Tambah Parah?

564 52 5
                                    

Seorang perempuan dengan rambut panjang tengah berlari manis sambil membawa sesuatu di tangannya. Perempuan cantik itu tampak ceria seperti biasa, aura positif yang selalu ia keluarkan membuat laki-laki yang berpapasan dengannya tak bisa berpaling.

Namun, bukan perempuan namanya kalau tidak suka menantang diri. Disaat banyak lelaki yang mengantri ingin menjadi pacarnya, Nora malah memilih lelaki yang sama sekali tak tertarik bahkan melirik dirinya. Ya, Nora sangat menyukai Farrel.

Nora sudah menyukai Farrel sejak kelas 10, namun baru sekarang ia mengungkapkan rasa sukanya secara ugal-ugalan. Itu pun karena dorongan dan paksaan dari sahabat baiknya yang sudah lelah dengan kegalauan Nora setiap hari.

Kini perempuan dengan jepit merah itu pun melangkah cepat, menghentikan langkah lelaki idamannya itu dengan paksa.

"Rel, ini." Nora menyodorkan hantaran berisi buah-buahan di dalamnya, jangan lupakan senyum manis terbaiknya yang hanya ditujukan untuk orang tertentu saja.

"Apaan ini?" Tanya Farrel mengernyit. Namun, ia belum menerima pemberian itu.

"Gue titipin buat adek lo. Gue denger, udah bangun ya?" Ucap Nora basa-basi.

"Lo kalau mau cari perhatian gue gak kaya gini." Cecar Farrel.

Seketika itu, raut ceria Nora berubah mendengar ucapan Farrel barusan. "Rel, kok lo gitu?"

"Kalau lo emang niat mau ngasih, datang aja langsung jenguk ke rumah sakit. Ga usah pakai acara nitip ke gue. Keliatan tau ga, capernya." Celos Farrel. Ia tak tahu saja kalimatnya sedikit melukai perempuan itu.

Ya mau bagaimana? Farrel mulai sedikit kesal. Jika niat ingin memberi, bukankah lebih baik kepada orangnya langsung, bukan dititipkan seperti ini. Apalagi untuk orang sakit. Ia makin merasa perempuan ini hanya mencari perhatian untuk mendekati dirinya melalui Saka. Memang kesempatan.

"Gue gak berani." Cicit Nora.

"Datang aja lagian, Saka paling seneng kalau ada yang jenguk." Farrel antara percaya tak percaya. Namun ia tetap membalas ucapan itu. Dan sesuai ucapannya, Saka pasti senang jika temannya ada yang menjenguk. Terlepas dari niat Nora sebenarnya.

"Serius? Tapi gue bawa Sambara ya, gak berani sendiri." Raut wajah Nora kembali senang.

"Tumben gak bawa temen cewek lo."

"Ciee, cemburu ya?" Goda Nora.

"Gue heran, biasanya kan cewek selalu sama bestienya. Bukan cemburu, cewek gila." Farrel menatap malas cewek itu.

"Itu karena gue liat di kelas, yang deket sama Saka cuma Sambara, jadi lebih enak kalau bawa Sambara."

"Lo sekelas sama Saka?" Tanya Farrel.

"Ih parah, gue selalu perhatiin lo, tapi lo gak ada liat gue sama sekali. Pedih hati ini." Jawab Nora pura-pura merajuk dengan wajah dramatisnya. Berharap dengan ini ia bisa semakin dekat dengan Farrel.

"Alay tau gak? Buat apa gue perhatiin lo?" Remeh Farrel, ikut menjahili cewek itu.

"Rel, lo tau gak, gue sekelas terus sama Sambara. Gak mungkin lo gak tau, dia terkenal gitu. Dan gue sekelas sama adek lo sekarang."

"Ya udah serah lo deh. Gak akan ada habisnya debat sama cewek."

Hingga akhirnya Farrel memilih menyerah. Sampai sapi punya sayap pun, ia tak akan pernah menang jika melawan perempuan. Apalagi dengan orang seperti Nora, yang bawelnya luar biasa.

"Oke fix ya."

"Fix apaan?"

"Kita jadian."

"Diamlah wahai cewek kurcaci kurang perhatian. Mending lo cari cowok yang suka balik sama lu." Tolak Farrel dengan kasar. Namun Nora tahu itu memang kebiasaan Farrel karena sudah biasa melihatnya seperti itu. Ia juga tahu Farrel itu sebenarnya perhatian, cuma selalu ditutupin saja. Itu sebabnya ia tak akan sakit hati.

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang