Semakin Rapuh

608 64 7
                                    

Setelah berdiam diri cukup lama di kamar, akhirnya Saka memutuskan. Apalagi ia sudah berucap janji dengan ayahnya untuk tidak menyembunyikan apapun. Dengan pilihan mantap, Saka berjalan keluar kamarnya menuju ruang keluarga, dimana yang ia tahu sang ayah sedang duduk di atas sofa lembut dan hangat itu sambil mengerjakan tugas kantornya.

"Ayah." Panggil Saka setelah berdiam beberapa detik di samping ayahnya.

"Hmm, apa?" Tanya balik Chandra, tanpa mengalihkan fokusnya dari benda pipih di atas pangkuannya.

"Ayah, boleh minta tolong anterin Saka ke rumah sakit gak?"

Dengan segera Chandra menatap penuh wajah putranya. "Kamu sakit?" Tanyanya sambil menyentuh kepala Saka.

"Gak yah, Saka mau periksa aja. Soalnya udah lama gak cek up. Saka juga mau tau kondisi paru-paru Saka gimana." Cicit Saka.

"Paru-parunya sering sesak?"

Butuh waktu untuk Saka menggeleng. Tak mampu berkata jujur kalau paru-paru sering berulah. Ia masih takut merepotkan sang ayah jika selalu berkata jujur soal kondisinya.

Chandra kembali menatap laptop setelah mendapat jawaban, mengingat tugas kali ini harus segera diselesaikan dan bersifat penting bagi perusahaan. "Kalau malam ini ayah gak bisa, besok ya kamu pulang sekolah? Ini aja kayaknya ayah lembur." Penjelasan Chandra berikan.

Sebenarnya Saka sudah tahu apa jawaban Chandra. Jam segini memang lagi sibuk-sibuknya sang ayah mengurus pekerjaannya. Padahal ia berharap dengan adanya ayah di rumah, bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Kalau seperti ini sama saja dengan Chandra bekerja di kantor dan pulang larut.

.
🦋
.

Setelah rapi berbalut seragamnya, Saka segera turun untuk sarapan. Seperti kemarin-kemarin, pagi ini ayahnya masih di rumah dan ikut makan bersama. Setidaknya, setiap pagi mereka bisa berpamitan pada sang ayah.


"Saka, sini sayang." Panggil Chandra mengisyaratkan untuk duduk di sampingnya.

Saka menurut dan segera mendudukkan tubuhnya di kursi kayu tersebut.

"Hari ini kayaknya ayah gak bisa anter kamu ke rumah sakit. Ayah ada meeting penting jadi gak bisa pulang nanti siang. Kamu dianter sama bunda aja ya ke rumah sakitnya." Ucap Chandra panjang lebar.

"Kalau gitu lain kali aja, yah." Jawab Saka.

"Jangan gitu dong. Kesehatan kamu penting. Kamu ngerasa kurang sehat kan makanya minta periksa?"

Saka terdiam mendengar penuturan ayahnya. Tidak heran lagi, Chandra itu sangat peka orangnya.

Melihat putranya terdiam, Chandra tersenyum hangat lantas mengelus puncak kepala Saka. "Gak papa. Ayah yakin kamu pasti sehat. Maukan periksa sama bunda?" Pertanyaan Chandra berikan lagi, dan mendapat anggukan dari sang anak.

Tak lama, datang dua saudara kembar yang sudah berbalut seragam itu berjalan menuju meja makan. Entah mengapa tiap melihat keduanya, hati Saka terasa nyeri. Seolah masih tak terima dengan kenyataan, hanya mereka berdua yang saudara kembar. Dalam hati kecilnya Saka sudah membanggakan diri kalau ia adalah kembar tiga, yang mungkin jarang di dunia ini ada seperti mereka. Namun sekali lagi, takdir menjatuhkan ekspektasinya.


•Cerita Langit•

.
🦋
.

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang