Malam ini Chandra memutuskan pulang dan istirahat di rumah, itupun atas paksaan dari si kembar karena kata mereka besok libur dan bebas jika bergadang malam ini.
Sudah dua hari semenjak Saka mengeluhkan dadanya yang selalu sakit. Dokter mengatakan itu memang gejala dari kerusakan jantungnya. Namun, tentu Chandra tak bisa lega mendengar itu, karena Saka bakal lebih sering merasa sakit dari biasanya. Tapi hari ini, kondisi Saka lebih baik sehingga ia bisa lebih tenang meninggalkan si bungsu bersama si kembar.
Chandra juga sudah tak terlalu berfokus pada pekerjaannya, setelah perusahaan naik dan memiliki wakil yang kerjanya kompeten, Chandra bisa lebih fokus pada kesehatan Saka sekarang. Hal itu tentu membuat Davian senang, bukan Davian saja, Farrel dan Saka juga.
"Assalamualaikum, bunda." Suara berat itu menjadi hal pertama yang Chandra ucapkan ketika memasuki rumah.
"Waalaikumsalam." Dengan segera, Nadia melangkahkan kakinya menuju pintu untuk menyambut sang suami seperti biasa. "Bunda udah masak yah, makan langsung ya?" Tanya Nadia mengikuti langkah sang suami yang berjalan menuju ruang makan.
"Boleh, ayah laper nih." Chandra mendudukkan dirinya pada kursi.
Nadia dengan cekatan mengambilkan nasi dan lauk-pauk yang ia masak sendiri. Kemudian memberikannya kepada sang suami. Tak lupa ia juga mengambil untuk dirinya sendiri.
"Davian sama Farrel udah makan?" Tanya Chandra ditengah nikmatnya ia bersantap.
"Udah bunda bekelin. Soalnya ngeyel banget dibilang makan dulu. Buru-buru banget mau ke rumah sakit."
"Iya, tadi mereka seneng banget besok libur jadi bisa nemenin Saka."
Berikutnya hanya keheningan menemani makan mereka. Karena yang biasa membuat keributan sedang tidak di rumah.
Setelah acara makan malam yang tenang itu, kini Chandra tengah bersantai sambil menonton televisi di ruang keluarga. Ia menunggu sejak tadi sang istri yang katanya ingin berbicara serius dengannya. Hingga tak lama, datang juga orang yang ditunggu Chandra sejak beberapa menit yang lalu.
Nadia terlihat membawa sebuah map di tangannya. Setelah duduk di samping sang suami, ia segera mematikan televisi karena merasa itu mengganggu, itu pun atas izin dari suaminya.
Chandra mengernyit saat Nadia menyodorkan map berisi dokumen kedepannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia pun menerima dokumen itu dan membacanya dengan teliti.
"Peralihan harta?" Tanya Chandra mengernyitkan dahinya. Akhirnya ada juga yang mengeluarkan suara setelah Chandra membaca tiap kata dalam dokumen beberapa lembar tersebut.
"Iya yah, dari Saka untuk Davian." Sahut Nadia, hati-hati."Kamu serius, Nad?"
"Serius doang, yah. Tinggal tanda tangan Saka, ayah, sama Davian."
"Bukan itu. Aku tanya, maksud kamu apa buat kayak gini?!" Dengan amarah yang mulai naik, Chandra membanting dokumen itu ke atas meja.
"Ayah gak liat? Saka gak bakal mampu ngurus harta sebanyak itu, yah. Lebih baik kita alihkan saja ke Davian. Dari pada ditunda terus bakal susah kalau Saka me-"
"Nadia!!" Sela Chandra dengan suara meninggi.
"Maaf, tapi ayah paham kan?" Nadia menatap suaminya dengan wajah tak bersalah dan nada melembut.
"Gak, aku gak paham, Nad. Sama sekali gak paham. Kamu emang secara gak langsung pengen Saka pergi selamanya ya?" Cecar Chandra ingin menusuk relung Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Langit
أدب المراهقينOrang berekspetasi kalau anak bungsu itu selalu bahagia dan hidup dengan penuh perhatian. Namun, itu tak berlaku untuk Saka. Walau ia anak terakhir dari kembar 3 tak membuatnya bisa melakukan hal sesukanya. Hidup dengan kekangan sang bunda. Saka be...