Mulai Berdebat

534 43 1
                                    

Setelah kembali dari kamar si bungsu, Chandra segera masuk ke dalam kamarnya dan langsung mendapati sang istri sibuk mempoles wajah dengan berbagai macam krim, tanpa merasa ada yang salah atau janggal.

Karena melihat sang suami membuka pintu, Nadia tersentak. Matanya terbelalak seolah ia tertangkap basah atas suatu perbuatan.

"Ayah udah pulang? Katanya gak pulang malam ini." Suaranya ia tahan agar tak terdengar gugup. Berharap sang suami tak mengetahui tentang Saka.

"Iya, tadi ada berkas yang ketinggalan jadi ayah harus jemput ke rumah. Ayah pikir beneran ketinggalan ternyata keselip di berkas lain di kantor." Jawab Chandra, sibuk melepas jas abunya.

"Berkas ayah, ketinggalan?" Tanya Nadia sambil menatap sang suami dari pantulan cermin. Jelas terpantul suaminya tengah sibuk sendiri.

"Iya." Jawab Chandra seadanya.

"Jadi gak balik lagi?"

"Gak, lagian udah ada yang ngurus."

"Kalau gitu, maksud ayah sampai gak bisa pulang malam ini kenapa?" Interogasi Nadia.

"Ini project besar, harus ayah yang tangani sendiri. Tapi karena banyak yang bantu, ayah jadi gak harus lembur. Cuma ngurus bagian penting aja."

"Ohh."

Hanya keheningan setelahnya. Chandra masih setia menatap punggung sang istri. Melihatnya tak fokus mengoleskan krim muka itu.

"Oh iya, Ruang kerja ayah ada yang kunci tadi?" Akhirnya ia mulai bertanya.

"Umm iya, bunda yang kunci." Jawab Nadia ragu. Dalam hatinya sudah panik, ternyata sang suami sudah kesana.

"Bunda tau gak? Saka kekunci di dalam ruang kerja ayah. Tidur di lantai, tanpa selimut, bantal cuma pakai tas, terus masih pakai baju seragam. Kayaknya dia baru pulang sekolah." Jelas Chandra tanpa menoleh sedikit pun pada lawan bicara.

Betul saja, suaminya tau. Nadia segera membalikkan badannya penuh guna menatap sang suami. "Saka?"

"Iya Saka. Si kembar yang paling bungsu."

"Betulan yah? Bunda gak tau. Bunda pikir gak ada siapa-siapa lagi di dalam." Ujar Nadia membuat gestur merasa bersalah. Ia yakin suaminya sedang mencurigainya sekarang.

"Betulan, buat apa ayah bohong?"

"Terus, gimana keadaan Saka?"

"Udah pasti kedinginan, agak pucet juga."

Nadia kembali terdiam, dan memilih melanjutkan aktivitasnya yang sedikit tertunda dengan perasaan was-was.

"Hmm semoga gak sakit besok dia."

Chandra diam sebentar, memberi jeda sebelum kalimat selanjutnya ia ucapkan.

"Kamu gak sengaja kan bunda?" Tanya Chandra menatap tajam punggung istrinya.

Tak terima dengan pertanyaan itu, Nadia kembali membalikkan tubuhnya dan ikut menatap tajam si lawan bicara. "Ha, maksud ayah? Bunda sengaja ngunci Saka gitu di ruang kerja ayah? Buat apa? Oh kamu nyurigain aku gitu?"

"Bukan, cuma nanya aja."

Chandra melenggang pergi ke kamar mandi, berlagak seperti tak terjadi apa-apa. Tanpa bertanya pun, ia sudah tau pelakunya adalah wanita itu. Chandra hanya ingin kejujuran sang istri.

"Hufft hampir aja ketahuan. Kenapa harus pulang malam ini sih? Kenapa gak seminggu aja sekalian atau sebulan, biar sampe lupa sama anak sendiri." Gerutu Nadia, saat merasa Chandra tak mendengarnya lagi.

Sementara disisi lain, Chandra membasuh wajahnya kasar di wastafel. Frustasi karena tak dapat membela sang anak.

"Kamu masih terus kayak gitu, Nad? Kapan kamu mau berubah? Apa aku harus bilangin dulu baru kamu mau nganggap Saka? Padahal waktu itu kamu yang minta kan." Monolog Chandra.

Cerita Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang