"Uhugh....uhukk.....uhukk...."
Saka terus terbatuk sembari mengeluarkan air dari mulutnya. Tak dipungkiri, semua yang berhubungan dengan saluran pernapasannya terasa sakit akibat air yang memenuhi paru-paru. Semua tak nyaman. Rasanya ia ingin kembali tidur, tapi sang kakak memaksa tubuhnya untuk duduk.
"Saka." Davian menghamburkan pelukan ke tubuh adiknya setelah ia membuka mata.
"Bang Davin..." Tanpa ragu, Saka segera membalas pelukan itu. Dengan tangan bergetarnya ia mencengkram baju Davian sangat kuat seolah takut ditinggalkan. Ia mulai menangis tertahan. Bahkan tubuh itu tak mampu hanya untuk menangis.
"Udah, gak papa. Bang Davi disini. Semua baik-baik aja. Kamu tenang ya, tarik napas pelan-pelan, terus hembuskan. Ulangi terus. Kamu udah aman sekarang." Ucap Davian menenangkan si bungsu. Ia terus menatap adiknya yang berusaha mengikuti instruksinya. Davian melihat dengan tak tega.
Trauma adiknya kambuh. Apalagi jika bukan soal kolam. Walau katanya terapi berenang bisa menyembuhkan paru-paru, tidak bagi Saka. Ia sudah beberapa kali mencoba bahkan dengan yang ahli, bukannya membaik malah trauma yang ia dapat.
"Iya terus gitu. Tenang aja ya." Davian tersenyum melihat Saka yang sudah mulai tenang, lantas memeluk kembali tubuh itu. Ia sangat bersyukur adiknya masih bangun.
"Sebenarnya ada apa ini? Saka kenapa??" Tanya Sam setelah menyaksikan adegan di depan. Tentu tanda tanya muncul dipikirannya.
Farrel langsung menatap Sambara tajam dan berdiri dihadapannya.
"Lo tu bego apa? Perasaan gue udah pernah bilang kalau paru-paru Saka tuh lemah. Gak bisa berenang ditempat yang dalam kayak gini, bakal tenggelam dia, lo tau?"
"Tapi biasanya terapi paru-paru bisa dilakukan dengan berenang kan?" Sangkal Sambara.
"Tanpa lo bilang pun kami udah lakuin. Bukannya membaik tapi malah jadi trauma buat Saka. Saka ngejauh banget kalau soal kolam, apalagi dalam kayak gini."
"Saka gak bakal pernah bisa dipaksa buat berenang." Ucap Davian dengan nada datar dan tanpa menatap Sam.
"Paham lo, Sambara?" Tegas Farrel.
Sambara menunduk setelah mendengar penuturan Farrel. Rasa bersalah mulai menyelimuti hatinya. "Iya, gue paham." Jawabnya.
Sambara mendekati Saka dengan perasaan menyesal. Ia tak menyangka bakal ada kejadian seperti ini yang melibatkan sahabatnya. Padahal baru tadi mereka bercanda. Sam berjongkok menyamakan posisinya dengan Saka yang sudah tak sepanik tadi.
"Sa, gue minta maaf. Gue gak tau soal ini." Sesal Sam.
Saka memalingkan wajahnya, tak mau melihat wajah Sam. Davian menyadari itu lantas ia membuka suara.
"Hahh kamu ganti baju dulu ya dek, nanti kedinginan." Davian mengalihkan pembicaraan dan dibalas anggukan oleh Saka.
Mereka bangkit menuju ruang ganti dengan Davian menggendong Saka di punggungnya, tau adiknya itu pasti masih lemas. Ia sedikit mengernyit karena tubuh Saka yang tak begitu berat saat mengangkatnya, namun ia tetap terus berjalan.
"Sa, maafin gue." Ujar Sam lagi yang tertinggal dibelakang dengan tatapan bersalah.
.
🦋
.Saka terus memandang jalan yang cepat terlewat karena laju mobil. Sedari tadi ia hanya diam bersandar sambil memegang dadanya yang terasa nyeri akibat tersedak banyak air.
Davian menyadari itu dan menatapnya khawatir. "Sakit ya?"
Saka menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Davian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Langit
Teen FictionOrang berekspetasi kalau anak bungsu itu selalu bahagia dan hidup dengan penuh perhatian. Namun, itu tak berlaku untuk Saka. Walau ia anak terakhir dari kembar 3 tak membuatnya bisa melakukan hal sesukanya. Hidup dengan kekangan sang bunda. Saka be...