Jadi Pacar?

496 48 4
                                    

"Halo, yah?" Nadia menempelkan benda pipih itu di telinganya agar bisa mendengar lawan bicara yang ia hubungi.

"Ya bun, ada apa?" Jawab Chandra dari seberang sana.

"Ayah jam berapa pulangnya?"

"Umm mungkin sore. Kenapa? Saka udah keluar dari icu?"

"Udah, yah. Ini lagi mau dipindahin."

"Alhamdulillah, udah dua hari akhirnya Saka keluar juga dari sana." Dari suaranya, Chandra jelas merasa lega.

Sebenernya Nadia sedikit cemburu. Sang suami hanya menanyakan kabar Saka saja. Hei, ia sudah dari pagi duduk disini tanpa ada yang menemani, ini juga paksaan suaminya karena tak mau meninggalkan Saka sendiri, dan juga agar bisa tau perkembangan kondisi Saka. Kalau bisa, ia juga ingin Saka terus sehat dan sembuh. Nadia paling tak suka berurusan dengan penyakit karena baginya, itu merepotkan.

"Kata dokter kondisi Saka meningkat. Tapi yah, bunda udah agak pegel." Nadia terus mengucapkan kalimat positif itu agar suaminya lebih tenang, lebih baik begitu kan, dari pada tambah lama. Tak lupa tangannya yang terus mengurut-urut tengkuk lehernya.

"Um? Davian sama Farrel bentar lagi pulang kok. Nanti ayah usahain pulang cepat."

"Iya. Ayah fokus aja sama tugas ayah, biar cepet pulang." Bukan niat memberi dukungan, tapi niat Nadia adalah menyindir Chandra.


•Cerita Langit•

.
🦋
.

"Rel. Farrel, tunggu!" Sebuah teriakan menghentikan langkah mereka. Dari suaranya, itu jelas seorang perempuan.

"Apa?" Tanya Farrel membalikkan badannya serentak bersama Davian.

Perempuan bernama Nora itu masih belum bicara karena sedang mengatur nafasnya. Sepertinya ia berlari dari kelasnya yang berada di lantai tiga. Farrel tau seberapa melelahkannya berlari dari sana sampai ke posisinya ini. Tapi ia heran juga, kenapa perempuan itu mau melakukannya.

"Kenapa lo sampe ngos-ngosan gitu?" Tanya Farrel.

"Hah gue ngejar lo, hah. Kalau gak, bakal susah. Soalnya lo ngilang terus tiba-tiba." Jawab gadis itu masih mengatur napasnya.

"Mau ngapain?"

Setelah napasnya kembali teratur, Nora lantas menatap Farrel intens. "Rel, gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong apa?"

"Tapi empat mata, boleh?" Tanya Nora hati-hati.

Farrel menatap Davian sebentar. Yang ditatap pun paham, ia mulai berbalik untuk pergi dari situ. Namun belum jauh melangkah, tiba-tiba Farrel menahan tas Davian membuat sang empu berhenti mendadak.

"Gak boleh, Davian disini aja. Gue gak mau nanti dia tinggal." Tolak Farrel dengan nada datar.

"Gak bakal gue tinggal. Lagian dia maunya lo berdua, Rel." Ucap Davian saat melihat wajah Nora yang sedikit gelisah. Sepertinya mau ngomong serius.

"Gue gak mau." Tegas Farrel.

"Hahh, ya udah deh. Siapa tau Davian bisa jadi saksi." Putus Nora.

"Saksi apaan? Cepet mau ngomong apa?" Farrel sedikit jengah, karena ia tak suka berlama-lama.

"Rel, gue...." Nora menjeda kalimatnya merasa gugup.

"Lo apa?"

"Gue suka sama lo." Ucap perempuan itu dengan cepat.

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang