit•

.
🦋
.

Chandra didapatkan pemandangan yang sangat tidak nyaman saat memasuki kamar si bungsu. Bagaimana mana tidak, ia melihat Saka tertidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala bertumpu pada pinggiran kasur.

Sebelum tidur, Chandra sengaja ke kamar Saka untuk mengecek putra angkatnya itu. Hatinya tak tenang setelah melihat reaksi Saka tadi, dan ternyata benar.

Chandra segera membangunkan remaja di depannya ini. Jika dibiarkan lebih lama, seluruh tubuhnya pasti bakal sakit. Apalagi melihat kondisi Saka sekarang, stress bakal menambah pemicu penyakitnya.

Karena merasa terganggu, Saka bangun dan mengucek matanya yang sedikit bengkak. Chandra tau pasti Saka menangis tadi hingga tertidur dengan posisi seperti ini. Lantas ia memerintahkan putranya itu untuk naik ke kasur dengan suara selembut mungkin.

Saka terdiam sebentar mencerna apa yang terjadi. Chandra yang melihat sang anak terdiam, mulai berekspresi sendu. Ia pun membawa Saka ke dalam pelukannya. Tak banyak reaksi yang diberikan Saka, ia tau anak itu pasti masih sedih sekarang.

"Udah, ayo kamu tidur lagi, besok harus sekolah kan. Jangan tidur larut ya." Titahnya lembut.

Saka hanya mengangguk dan mulai merangkak menyamankan posisi tidurnya. Ia tak banyak bicara hanya mengikuti perintah ayah yang sepertinya kini bisa dibilang ayah angkatnya. Ia terlalu lelah untuk membalas omongan Chandra.

Setelah cukup lama, Saka akhirnya tidur pulas lagi dibantu elusan Chandra. Sepertinya ini hari yang cukup melelehkan bagi Saka.

"Maafin ayah ya sayang. Ayah masih belum bisa adil ngasih sayang sama ketiga putra ayah. Bunda juga. Kamu terpaksa harus nerima fakta ini, kalau bisa ayah mau kamu gak usah tau tentang ini semua. Tapi mau bagaimana lagi, itu hak kamu harus tau. Kalau Saka capek bilang yaa. Ayah selalu ada disini. Ayah sayang Saka."

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang