Mobil Chandra terparkir di dalam garasi. Disebelahnya, Saka sudah terlelap sejak dalam perjalanan pulang tadi. Makanannya tak habis, tapi Saka bilangnya udah kenyang.
Lama menatap wajah tidur itu, refleks tangan Chandra terulur untuk mengelus puncak kepala putranya. Chandra sempat secara tak sadar menyakiti hati putranya tadi. Ia memesankan makanan berbahan kacang. Hal itu lantas ditolak mentah-mentah oleh sang anak, dan Chandra baru mengingat kalau putranya ini alergi pada makanan itu. Untuk beberapa saat, Chandra merutuki dirinya. Sudah pasti Saka bakal merasa sang ayah melupakan dan tak menganggap dirinya. Sedikitpun tak ada niatan Chandra melakukan itu.
Setelah lama melamun, Chandra lantas menggendong Saka ke kamar tak mau mengganggunya.
Sesampainya di kamar, ia langsung membaringkan tubuh Saka dan duduk sebentar di pinggir kasur, menatap wajah tidur itu lagi.
"Ayah udah terlalu jauh dari kamu ya, sayang? Entah siapa yang kamu percaya untuk menjadi sandaran kamu. Ayah bakal berusaha balikin kepercayaan kamu lagi." Chandra terus mengelus puncak kepala Saka dengan kasih. Perasaannya sedih setelah mengobrol beberapa saat dengan putranya.
"Maafin ayah gak nyadar perubahan kamu. Ayah terlalu sibuk sama kerja ayah. Apa aku juga udah ngelewatin perubahan Davian dan Farrel?" Monolog Chandra pada dirinya.
Berikutnya Chandra menggeleng dan kembali menatap wajah putra angkatnya itu.
Setelah puas memandang Saka tidur, kurang lebih 10 menit, Chandra memutuskan kembali ke kamarnya. Sebelum itu, ia membenarkan selimut putranya dan mematikan lampu agar sang putra lebih nyaman tertidur.
•Cerita Langit•.
🦋
."Aku dimana?"
"Saka." Suara lembut mengalun di telinga Saka. Itu berasal dari belakangnya.
"Siapa?" Suara itu seperti tidak asing bagi Saka, padahal ia tak pernah mendengarnya.
Saka berbalik dan seketika semuanya berubah putih terang. Tempat itu kembali berubah menjadi lautan yang memantulkan langit. Sangat indah dan hangat terasa.
Hanya seorang wanita yang menggunakan baju putih berdiri tak jauh dari Saka. Ia tak dapat melihat wajah itu karena membelakangi cahaya.
"Mama bangga sama kamu Saka." Ucap wanita itu dengan suara sangat lembut. Bahkan Saka sampai terperangah mendengarnya.
Mama? Siapa orang ini sehingga menyebut dirinya mama? Apa iya dia adalah mama Saka? Kalau iya....
"Maafin mama sama papa udah ninggalin Saka waktu kecil."
"Ma-mama?"
"Mama tau, Saka kangen mama, pengen ketemu mama kan? Makanya mama samperin Saka lewat mimpi."
Saka mulai meneteskan air matanya. Betul, ia sangat ingin bertemu mamanya. Baru kali ini, mama datang ke mimpi dengan jelas dan berbicara padanya.
"Mama berharap bisa jaga dan besarin Saka, tapi gak bisa. Jangan bersedih ya sayang, mama selalu disini. Kamu anak mama yang hebat. Banggain ayah sama bunda kamu sekarang."
Perlahan suara itu mulai menjauh dengan pandangan Saka yang mulai menggelap.
"Mama, tunggu. Jangan tinggalin Saka." Ia makin terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Langit
Teen FictionOrang berekspetasi kalau anak bungsu itu selalu bahagia dan hidup dengan penuh perhatian. Namun, itu tak berlaku untuk Saka. Walau ia anak terakhir dari kembar 3 tak membuatnya bisa melakukan hal sesukanya. Hidup dengan kekangan sang bunda. Saka be...